Skip to main content
Category

Article

mengenali bakat dan talenta dalam diri sendiri

Mengapa Setiap Pribadi Harus Mengenal Bakat Diri Sendiri?

By Article No Comments

mengenali bakat dan talenta dalam diri sendiri

Pelatihan dan Pengembangan SDM – Kenapa kita perlu mengenali bakat? Apa manfaatnya jika kita mampu mengenal bakat dalam diri sendiri? Tentu penting, karena bakat merupakan unsur dasar potensi dalam diri untuk mewujudkan sebuah prestasi. Nah, agar prestasi yang kita miliki dapat tercapat lebih optimal, maka dibutuhkan hal lain yaitu keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Perpaduan antara ketiganya kemudian disebut sebagai kekuatan (Strength)

Bakat ini berbeda dengan perilaku, jika ada perilaku negatif, maka tidak ada bakat negatif. Bakat itu selalu positif, asal kita telah mengetahui apa bakat yang benar-benar ada dalam diri kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menemui kelemahan dan kekuatan. Kebanyakan orang cenderung memilih untuk memperbaiki kelemahan (Defisit Approach) daripada mengembangkan kekuatan (Strength Approach). Hal inilah yang membuat seorang pribadi memiliki progress yang lama dalam meningkatkan prestasinya, bahkan buang-buang waktu saja.

Contoh: Jika kita tidak memiliki bakat berbicara di depan umum, sulit menyampaikan gagasan (bakat: Communication), sebaiknya kita tidak mendalami pengetahuan sebagai pembicara atau orator. Sebaliknya, jika kita memiliki bakat dalam melayani dan memfasilitasi orang lain maka sebaiknya kita mendalami ilmu-ilmu dan keterampilan dengan profesi sebagai perawat, dokter, dan pekerja sosial lainnya.

Dalam dunia kerja, penggunaan strength approach sangatlah penting untuk meningkat prestasi kerja. Orang yang mengetahui bakat dan mengembangkannya terbukti memiliki produktivitas tinggi serta 6 kali lebih engaged dengan pekerjaan mereka.

Mau tahu apa bakat yang kamu miliki? ketahui melalui survey ACT Consulting Strength Finder melalui link di bawah ini:

bit.ly/StrengthFind

Budaya Perusahaan Di Zappos

Paradigma Baru Dunia Bisnis, Menguak Rahasia Keberhasilan CEO Zappos

By Article No Comments

Budaya Perusahaan Di Zappos

It’s not just only business it is the process how we could bring happiness for all of customer and people around us. (Tony Hsieh, Zappos)

Tahun 2009 dunia korporasi dikagetkan saat perusahaan raksasa Amazon milik Jeff Bezos membeli sebuah toko retail sepatu online seharga $1.7 milyar (sekitar Rp 17 trilyun). Apa yang membuat CEO Amazon demikian terpikat dengan pengecer sepatu online ini? Kuncinya adalah karena budaya perusahannya (company culture). Zappos, nama perusahaan tersebut, memang dikenal dengan keunikan budaya perusahannya hingga membuatnya menorehkan banyak prestasi. Selain laba tahunan yang mencapai sekitar Rp.1 trilyun, tahun 2010 Zappos terpilih sebagai ‘perusahaan terbaik untuk bekerja’ atau “Best Companies to Work for” versi majalan Fortune.

Budaya perusahaan seperti apa yang membuat Zappos bisa menapaki kesuksesan ini? Simaklah visi perusahaan mereka, “Our goal at Zappos is for our employees to think of their work not as a job or career, but as calling.” Zappos mendorong karyawan untuk bekerja sepenuh hati, dan menganggap pekerjaan bukan hanya sekedar karier, melainkan sebagai sebuah panggilan.

Nilai pertama dari 10 core values Zappos adalah Deliver Wow Through Service, artinya Zappos memiliki prisip untuk memberikan pelayanan secara optimal dan tulus, yang membuat pelanggan selalu berkata “Wow!”

Di perusahaan yang memiliki 1.000 karyawan tersebut mereka memiliki buku Zappos Book Of Culture. Buku itu dikeluarkan setiap tahun, dan setiap karyawan bebas menuliskan beberapa  kalimat tentang makna budaya Zappos bagi mereka masing-masing. Buku ini pernah diberikan secara gratis  pada pengunjung Zappos yang berminat.

