Skip to main content
Category

Article

esq digital solutions, act consulting

Mengapa Korporasi Anda Membutuhkan Digital Training

By Article No Comments

“We need learning and information support to be as easy and intuitive to use. Shifting from “instructional design” to “experience design” and using design thinking are key here. And we have to look at employees’ journeys at work, so we can produce learning that is simple and easy in the flow of work.”

Josh Bersin, writer & global industry analyst (Forbes, 2017).

WHY DIGITAL LEARNING SOLUTIONS?

Kurva Ebbinghaus di bawah ini menunjukkan bagaimana suatu materi pembelajaran konvensional dilupakan. Pembelajaran konvensional hanya bertahan sebentar saja. Bahkan, dari 80% pemahaman, akan terlupakan menjadi 50% saja hanya dalam waktu 10 menit setelah suatu kelas training selesai, dan kurang dari 10%  materi training masih diingat dalam waktu seminggu setelah training selesai.

Namun, karena sifatnya yang mudah diulang dan tidak memakan biaya pengulangan, Digital Learning menunjukkan efek sebaliknya. Melebihi pembelajaran konvensional yang hanya dapat diingat sebanyak 80% dari keseluruhan materi, Digital learning menunjukkan kenaikan persentase hingga diatas 95% jumlah materi yang dapat diingat karyawan. Untuk mempertahankan efek mengingat tersebut, perusahaan hanya perlu memastikan tiap karyawan kembali melakukan review training dengan kembali mengakses materi online training yang sama setelah 1 hari, 1 pekan, dan 1 bulan sesudah tiap sesi training digital.

WHAT ARE ESQ DIGITAL LEARNING SOLUTIONS?

Sebuah pengalaman belajar, akan menumbuh kembangkan berbagai bakat dan potensi karyawan. Secara simultan, karyawan yang telah berkembang berarti organisasi perusahaan Anda akan berkembang sebagai hasilnya.

ESQ memiliki 3 metode pembelajaran digital yang ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar sebagai sebuah perjalanan (experiental learning journey).  Solusi yang telah dikembangkan ESQ dalam pembelajaran digital terdiri dari;

  • Virtual Training
  • Virtual Coaching
  • Webinar Management

3 PATHWAY OF ESQ DIGITAL SOLUTIONS

  1. Virtual Training

Solusi training yang komprehensif, untuk menjawab masalah jarak, biaya dan waktu. Menjangkau ratusan bahkan ribuan karyawan dalam waktu yang sama, dan program maintenance yang lebih termonitor dan berkesinambungan.

Dengan beragam digital content yang tersedia:

  • E-movie: Video konten berisi materi pembahasan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan organisasi (customized).
  • Digital Library; perpustakaan online yang terdiri dari berbagai buku yang relevan dengan tema pembelajaran.
  • Digital Motivation; Quotes inspirasional yang disebarkan secara berkala dengan tujuan untuk mengingatkan peserta terkait modul yang sudah dipelajari.
  • E-Learning: Modul pembelajaran yang disusun dengan menggunakan sistem elektronik sehingga mampu mendukung proses pembelajaran
  • Virtual Coaching;

Platform pembelajaran yang bersifat adaptif. Membantu karyawan dalam memetakan masalah mereka dan memperoleh solusi. Dalam platform Virtual Coaching ini juga karyawan juga bisa mendapatkan langsung solusi dari CEO, Trainer dan Tokoh, dalam bentuk short videos. Layanan penuh dari aplikasi Virtual Coaching ini terdiri dari;

  • Emotion mapping (mood states evaluation),
  • Tree maps of problems,
  • Solutions Ideas
  • Webinar management

Merupakan sesi CEO Talks yang mempertemukan karyawan dengan CEO, sehingga jumlah karyawan yang ratusan hingga puluhan ribu bisa memiliki kesempatan untuk melakukan tatap muka interaktif dengan CEO. Dikemas secara profesional dalam konsep program Televisi.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki solusi Digital Training sesuai dengan keperluan organisasi Anda. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

manfaat digital training bagi karyawan, act consulting

Manfaat Digital Training Bagi Karyawan

By Article No Comments

Honey (2000) dalam Ellis dan Kuznia (2014) menyampaikan tingkat manfaat digital training bagi karyawan yaitu bahwa 90% dari peserta digital training menyampaikan bahwa apa yang mereka pelajari adalah hal yang berguna. Sementara, 81% provider digital training dan 66% pegawai setuju bahwa digital training akan memberikan keuntungan yang besar bagi kapasitas korporasi dan organisasi untuk belajar.

Secara umum, partisipan yang mengikuti penelitian memberikan komentar dan pandangan yang positif terhadap digital training karena kenyamanan yang mereka rasakan. Walau begitu, kita perlu memperhatikan sejumlah faktor lain yang berpengaruh pada keberhasilan digital training seperti faktor motivasi belajar dan kebiasaan belajar mandiri yang berbeda-beda tingkatnya pada masing-masing peserta. Ketidak mampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan belajarnya secara mandiri dan kurangnya motivasi untuk berubah dapat menjadi faktor yang menyebabkan seseorang mempertanyakan kegunaan dan manfaat dari digital training pada dirinya.

Menurut Adkins (2011) dalam Ellis dan Kuznia (2014), biaya yang dihabiskan oleh korporasi untuk menggunakan dan membeli produk digital training di Amerika Serikat diestimasi telah mencapai hingga 6,8 milyar dollar Amerika, dan di tahun 2015 biaya yang dikeluarkan untuk digital training mencapai angka hingga 7,1 milyar dolar Amerika.  

Untuk menemukan angka tersebut diatas, Adkins (2011) melakukan penelitian pada perusahaan kecil, sedang dan besar, dan memperhitungkan demand korporasi tersebut terhadap produk dan layanan digital training. Dari seluruh pasar e-learning di Amerika Serikat, korporasi mengambil porsi hingga 37,4% dan merupakan segmen terbesar bagi pasar e-learning di Amerika serikat.

Hal ini karena berbagai manfaat digital training bagi karyawan yang mencakup sejumlah faktor yaitu;

  • pengurangan biaya training dengan menggunakan solusi training virtual
  • kostumisasi solusi training untuk para pegawai
  • kemampuan untuk menyimpan data training secara detail. Terdapat catatan yang rinci tentang performa pegawai, kebutuhan training mereka, dan informasi penting lainnya.
  • Kemampuan untuk memproduksi modul sesuai kebutuhan yang meningkat terhadap solusi training
  • Aksesibilitas pada sumber training yang akurat dan terbaru, tersedia melalui ujian yang sistematis dan update dari materi e-learning dan informasi dari para ahli di bidangnya.
  • Pilihan yang disediakan antara digital training bersama di kelas atau secara pribadi.

Untuk melihat bagaimana manfaat digital training atau e-learning bagi karyawan, Sebuah studi empiris dilakukan dengan melibatkan 200 pegawai di Tunisia. Penelitian yang dilakukan di tahun 2013 oleh Rym, Olfa dan Melika tersebut menunjukkan bahwa pegawai di Tunisia memperhatikan berbagai hal di dalam digital training, yang menjadi faktor penentu tingkat penerimaan metode training digital ini dibanding metode traning konvensional.

Sejumlah aspek tersebut adalah (Rym, Olfa dan Melika, 2013); persepsi peserta tentang manfaat dari training yang diikuti, kemudahan yang ditemui saat pelaksanaan e learning atau digital training, kemudahan dalam memahami materi yang diberikan, dan pengaruh faktor dari perangkat teknologi komunikasi yang digunakan.

Sejmlah hal diatas disampaikan sebagai faktor individual yang mempengaruhi bagaimana teknik training digital akan dikembangkan setelahnya. Selain itu ada juga faktor yang bersifat organisasi atau faktor sistem yang juga menjadi faktor penentu dalam tingkat penerimaan e-learning atau digital training bagi para pegawai di Tunisia.

Sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Favier et al pada tahun 2004 di Perancis menunjukkan bahwa pihak yang menentukan perkembangan platform e learning adalah para peserta, tutor atau trainer, dan juga institusi dimana proyek e learning dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang juga dilakukan di Perancis oleh R. Meissonier dan E. Houzé di tahun 2004. Menurut sumber tersebut, ada sejumlah manfaat digital training bagi karyawan, yaitu dalam  hal;

  • Kemudahan belajar dengan perulangan yang lebih baik; hal ini karena e learning menyediakan akses yang mudah ke sumber-sumber pengetahuan yang relevan dan berguna. Collins et al (2003) dalam penelitian yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa metode pembelajaran training secara digital meningkatkan rasio penggunaan dan penyimpanan informasi.
  • Fleksibilitas tempat dan lokasi; e learning memberikan kesempatan pada peserta untuk menghadiri training di waktu dan tempat yang tak terbatas (Tseng et al, 2007, dalam penelitian yang dilakukan di Taiwan); hal ini sesuai dengan pendekatan “just in time” yang diberikan.
  • Kesempatan untuk melakukan beragam penyesuaian/ kostumisasi; e-learning memberi kesempatan bagi peserta untuk belajar sesuai dengan ritme belajar pribadi mereka, dan dapat memilih sesuai dengan agenda pribadi yang dimiliki.
  • Meningkatkan Produktivitas; e-learning atau digital training menawarkan kesempatan pada peserta untuk memperbaiki dan meningkatkan tingkat efektivitas mereka dalam belajar
  • Kolaborasi antar institusi dengan komunitas dan kesempatan interaktif; karena e learning atau digital training mengikat para pesertanya dengan peserta lain dan dengan para ahli bersama-sama untuk membentuk komunitas belajar yang kolaboratif.

Rym, Olfa dan Melika (2013) juga menyebutkan adanya faktor sistemik yang mempengaruhi tingkat penerimaan manfaat digital training bagi karyawan yaitu;

  • Efek dari kualitas konten di dalam digital training,  yang mempengaruhi persepsi peserta tentang tingkat manfaat training. Hal ini ditemukan sebagai hasil  yang signifikan dan positif. Sejalan dengan hasil  yang diperoleh oleh Lee (2006, dalam penelitian di Taiwan), serta hasil yang diperoleh oleh Pituch dan Lee (2006, dalam penelitian di Texas, Amerika Serikat, dan Taiwan).
  • Semakin baik dan kaya kualitas dari e-learning, serta adanya konsistensi sistem yang mengupdate konten secara regular, semakin tinggi persepsi peserta terhadap tingkat urgensi dari materi
  • Sikap terhadap nilai manfaat dari e-learning atau digital training nampak menjadi faktor penentu dan menjadi sangat penting untuk penggunaan fasilitas belajar melalui digital training ini

Secara sejajar, selain dari hal diatas, penelitian yang dilakukan oleh Rym, Olfa dan Melika (2013) juga menunjukkan;

  • Tingkat urgensi perlunya pengaruh positif yang dapat ditimbulkan secara langsung, yang dapat mengubah persepsi mengenai manfaat digital training. Hal ini menentukan bagaimana sikap selanjutnya yang ditunjukkan oleh para peserta.
  • Secara tidak langsung, didapatkan juga nilai dari persepsi terhadap pentingnya digital training yang menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu t = 7.421; p = 0.000, g = 0.682
  • Didapatkan juga pengaruh dari tingkat persepsi manfaat training pada sikap peserta pada training. Hal ini ditemukan lebih berpengaruh dibandingkan tingkat persepsi peserta terhadap kemudahan penggunaan perangkat IT dalam mengikuti digital training.

Sementara, di tahun 2014, Ellis dan Kuznia dari Amerika Serikat mempelajari bagaimana pengaruh korporat e-learning terhadap para pegawainya. Ternyata ditemukan bahwa kesuksesan digital training sangat bergantung pada bagaimana korporasi dan organisasi mendukung dan melatih pegawai untuk menggunakan teknologi pembelajaran.

Selain itu, sejumlah faktor lain yang sangat mempengaruhi tingkat kegunaan digital training diantaranya adalah (Ellis dan Kuznia, 2014);

  • komitmen dari jajaran manajemen senior,
  • kemudahan dalam penggunaan digital training atau platform digital training yang bersifat user friendly,
  • tingkat efektivitas dari program digital training yang diberikan
  • investasi korporat di bidang sumberdaya manusia, dan
  • budaya organisasi yang mendukung inovasi dan pembelajaran (Schweizer, 2004).