Siapa arsitek di balik kehebatan Zappos? Dialah Tony Hsieh  yang merupakan CEO Zappos.com. Tahun 2010 Tony meluncurkan buku Delivering Happiness: A Path to Profits, Passion, and Purpose. Buku ini berisi bagaimana budaya perusahaan di Zappos. Menurut Tony tujuan bisnis bukanlah uang semata, melainkan memberikan kebahagiaan kepada pelanggan bahkan dunia. Profit atau keuntungan merupakan akibat dari passion (gairah/semangat) dan purpose (tujuan).

Dalam hal kebahagiaan menurut Hsieh ada 3 jenis kebahagiaan yaitu: rock star, flow, and higher purpose. Yang pertama adalah Rock Star yaitu kebahagiaan karena memperoleh hal-hal yang diinginkan, seperti memenangkan kontes atau pertandingan. Menurutnya ini adalah tingkat yang sangat ilusif karena kebahagiaan tidak akan bertahan lama. Karena itulah menurut CEO yang belum genap bersia 40 tahun ini, Kebahagiaan ini seperti halnya  Yang kedua, flow atau aliran adalah kebahagiaan ketika seseorang tenggelam dalam aktivitas yang Anda benar-benar menikmati. Jenis aktivitas ini juga tak akan bertahan karena persoalan waktu yang menjadi tidak relevan. Jenis terakhir yaitu kebahagiaan yang melibatkan tujuan yang lebih tinggi karena melakukan sesuatu yang berarti bagi orang lain, atau terlibat dalam tujuan yang lebih besar.
Menurut Hsieh kebanyakan orang mengejar kebahagiaan dengan urutan rock star, flow, baru kemudian higher. Dia menyarankan bahwa pola ini harus dibalik. Bahwa kita harus mengejar kebahagiaan tujuan yang lebih tinggi, maka yang lainnya akan terpenuhi.

Apa yang terjadi di Zappos menjadi bukti bahwa era saat ini adalah Era Kesadaran (Consciousness Age). Korporasi tidak bisa lagi hanya mengandalkan kekuatan intelektual, namun mulai menyadari pentingnya modal budaya (Cultural Capital).

Hal ini sejalan dengan apa yang kami namakan 3.0 Concept yaitu bahwa perusahaan tidak cukup hanya mengandalkan potensi intelektual, tapi juga emosional dan spiritual.  Sehingga segala sesuatunya tidak hanya bersifat transaksional dan diukur berdasarkan materi. Perusahaan juga harus memanfaatkan potensi emosional seperti semangat passion, kegigihan, dan pantang menyerah juga diperlukan. Namun perusahaan juga harus memanfaatkan potensi spiritual sehingga apapun yang dilakukan oleh setiap orang di dalam organisasi tersebut memberikan makna, bahwa tempat bekerja sudah menjadi sebuah tempat untuk mengabdi dan  memberi kontribusi secara tulus bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

talent bakat management

Seseorang yang Menemukan Bakat Dalam Dirinya, Hidup Lebih Bahagia?

By Article No Comments

talent bakat management

Pelatihan dan Pengembangan SDM – Strength (kekuatan) yang dimiliki seseorang banyak beragam, namun tentunya hanya ada beberapa yang paling menonjol. Tidak mungkin semua potensi yang dimiliki dapat dikembangkan semuanya, hanya potensi-potensi tertentu yang paling menonjol saja yang perlu dikembangkan. Dengan mengetahui talent yang dimiliki, kita jadi tahu potensi kita dan bisa dikembangkan.

Mengapa kita perlu mengetahui talent dalam diri?

Dari sudut pandang produktivitas terbukti bahwa mereka yang bekerja sesuai dengan talent akan meningkatkan produktivitas hingga 7.8%. Mereka yang bekerja sesuai dengan talent, juga akan merasa hidupnya lebih bahagia dan lebih berkualitas 3 kali lipat (Gallup).

Dalam dunia kerja, strength approach (pendekatan kekuataan) yang berfokus pada pemanfaatan talent ini, dapat dikembangkan dalam pengelolaan SDM-nya. Perusahaan harus membangun kesadaran bahwa adanya kekuatan dari masing-masing individu yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi kerja.