Untuk mengetahui kelebihan digital training, anda bisa mengakses link ini. Selain hal diatas, terdapat juga hasil penelitian mengenai Kurva Ebbinghaus yang mempengaruhi hasil belajar yaitu;

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki solusi Digital Training sesuai dengan keperluan organisasi Anda. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

presdir gag nikel, pt gag nikel, act consulting, transformational leadership

Presdir PT GAG Nikel tentang Training Transformational Leadership

By Article No Comments

Pak Risono, President Director PT GAG Nikel menyatakan bahwa apa yang dialaminya selama Training Transformational Leadership adalah sebuah jalan untuk mewujudkan Indonesia Emas, sebuah hal yang dahulu diucapkannya di depan Ka’bah dua tahun yang lalu.

Pak Risono percaya bahwa Indonesia adalah Negara Besar yang membutuhkan banyak pemimpin yang memiliki kekuatan prinsip yang berasal dari keimanan, yang dapat menciptakan generasi yang sejahtera, tanpa bergantung pada negara lain dan tanpa bergantung pada prinsip yang salah.

Pak Risono mengaku melihat promosi training Transformational Leadership ini dan dalam sekejap mata langsung memutuskan untuk mengikutinya. Setelah mengikutinya, ia meyakini bahwa apa yang ia temukan adalah Jalan Terbaik dari Tuhan.

Di dalam Training Transformational Leadership ini Pak Risono merasakan ikut dirangkul dalam komunitas orang-orang yang memiliki prinsip yang sama untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Di Training ini ia dipersatukan dengan orang-orang yang juga para pemimpin, yang memiliki visi besar dan mulia yang sama dengannya.

Pak Risono merasa Training Transformational Leadership ini adalah jalan yang dibukakan oleh Illahi, yang membuatnya memiliki kesempatan untuk menyebarkan kebesaran Cahaya Illahi dengan membangun generasi yang kuat, generasi yang tidak kelaparan, yang tidak bergantung pada budaya atau negara lain.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

direktur keuangan pelindo 3, drs u saefudin noor, pelindo 3, act consulting, training transformational leadership

Direktur Utama Perum Jasa Tirta II tentang Training Transformational Leadership

By Article No Comments

Bapak Drs U. Saefudin Noor, Direktur Utama Perum Jasa Tirta II mengucapkan bahwa Program Transformational Leadership adalah lebih dari sekedar Training. Namun ini adalah sebuat proses refleksi kepemimpinan, perjalanan untuk menemukan diri sendiri, yang dijalaninya mengenai masa-masa yang dijalaninya sebagai seorang pemimpin.

Dalam Training Transformational Leadership ini Pak Saefudin menyatakan bahwa Training dua hari bersama DR HC Ary Ginanjar Agustian adalah sebuah perjalanan untuk melihat tujuan dan untuk melihat hari ini, dan bagaimana cara untuk mencapainya kedepan.

Menurut Pak Saefudin, mengubah (change management) adalah sesuatu hal yang sulit, namun dengan menemukan tujuan yang jelas, dan kemampuan untuk mampu melihat keadaan saat ini, maka perubahan akan dapat dilakukan dengan mudah.

Bila kita tidak tahu dan tidak dapat menemukan kekuatan diri kita, dan tujuan yang kita ingin capai, maka perubahan akan menjadi sulit. Namun dengan dapat menemukan tujuan yang betul, dan dapat menemukan kekuatan apa yang kita miliki untuk mewujudkannya, maka perubahan yang diinginkan akan dapat dicapai.

Pak Saefudin menyatakan bahwa Training Transformational Leadership ini telah sangat menginspirasi dirinya dan para peserta lainnya untuk dapat melihat tujuan yang jelas tersebut, dan membuat para peserta mampu melihat kekuatan apa yang masing-masing orang telah miliki untuk mewujudkannya.

Untuk memperoleh keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk dapat memimpin perusahaan di tengah beragam badai, Anda bisa klik disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

larry ellison, tragedi oracle, act consulting

Tragedi Budaya yang Hampir Membuat Oracle Tutup di Tahun 1992

By Article No Comments

Di tahun 1980an, Oracle telah tumbuh menjadi perusahaan IT yang sangat besar di Amerika Serikat dan di dunia. Saat itu, Oracle telah menjadi perusahaan software besar yang membuatnya berada di urutan pertama di bidang database, di urutan kedua setelah Microsoft di bidang software untuk personal computer, dan di urutan kedua untuk Enterprise Resource Planning Software (ERP) setelah SAP.

Apa yang ditawarkan oleh Oracle pada banyak konsumennya adalah; “Bagaimana kami bisa membuat Perusahaan Anda menjadi Hebat”.

Namun, Oracle di tahun 1980an itu tumbuh dengan skala penjualan yang melampaui kemampuannya untuk memenuhi apa yang dijanjikan kepada konsumen. Pihak sales membukukan angka-angka untuk produk software yang bahkan belum diciptakan oleh Oracle. Konsumen menunggu-nunggu solusi yang ditawarkan Oracle untuk usaha mereka, hingga waktu development software selama 3 (tiga) tahun sesuai perjanjian.

Konon kebiasaan sales yang terlalu bombastis dalam membukukan penjualan ini terjadi karena ambisi sang Pendiri, Larry Ellison, yang berambisi untuk mengalahkan Bill Gates dan Microsoft untuk menjadi perusahaan terkaya di dunia dan untuk menjadi orang terkaya di dunia. Apa yang diimpikan oleh Larry Ellison yang terkenal karena ambisi besarnya untuk selalu menjadi pemenang di segala bidang ini, membuat matanya buta dan membuatnya menjanjikan segala hal secara berlebihan.

Namun mimpi buruk para akuntan di dalam Oracle pun menjadi kenyataan. Saat Oracle version 6 yang diluncurkan ternyata memiliki banyak bugs di dalamnya, dan sangat mengecewakan bagi konsumen. Ini membuat Oracle kemudian hampir tutup. Kerugian yang terjadi mencapai hingga ratusan juta dollar Amerika. Nilai kekayaan bersih yang dimiliki Larry Ellison pun jatuh berkurang hingga membuatnya hampir miskin.

Di tengah semua bencana finansial yang mereka alami, Larry Ellison kemudian mencari bantuan dari seorang konsultan manajemen yang ternama saat itu, yang juga seorang ahli teknologi. Ia adalah Raymond J Lane, yang sebelumnya berhasil membesarkan sejumlah perusahaan seperti IMB dan EDS (Electronic Data Systems).

Di tahun 1992, Lane direkrut oleh Oracle Corporation untuk membalikkan penjualan, layanan, konsultasi dan pemasaran perusahaan, ia dan ditunjuk sebagai presiden Oracle USA pada bulan Juni.

Oracle, yang menderita pertumbuhan pesat pada akhir tahun 80-an tanpa check and balance atas costumer practice-nya, saat itu juga tertinggal secara teknologi.

Perputaran cepat di pertengahan 90-an kemudian dilakukan oleh Lane dengan memperkuat Corporate Culture dan membesarkan Costumer Service Satisfaction serta proses operasional dibuat untuk menjadi lebih tertib prosedur.

Akhirnya, tindakan penyelamatan dilakukan dengan didorong oleh teknologi database baru yaitu dengan diluncurkannya Oracle 7 yang menghadirkan beragam solusi sesuai dengan rangkaian fitur yang dijanjikan kepada konsumen, dengan menyelesaikan berbagai bugs yang ada pada versi sebelumnya. Oracle 7 pun kemudian cepat menjadi hits.

Oracle serta merta menjadi pulih kembali dan keluar dari lubang jarum dengan adanya sistem organisasi penjualan dan layanan yang lebih baik. Berbagai terobosan yang dilakukan Lane di perusahaan, diantaranya dilakukan dengan meluncurkan divisi aplikasi bisnis Oracle.

Pendiri Apple, Steve Jobs mengenang bahwa “Larry mengatakan kepada saya bahwa 15 menit setelah rapat, dia tahu Ray adalah satu-satunya pria yang dia temui yang hampir cukup pintar untuk menjalankan Oracle.” Pada tahun 1996, Lane diangkat sebagai Presiden dan CEO Oracle.

Di bawah kepemimpinan Ray Lane, bersama dengan Larry Ellison dan Jeff Henley, Oracle berkembang dari 7.500 menjadi 40.000 karyawan, mengalahkan saingan basis data utamanya, Sybase dan Informix, untuk menjadi pemimpin dalam industri basis data sambil membangun bisnis utama dalam aplikasi dan konsultasi.

Tragedi di Oracle terjadi karena kelemahan dalam budaya perusahaan. Sebuah perusahaan dengan budaya yang baik dan kuat akan bisa bertindak dengan elegan dan rapi dalam memanen kesempatan yang ada di lapangan dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran.

Kemampuan karyawan dalam mematuhi code of conducts atau work and sales ethics adalah gambaran dari benih budaya organisasi yang ditumbuhkan untuk menjadi kokoh, kuat dan subur di dalam organisasi.

Baru setelah keseimbangan di dalam organisasi tercipta, maka organisasi akan bisa bertumbuh dengan eksponensial dan mencapai berbagai impian yang dimiliki. Seperti adagium yang terkenal bahwa tujuan yang baik tidaklah dapat menghalalkan segala cara, namun tujuan yang baik haruslah dicapai dengan cara-cara yang baik.

Untuk mendapatkan bantuan dari ACT Consulting mengenai cara menumbuhkan budaya organisasi yang kuat, anda dapat klik disini.

Untuk dapat menguasai keterampilan strategi yang mumpuni untuk dapat mengelola perusahaan di tengah berbagai badai, Anda bisa klik disini.

Untuk dapat menguasai keterampilan membangun budaya perusahaan secara mandiri, dan menjadi ahli budaya perusahaan dengan sertifikasi yang diakui nasional, Anda bisa klik disini.

Untuk memperoleh keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk dapat memimpin perusahaan di tengah beragam badai, Anda bisa klik disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

spiritualitas dalam bekerja, act consulting, esq new chapter

Spiritualitas dalam Bekerja dan Manfaatnya untuk Perusahaan

By Article No Comments

Penelitian dari Petchsawanga & Duchon (2012) telah menunjukkan bahwa dengan memperhatikan sisi spiritual karyawan, organisasi membantu mengurangi stres, meningkatkan kreativitas, dan meningkatkan penyelesaian masalah (Tischler et al. 2002).

Dengan berfokus pada kualitas spiritual,  kebermaknaan dan kegembiraan di tempat kerja, sejumlah perusahaan telah menemukan (dalam Petchsawanga & Duchon (2012));

  • peningkatan kepuasan kerja (Harung et al. 1996),
  • peningkatan keterlibatan kerja,
  • identifikasi organisasi, dan
  • kepuasan imbalan kerja (Kolodinsky et al. 2008),
  • kejujuran yang lebih besar,
  • kepercayaan , dan komitmen (Krishnakumar dan Neck 2002),
  • bahkan meningkatkan performa pekerjaan (Duchon dan Ploughman 2005).

Contoh dari organisasi kelas dunia yang sukses seperti Hewlett-Packard, Tom’s of Maine, Ford Motor Company (Burack 1999), Bank Dunia (Laabs 1995), AT&T, Chase Manhattan Bank, DuPont, dan Apple Computer (Cavanagh 1999) menunjukkan hasil positif. Kesemua perusahaan tersebut telah menciptakan program untuk menghadirkan spiritualitas atau aktivitas ibadah/ ritualitas di tempat kerja.

Sebagai contoh, AT&T mengirimkan manajer menengah ke program pengembangan tiga hari yang membantu para peserta untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan lebih baik mendengarkan bawahan mereka (Cavanagh 1999). Mengejar pengetahuan tentang diri sendiri dan meningkatkan kemampuan untuk “mendengarkan” daripada mengontrol adalah fitur utama dalam banyak pencarian spiritual.