Begitu pula dalam lingkungan pendidikan, strength approach penting dikembangkan dalam peningkatan prestasi di bidang masing-masing. Jika seseorang mengenali talent yang kita miliki, maka akan lebih mudah baginya untuk memilih bidang studi yang tepat. Pada saat seseorang memilih bidang studi yang sesuai dengan talent nya, ia akan lebih enjoy dalam menyelesaikan studi sehingga dapat mencapai prestasi gemilang.

Sudahkah Anda mengetahui STRENGTH terbaik dalam diri? Jika belum temukan jawabannya pada ACT StrengthsFinder Assessment melalui link berikut ini: bit.ly/StrengthFind

 

Cara mengukur budaya organisasi dan entropi

Darimana Entropi Budaya (Toxic Culture) Berasal?

By Article No Comments

Cara mengukur budaya organisasi dan entropi

oleh: DR.HC. Ary Ginanjar Agustian (Founder ACT Consulting)

Mengapa satu budaya organisasi seperti korporasi atau instansi pemerintah lebih entropis dari yang lain? Entropi budaya (Toxic Culture) adalah mengukur energi yang terbuang percuma di tempat kerja memang berbeda-beda prosentasenya, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Contoh sederhana, saya umpamakan sebuah organisasi itu adalah sebuah mobil yg memiliki tingkat konsumsi bahan bakarnya 1: 10, atau setiap satu liter bensin bisa menjangkau 10 km. Akan tetapi kenyataanya hanya 1 liter bensin yg dikonsumsi hanya mampu mencapai 5 km saja. Artinya entropi mobil itu adalah 50 % akibat karat dan aus. Entropi budaya yang tinggi akan menurunkan kinerja organisasi, akibat energi yg terbuang percuma, sebaliknya entropi rendah maka akan meningkatkan kinerja organisasi secara efisien.

Entropi budaya di sebuah organisasi sesungguhnya adalah cerminan dari entropi pribadi pemimpinnya, atau warisan entropi pribadi pemimpin sebelumnya. Entropi pribadi dalam suatu organisasi bahkan dilembagakan melalui sistem birokrasi masa lalu yg panjang berbelit dan proses yang membutuhkan hirarki dalam pengambilan setiap keputusan, atau kekakuan karena struktur organisasi yg tidak efisien. Entropi budaya yang disebabkan oleh pemimpin saat ini biasanya muncul dalam bentuk: kontrol berlebihan dan kehati-hatian akibat saling tidak percaya, saling menyalahkan, kompetisi internal, dan ketidakjelasan wewenang.

Entropi budaya organisasi, korporasi atau instansi sesungguhnya adalah refleksi langsung dari entropi pribadi sang peminpin itu sendiri. Ini adalah jumlah energi ditimbulkan karena ketakutan seorang pemimpin yang diekspresikan dalam interaksi sehari-hari dengan orang-orang dalam organisasi. Kekhawatiran pemimpin dapat menimbulkan tindakan seperti: kontrol berlebih, terlalu berhati-hati dan lain sebagainya.

Penyebab utama entropi pribadi adalah ketakutan di alam bawah sadar dalam pengambilan keputusan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan penguasaan pribadi, didukung oleh pembelajaran skill kepemimpinan untuk menciptakan keselarasan pribadi (personal alignment).

Penelitian menunjukkan adanya korelasi yang jelas antara pemimpin dengan entropi budaya organisasi. Ada dua hasil penelitian yang cukup ekstrim yang menunjukkan hubungan tersebut yang pertama disebut Pemimpin Entropi Tinggi dan Pemimpin Entropi Rendah. Pemimpin yg memiliki tingkat entropi tinggi akan menghasilkan tim berkinerja rendah. Apabila entropi pribadi 64 persen maka mengakibatkan entropi budaya timnya juga tinggi yaitu 38 persen. Pemimpin entropi rendah mengakibatkan tim berkinerja tinggi, entropi pribadi pemimpinnya relatif rendah sebesar 9 persen, dan entropi budaya tim juga rendah sebesar 7 persen. Artinya pemimpin sesungguhnya adalah penyebab utama dari entropi budaya organisasi, korporasi ataupun instansi.