Hewlett-Packard membangun spiritualitas di tempat kerja melalui filosofi perusahaan yang menekankan nilai-nilai kepercayaan dan saling menghormati, yang pada gilirannya diyakini berkontribusi pada kerja sama dan berbagi rasa tujuan (Burack 1999).

Paradigma spiritual pada dasarnya mengakui bahwa manusia bekerja tidak hanya dengan tangan mereka, tetapi juga hati atau roh mereka (Ashmos dan Duchon 2000). Ketika orang bekerja dengan semangat yang berkomitmen, mereka dapat menemukan semacam makna dan tujuan, semacam pemenuhan yang berarti tempat kerja dapat menjadi tempat di mana orang dapat mengekspresikan seluruh atau seluruh diri mereka.

Dengan demikian, Petchsawanga & Duchon (2012)  menyimpulkan bahwa menghadirkan elemen spiritual dalam pekerjaan memungkinkan pengekspresian pengalaman manusia pada tingkat terdalamnya, tingkat spiritual yang tidak hanya mengurangi stres, konflik, dan ketidakhadiran, tetapi juga meningkatkan kinerja pekerjaan (Krahnke et al. 2003), kesejahteraan karyawan, dan kualitas hidup (Karakas 2010).

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan melalui penemuan makna hidup dan spiritualitas hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

Untuk membantu Anda menemukan peningkatan manfaat dari spiritualitas karyawan di pekerjaan dalam perusahaan, Anda dapat mengikutkan mereka pada training New Chapter dengan membaca keterangan lengkapnya disini, atau langsung mendaftarkan karyawan anda disini.

masayoshi son, ceo softbank, act consulting

Kisah Pendiri Softbank Masayoshi Son, yang membawanya menjadi Orang Terkaya di Jepang

By Article No Comments
Billionaire Masayoshi Son, chairman and chief executive officer of SoftBank Group Corp., speaks at SoftBank World 2015 in Tokyo, Japan, on Thursday, July 30, 2015. SoftBank said they will take pre-orders for an enterprise model of its Pepper robot in Japan from Oct. 1 for 55,000 yen a month. Photographer: Kiyoshi Ota/Bloomberg *** Local Caption *** Masayoshi Son

Bila anda mengikuti kisah besarnya Tokopedia di Indonesia, anda mungkin membaca mengenai salah satu perusahaan besar dunia yang berinvestasi di platform e-commerce berwarna hijau ini. Ya, investasi dari Softbank, adalah salah satu yang membuat Tokopedia menjadi unicorn.

Konon jauh sebelum berinvestasi di startup Indonesia, Masayoshi telah terlebih dulu berinvestasi di Yahoo, di saat perusahaan ini masih memiliki karyawan 30 orang, di tahun 1995.

Masayoshi juga yang berinvestasi sebesar dua puluh juta US dollar di Alibaba, disaat perusahaan itu bahkan belum memiliki keuntungan sama sekali, di tahun 1999. Keuntungan Softbank meningkat 4500% dengan melambungnya harga saham Alibaba saat pertama melantai di bursa, yaitu dari 20 juta dollar investasinya, Alibaba menjadi bernilai 90 juta dollar amerika.

Pandangan Inovatif Futurist adalah pandangan yang dimiliki oleh Masayoshi dalam berinvestasi. Saat berkuliah, ia mengambil dua jurusan sekaligus yaitu Ilmu Komputer dan Ekonomi. Saat masih berkuliah, ia pernah bertanya pada kawannya, pekerjaan apa yang bisa mendatangkan uang 10 ribu dollar per bulan dengan hanya bekerja lima menit sehari. Kawan-kawannya tertawa dan meledeknya. Namun Masayoshi tidak surut.

Tak lama kemudian, Masayoshi menemukan sebuah kesimpulan bahwa ia akan dapat memiliki banyak uang dengan menciptakan sebuah inovasi, yang dengan itu ia bisa menjual hak cipta atau mendapatkan royalti darinya.

Dengan kebiasaannya untuk berfokus 5 menit sehari untuk menemukan ide brilyan apa yang bisa membuatnya kaya, Masayoshi akhirnya menemukan ide untuk menciptakan mesin penerjemah elektronik. Ia kemudian menciptakan mesin penerjemah elektronik dengan kemampuan ilmu komputer yang dimilikinya.

Mesin penerjemah elektronik buatannya itu kemudian dibeli oleh perusahaan elektronik besar, Sharp, dengan harga 1,7 juta dollar amerika. Tak lama, ia kemudian membuat satu lagi inovasi dan mendapatkan pembelian hak cipta sebesar 1,5 juta dollar amerika. Sehingga saat ia lulus, ia telah memiliki uang sebesar 3,2 juta dollar. Teman-teman yang dahulu menertawainya kini hanya bisa terdiam.

Pandangan luas yang dimiliki oleh Masayoshi datang dari rasa ingin tahunya yang sangat besar. Masayoshi muda, sangat suka membaca. Pada usia 16 tahun, ia membaca kisah hidup CEO Mc Donald di Jepang saat itu. Dari situlah ia kemudian menelepon ke perusahaan tersebut untuk dapat bertemu sang CEO.

Setelah 60 kali menelepon jarak jauh, Masayoshi muda merasa bahwa ia harus datang ke Tokyo. Karena biaya telepon jarak jauh yang dihabiskannya lama kelamaan lebih besar dari harga tiket pesawat ke Tokyo.

Akhirnya di saat ia bisa mendatangi kantor pusat Mc Donald di Tokyo saat itu, ia bersikeras untuk dapat menemui sang CEO. Ia berjanji untuk tidak akan mengganggu. Ia mengatakan ia hanya ingin menatap orang yang dikaguminya itu, karena ia benar-benar menyukai kisah dalam buku yang ditulis sang CEO.

Usaha kerasnya pun berbuah manis. Masayoshi diberi kesempatan untuk bertemu dan berbincang dengan sang CEO. Pada kesempatan selama 15 menit itu, Masayoshi mengajukan pertanyaan; bidang apa yang harus ia pelajari, yang akan berkembang dengan pesat di masa depan. sang CEO mengatakan; Komputer! Itulah yang akan berkembang dengan sangat-sangat baik di masa depan. Teknologi komputer akan berkembang ke seluruh dunia. Saat itu di tahun 1973, Masayoshi membulatkan tekad untuk belajar ilmu komputer.

Masayoshi pun kemudian pergi ke Amerika di tahun itu juga. Ia pindah belajar ke California dan menamatkan SMA selama 3 minggu dengan mengambil ujian kelulusan di Serramonte High. Singkat cerita, setelah lulus kuliah, Masayoshi kembali ke Jepang.

Kisah bisnis Masayoshi pun kemudian dimulai dengan mendirikan Softbank. Softbank bermula sebagai sebuah perusahaan yang berkonsentrasi untuk menjual berbagai software hasil temuan banyak inovator dari seluruh penjuru dunia. Perusahaan ini dengan cepat menjadi besar. Tak lama, Softbank kemudian mulai membesarkan fokusnya untuk menjadi perusahaan yang melakukan investasi di berbagai perusahaan teknologi di seluruh dunia.

Singkat cerita, dengan kejelian Softbank yang dapat melihat peluang besar di balik sejumlah bisnis start up seperti Yahoo di tahun 1995 dan Alibaba di tahun 1999, Softbank menjadi besar dan kaya dengan sangat cepat. Hingga pada satu titik, Masayoshi Son pernah mengalahkan jumlah valuasi yang dimiliki oleh Bill Gates, pendiri Microsoft yang menjadi orang terkaya di dunia pada saat itu.

Di tahun 2016, investasi yang sangat besar juga dilakukan oleh Softbank, yaitu dengan membeli perusahaan perancang mikrochip (semi konduktor) yaitu ARM. Investasi ini kemudian menjadi investasi terbesar yang dilakukan di sebuah perusahaan di Eropa.

Hal yang mendasari investasi ini adalah keyakinan Masayoshi bahwa ARM memiliki 99% hak paten dari semua mikrochip yang ada di dunia. Sementara, ia yakin bahwa semua hal di planet bumi pada akhirnya akan menggunakan mikrochip. Karena itu ia memiliki keyakinan bahwa ARM akan menjadi lebih besar daripada Google.

Masayoshi bisa memiliki pertimbangan yang matang dalam berinvestasi karena ia memiliki latar belakang ilmu di bidang Ekonomi dan di bidang ilmu komputer. Sehingga ia mengetahui dengan pasti, peluang yang ada di balik setiap investasi yang akan ia lakukan.

Saat ia melihat Alibaba misalnya, ia melihat ada kesalahan dalam model bisnis yang dilakukan oleh Jack Ma. Namun ia melihat bagaimana Ma mampu mengumpulkan puluhan orang untuk bekerja padanya, dalam keadaan perusahaan yang belum memiliki keuntungan. Disitu ia melihat kepemimpinan dan bakat wirausaha yang penuh kerja keras dan dedikasi yang diberikan Ma di Alibaba. Masayoshi bukan hanya menjadi penanam modal, ia pun mengendalikan perusahaan dengan saham yang dimilikinya. Ia lalu membantu Ma menemukan model bisnis yang tepat untuk diaplikasikan di Alibaba, yang bisa membuatnya kemudian menjadi besar seperti sekarang.

Hal yang sama, dilakukan juga oleh Masayoshi di ARM. Ia melihat besarnya kompetensi yang dimiliki oleh perusahan ini. Ia juga melihat peluang di balik kemampuan khusus dan unik yang dimiliki ARM, hanya saja, ia kembali melihat adanya manajemen dan bisnis model yang salah yang dilakukan oleh ARM, yang ingin ia perbaiki dengan investasinya.

Pandangan untuk menurunkan ilmu dan mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke perusahaan dimana ia berinvestasi, adalah kehebatan milik para investor besar kelas dunia. Sama seperti kisah Masayoshi Son, Warren Buffet juga melakukan hal yang sama di perusahaan-perusahaan yang ia beli. Bagaimana dengan Anda?

Bila anda ingin agar perusahaan Anda memiliki kemampuan Inovatif Futurist seperti yang dimiliki oleh Masayoshi Son, anda dapat mengikuti program Business Innovation dari ACT Consulting. Untuk membuat karyawan anda menjadi luwes dalam melakukan strategi bisnis, Anda dapat mengikutkan mereka di program Corporate Strategy Intelligence.

Untuk mengetahui bagaimana cara menjadi kaya seperti Masayoshi Son, ESQ kini memiliki training yang mampu membuat Anda memiliki skill pengelolaan keuangan dan keterampilan investasi. Training ini bernama The Billionare Mind. Tidak hanya menyasar orang dewasa, Training Billionaire Mind juga diberikan untuk Kids dan Teens. Anda bisa mendaftar disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk keterampilan keuangan dan investasi di diri para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

takeshi uchiyamada, chairman toyota, act consulting, kisah sukses

Memimpin Seperti Berlayar, Filosofi Takeshi Uchiyamada dalam Memimpin Toyota

By Article No Comments
Takeshi Uchiyamada, chairman Toyota

Setelah lulus dari Nagoya University di Jurusan Fisika, Takeshi langsung diterima di Toyota. Ia bekerja selama 44 tahun sebelum akhirnya menjadi CEO di tahun 2013, setelah melakukan banyak inovasi di Toyota, diantaranya dengan mengembangkan mobil Hybrid yang disebut Toyota Prius.

Takeshi menyebutkan bahwa ia memiliki passion diluar bekerja, yaitu dalam berlayar dengan kapal layar. Ia telah melakukan hobby-nya ini selama 40 tahun bersama sekelompok kawannya.

Dalam berlayar, kita harus mengetahui tentang arus dan ombak yang terus berubah, serta kemunculan angin dari arah berlawanan. Demikian penuturan Takeshi dalam pidatonya di Forum The Economic Club di Washington DC.

Takeshi juga menjelaskan bahwa dalam berlayar, akan muncul bahaya nyata yang benar-benar di depan mata. Dalam menghadapi berbagai bahaya tersebut, kita harus yakin bahwa kita bisa memulihkan keadaan setelah tiap bencana yang hadir. Serta harus mengecilkan ego diri dan berserah menjadi bagian dalam kerjasama tim untuk dapat bertahan. Itulah jiwa dari berlayar, demikian penuturan Takeshi.