Cara untuk mengurangi warisan entropis pemimpin masa lalu adalah dengan melakukan : de-layering, re-strukturisasi, dan de-birokratisasi dan transformasi budaya.

Entropi dan Kinerja

Hasil dari studi organisasi 163 di Australia dilakukan oleh Hewitt Associates dan Barrett Values Center 2008 Survei Pekerja Terbaik di Australia dan Selandia Baru (Beanz) menunjukkan korelasi yang kuat antara tingkat entropi dalam sebuah organisasi dan tingkat keterlibatan staff, atau kesungguhan dan keikhlasan dalam bekerja atau sering dinamakan
staff engagement.

Dalam risetnya Barrett menemukan bahwa dalam organisasi dengan ‘engagement’ karyawan lebih dari 65 persen dan entropi di bawah 10 persen, maka pertumbuhan pendapatan 35 persen selama periode tiga tahun. Sebaliknya Organisasi dengan skor engagement dalam kisaran 40-65 persen dan entropi lebih besar dari 22 persen memiliki pertumbuhan tiga tahun pendapatan hanya 7 persen.

Kesimpulannya bahwa tingkat entropi budaya organisasi sesungguhnya terjadi akibat entopi pribadi pemimpinnya. Dan secara signifikan entropi budaya mempengaruhi kinerja dan prestasi sebuah organisasi, sebuah korporasi atau instansi kita. Sekarang mungkin kita bisa mencoba mereka-reka berapa persen kira-kira tingkat entropi BUMN kita? Berapa entropi instansi kita? Dan yang terakhir berapa persen entropi perusahaan raksasa milik kita bersama yang namanya “Indonesia Incorporation ini? ”

” Tidak berubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah jiwa mereka sendiri “.

Peran Agen Perubahan

Melihat Dengan Mata Baru – Sebuah Renungan Bagi Agen Perubahan

By Article No Comments

Peran Agen Perubahan

Managemen Agen Perubahan – Sebagai pemimpin, meskipun di perusahaan yang besar sekalipun kita tidak memiliki kontrol atas percepatan dan pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan. Namun yang pasti kita dapat mengendalikan pola pikir kita sendiri untuk mengatasi kedua hal tersebut. Jika kita memiliki daftar panjang tentang berbagai prediksi mengerikan, sangat mudah bagi kita menjadi lumpuh oleh ketakutan dan resisten terhadap perubahan. Tetapi menurut Ary Ginanjar Agustian jika Anda bisa memunculkan sifat keberanian seorang pemimpin, maka masa sulit bisa menjadi waktu yang tepat untuk memisahkan diri sekelompok orang yang lumpuh dan bangkit untuk melakukan perubahan dan menyambut tahun-tahun kegemilangan di masa mendatang.

Ketika muncul keinginan untuk membentuk masa depan, hal yang paling mengkhawatirkan adalah  terlalu banyak perubahan atau terlalu sedikit perubahan. Khususnya di dalam perekonomian yang mana terlalu banyak pesaing  dan terlalu sedikit pelanggan produk dan layanan yang banyak memiliki kesamaan. Inilah saatnya untuk memikirkan kembali asumsi strategis lama yang dipegang di dalam perusahaan Anda, untuk menantang kebijaksanaan konvensional dalam perusahaan Anda, dan untuk mendorong diri sendiri untuk belajar, tumbuh, dan berinovasi.

Albert Einstein pernah mengatakan, “Masalah penting yang kita hadapi kini tidak dapat kita pecahkan pada tingkat berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakan masalah tersebut.” Ini saatnya untuk melakukan  dan mendapatkan sesuatu yang berbeda. Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang dirumuskan oleh penggagas perubahan -salah seorang di antaranya adalah Bill Taylor- bagi para pemimpin bahwa mereka harus bertanya pada diri mereka sendiri dan organisasi mereka.

Peran Agen Perubahan

Culture Change Agent Workshop Auto 2000 | ACT Consulting

1. Apakah Anda melihat peluang persaingan yang tidak terlihat?

Seorang penulis Perancis Marcel Proust pernah mengatakan, “Tindakan nyata penemuan bukan dengan mencari lahan baru tetapi melihat dengan mata baru.” Perusahaan yang sukses dan mampu memenangkan persaingan, karena mereka mampu melihat peluang dan memanfaatkannya.