Beragam esensi dalam berlayar ini, diakui Takeshi sebagai hal yang ia sukai. Serta ia rasakan sebagai hal yang juga harus dihadapinya dalam memenej penjualan, inovasi dan produksi dalam sebuah perusahaan otomotif global yang dipimpinnya.

Ia mengaku bahwa sejumlah hal yang terjadi dalam perjalanan bisnis Toyota, berjalan seperti momen-momen turbulensi yang cukup berat. Beragam krisis harus dihadapi Toyota seperti krisis finansial di tahun 2007-2008, krisis recall di tahun 2010 (karena defect dalam penciptaan produksi di salah satu merk produknya), serta gempa bumi dan tsunami besar yang menimpa Jepang dan menyebabkan disrupsi jalur supply chain global dari Toyota di tahun 2011.

Namun, Takeshi menyebutkan bahwa Toyota berhasil berlayar melalui berbagai kesulitan tersebut dan terus berjuang memberikan yang terbaik dengan prinsip continous improvement ala Jepang yaitu dengan prinsip Kaizen.

Turbulensi yang dihadapi sekarang, menurut Takeshi, berbeda. Pertama, ada turbulensi teknologi, yaitu mengenai sistem teknologi apa yang harus ada dan dimiliki oleh mobil pada masa kini. Seperti proses yang harus dilaluinya saat penciptaan Prius untuk abad 21.

Saat itu, ia harus memecahkan masalah apa yang dialami dalam penciptaan Prius yang tidak dapat bergerak seinchi pun dengan desain mobil dan mesin baru yang diciptakan timnya. Selama 49 hari, ia tidak bisa tidur. Sampai akhirnya mereka menemukan inti masalahnya dan berhasil memecahkannya. Baru saat akhir tahun menjelang, mobil tersebut dapat mulai berjalan sejauh 500 meter. Itu bukan sebuah hasil yang diharapkan, namun menjadi luar biasa dibanding dengan semua hal yang harus dilalui sebelumnya.

Kami tidak menyerah, kami terus bekerja keras untuk menghadirkan solusi, hingga akhirnya kami berhasil. Demikian kata Takeshi. Ia menaruh keyakinan dan harapan yang besar dalam kemampuan timnya untuk berinovasi dan memberikan solusi. Hal ini serta merta membuahkan hasil yang diharapkan hingga akhirnya di penghujung Desember 1997, Prius dapat diluncurkan.

Takeshi mengatakan bahwa ia dan timnya kemudian mengambil intisari dari masalah-masalah yang ia temukan dan ia pelajari dalam penciptaan Prius ini, pada sejumlah prototipe mobil-mobil lain yang kemudian diciptakan Toyota. Hingga akhirnya Prius mencapai penjualan sejumlah 3 juta kendaraan di seluruh dunia, pada bulan Juni di tahun 2014.

Banyak pihak dan kompetitor yang mengakui, dan kemudian menjadikan mobil ciptaannya sebagai acuan untuk prototipe kendaraan masa depan. Tipe mobil hybrid dan mobil listrik yang akan banyak diproduksi oleh banyak perusahaan otomotif di dunia.

Dengan filosofi kerja keras dan kesempurnaan di semua lini produksi yang dimiliki oleh sistem Toyota Production System atau The Toyota Way, kisah perjalanan bisnis Toyota tampak masih akan terbentang jauh ke depan.

Filosofi berlayar yang dimiliki oleh Takeshi Uchiyamada dalam menahkodai Toyota juga bisa kita tiru. Prinsip menghargai setiap orang dalam kerjasama tim yang kokoh juga dapat kita tiru. Kebahagiaan dalam menikmati pekerjaan sebagai panggilan hidup dan melakukan habit inovasi sebagai hobby juga sebuah hal yang bisa kita adopsi dari tangguhnya tim Prius dalam memperjuangkan mimpi mereka. Bagaimana dengan Anda?

Kita dapat belajar mengenai cara Takeshi memimpin dalam program Transformational Leadership, dan dapat menguasai beragam skill inovasi dalam program Business Innovation dari ACT Consulting.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

satya nadella, ceo microsoft, pemimpin inovator, act consulting

Pemimpin Inovator; Kisah Perusahaan Kelas Dunia yang Dipimpin oleh Para Inovator

By Article No Comments

Walaupun sebuah perusahaan memiliki hasil bisnis yang bagus, tanpa adanya inovasi, harga saham yang dimiliki perusahaan menjadi sulit untuk bertambah tinggi. Hal ini dirasakan oleh Steve Ballmer semasa kepemimpinannya sebagai CEO Microsoft.

Saat itu Ballmer merasakan bagaimana ia dianggap tidak menarik oleh para pembeli saham. Pada era kepemimpinannya, Microsoft mengalami masa stagnan. Walaupun, ia menjelaskan bahwa sebenarnya keuntungan perusahaan terus meningkat, namun hal tersebut tampak tidak menarik bagi investor. Demikian pengakuan Ballmer saat diwawancara oleh David Bernstein dari Bloomberg Economic.

Hingga kemudian, Ballmer dan Gates sepakat untuk merekomendasikan Satya Nadella, sebagai CEO di Microsoft. Nadella memiliki background penguasaan teknologi yang mumpuni. Ia juga memiliki kemampuan inovasi tingkat tinggi. Yang lebih menarik lagi, kemampuan Nadella dalam menguasai manajemen dengan keterampilan komunikasinya yang baik.

Kini, Microsoft masih belum dapat mengalahkan Amazon dalam perlombaan untuk menjadi perusahaan terkaya di dunia. Namun, Microsoft telah kembali memimpin dunia teknologi informasi dengan menciptakan berbagai hardware dan software Artificial Intelligence (dalam bentuk Power BI – program business intelligence) dan Machine Learning. Selain itu Microsoft juga menciptakan Azure Sentinel dan Threat Experts, dua artificial intelligence keamanan siber (cybersecurity) berbasis komputasi awan (cloud computing).

Selain Microsoft, sejumlah perusahaan besar lainnya pun memiliki CEO yang merupakan ahli teknologi, seperti Takeshi Uchiyamada sebagai CEO Toyota, dan Steve Jobs yang dahulu sebagai CEO Apple. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin inovator ini adalah, mereka memimpin dengan pandangan futurist. Mereka melihat masa depan telah hadir saat ini, lengkap dengan berbagai solusi yang mungkin diciptakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan global.

Menjadikan pola pikir inovator sebagai landasan untuk memimpin sebuah perusahaan, kini menjadi sebuah hal yang bersifat wajib. Seperti yang dikemukakan oleh Takeshi Uchiyamada (CEO Toyota), bahwa saat ini, ia memandang setiap perusahaan yang muncul dan mulai memproduksi mobil, sebagai kompetitornya. Ia mewaspadai potensi disrupsi dan tidak berdiam diri. Ia langsung melihat apa yang diinginkan oleh konsumen pada saat itu yang membuat produk kompetitor bisa laris. Inovasi tanpa henti ini dilakukan dalam manajemen Toyota Production System (TPS) yang bersifat selalu menjunjung nilai Kaizen. Nilai Kaizen ini dimiliki Toyota sejak di masa lalu, konsep ini setara dengan Continous Improvement atau kredo inovasi tanpa henti.

Bila dahulu anda berkuliah di bidang Teknologi Industri, The Toyota Way pasti telah anda pelajari sebagai salah satu prinsip manufakturing terpadu dengan sistem yang menjunjung tinggi kesempurnaan. Sementara di Amazon, kredo yang digunakan adalah Costumer Obsession.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter dan habit inovasi pada diri para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

takeshi uchiyamada, ceo toyota, act consulting

Dorongan Takeshi Uchiyamada Menghadirkan Solusi Dibalik Kisah Penemuan Prius

By Article No Comments
Takeshi Uchiyamada, chairman of Toyota Motor Corp., pauses during a Bloomberg Television interview at the World Economic Forum (WEF) in Davos, Switzerland, on Wednesday, Jan. 18, 2017. World leaders, influential executives, bankers and policy makers attend the 47th annual meeting of the World Economic Forum in Davos from Jan. 17 – 20. Photographer: Simon Dawson/Bloomberg

Takeshi Uchiyamada, adalah CEO Toyota Motor Corporation sejak tahun 2013. Ia dikenal orang sebagai pencipta dari Toyota Prius. Kendaraan Hybrid yang dimiliki Toyota, yang dapat beroperasi dengan bahan bakar bensin dengan rasio yang sangat hemat, dan juga dapat beroperasi dengan energi listrik.

Saat Takeshi Uchiyamada pertama kali berpikir tentang kendaraan impian yang ingin ia ciptakan, yang ada di pikirannya adalah bahwa kendaraan ini haruslah menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang tengah dihadapi dunia saat itu. Lalu ia dan timnya mengusulkan konsep yang sekarang disebut sebagai “Prius” tersebut.

Pihak manajemen Toyota saat itu bukan hanya menerima dengan antusias idenya, mereka juga mengatakan bahwa impian Takeshi masih terlalu sederhana. Maka mereka meningkatkan lagi target inovasi yang harus dilakukan oleh Takeshi dan timnya. Tim yang semula memiliki target yang menurut mereka dapat dicapai dengan kerja keras, menjadi harus dicapai dengan kerja keras yang luar biasa. Namun, Takeshi mendapatkan dukungan penuh dari manajemen.

Saat itu di tahun 1997, Prius kemudian mulai diproduksi massal dan dipasarkan. Sebelumnya, tim Takeshi harus berurusan dengan sekian kali ujicoba dan sejumlah kegagalan. Bahkan prototipe Prius yang pertama kali dibuat, bisa dibilang gagal karena tidak dapat berjalan dengan baik. Apakah Takeshi menyerah? Bila ya, maka kendaraan ini tidak akan hadir seperti sekarang.

Prius adalah contoh dari inovasi yang dibuat atas dasar kepedulian terhadap isu global yang ada. Kendaraan ini yang semula ditargetkan Takeshi hanya 1,5x lipat lebih efisien dari sebelumnya, ternyata ditantang untuk menjadi 3x lebih efisien dibanding kendaraan yang dimiliki Toyota sebelumnya.

Tantangan lain yang harus dilalui dalam inovasi Prius adalah bahwa mesin kendaraan yang dibuat haruslah tetap ringan dan berharga murah. Hal ini yang hingga sekarang tidak dapat dilakukan oleh Tesla. Yang model-model yang diciptakannya masihlah bermesin sangat berat dan sangat mahal. Bahkan saat melihat Tesla pertama kali diluncurkan, pihak Toyota mengatakan bahwa mereka tidak mungkin menciptakan kendaraan dengan berat dan harga yang demikian tinggi.

Toyota saat ini tengah melakukan beragam inovasi dalam menciptakan mobil bertenaga hidrogen yang harganya semakin murah. Toyota Mirai, yang diciptakan di tahun 2017, telah menjadi buah bibir di Amerika dan Jepang. Karena kemampuannya dalam menggunakan bahan bakar hidrogen. Kendaraan ini bebas emisi dan menghasilkan gas buang yang aman dan jernih.

Selain Toyota Mirai, ada juga sejumlah kendaraan lain berbahan bakar Hidrogen yang diciptakan oleh Honda dan oleh merk kendaraan lain dari Eropa dan Amerika. Namun pemasaran kendaraan ini masih terbatas karena belum banyaknya stasiun pengisian hidrogen di sejumlah tempat. Namun, kendaraan masa depan yang bebas emisi kini sudah di depan mata.

Bagaimana dengan inovasi yang dilakukan oleh Perusahaan Anda? Niat utama untuk melakukan inovasi haruslah berasal dari dua hal, yaitu;

  • Menciptakan solusi, atau
  • Memenuhi kebutuhan masyarakat

Kedua alasan diatas dapat diwujudkan menjadi sejumlah inovasi yang beragam. Bahkan dikatakan oleh Nadiem Makarim dan Jeff Bezos bahwa mereka yang menemukan solusi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat-lah yang akan menjadi perusahaan besar selanjutnya. Menjadi Unicorn atau Decacorn selanjutnya. Apakah itu Perusahaan Anda?

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk keterampilan dan habit inovasi pada diri para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).