2. Apakah Anda memiliki ide-ide baru tentang di mana tempat mencari ide-ide baru?

Salah satu cara untuk melihat masalah adalah seperti ketika Anda melihat sesuatu untuk pertama kalinya dalam beragam bidang dengan ide-ide yang telah bekerja dalam waktu lama. Ide yang bersifat rutin dalam satu industri dapat menjadi revolusioner ketika mereka bermigrasi ke industri lain, terutama ketika mereka menantang asumsi yang berlaku.

3. Apakah Anda menjadi ‘yang paling’?

Anda tidak bisa menjadi “cukup baik” dalam segala hal lagi. Anda harus menjadi yang paling sesuatu: yang paling terjangkau, paling mudah, paling elegan, yang paling berwarna-warni, yang paling transparan. Apakah Anda sudah menjadi yang paling?

Training Change Agent PT Pegadaian Persero

Training Change Agent PT Pegadaian Persero

4. Sudahkah Anda tahu bagaimana sejarah organisasi Anda dapat membantu membentuk masa depan?

Seorang psikolog menggambarkan apa yang terjadi ketika yang terbaik dari yang lama menginformasikan sesuatu untuk menemukan yang baru. Inti dari kreativitas, menurutnya, adalah “mencari tahu bagaimana menggunakan apa yang sudah Anda ketahui agar dapat melampaui apa yang sudah Anda pikirkan.” Para pemimpin paling kreatif tidak pernah mengingkari masa lalu. Mereka menemukan kembali dan menafsirkan apa yang datang sebelumnya sebagai cara untuk mengembangkan garis pandang pada masa mendatang.

5. Dapatkah pelanggan Anda hidup tanpa Anda?

Para peneliti telah mengidentifikasi sebuah hirarki hubungan antara perusahaan dan pelanggan mereka dari kepercayaan diri untuk integritas pada kebanggaan untuk Untuk menguji gairah, mereka mengajukan pertanyaan sederhana: “Dapatkah Anda membayangkan dunia tanpa produk ini?” Salah satu tantangan perubahan adalah untuk menjadi tak tergantikan di mata pelanggan Anda.

6. Apakah Anda memperlakukan pelanggan yang berbeda-beda?

Jika tujuan Anda adalah untuk menjadi sangat diperlukan untuk salah satu pelanggan Anda, maka hampir pasti Anda tidak akan menarik bagi semua pelanggan. Dalam dunia yang berubah-ubah dan cepat berubah, salah satu ujian seberapa besar komitmen perusahaan tentang mengabaikan pelanggan yang kadang terlihat kurang

Training Of Trainer Agen Perubahan BRI

Training Of Trainer Agen Perubahan BRI

7. Apakah Anda konsisten dalam komitmen Anda untuk berubah?
Pakar sering mengkritik perusahaan yang tidak memiliki keberanian untuk berubah. Bahkan, masalah dengan sebagian besar organisasi adalah bahwa semua yang mereka lakukan adalah perubahan. Mereka kesukaran dari satu perusahaan konsultan ke konsultan lain, dari mode manajemen terbaru ke terbaru. Jika, sebagai seorang pemimpin, Anda ingin membuat perubahan yang mendalam, maka prioritas Anda dan praktek harus tetap konsisten di masa baik dan buruk.

8. Apakah Anda belajar secepat dunia berubah?

Ini adalah pertanyaan yang paling penting dan mendesak bagi para pemimpin di segala bidang. Dalam dunia yang tidak pernah berhenti berubah, pemimpin besar tidak pernah bisa berhenti belajar. Bagaimana Anda mendorong diri Anda sebagai seorang individu untuk terus tumbuh dan berkembang – sehingga perusahaan Anda dapat melakukan hal yang sama?

Demikianlah delapan hal yang dapat Anda renungkan sebagai seorang agen perubahan. Tentu saja tak cukup hanya dalam tataran perenungan, namun berlanjut pada aksi nyata sebuah tindakan perubahan.

Ingin mengembangkan Culture Change Agent bersama ACT Consulting dan Ary Ginanjar Agustian?

Hubungi: 085694897725

Memperbaiki-Birokrasi-Dengan-Corporate-Culture-Transformation

Birokrasi Ala Forest Gump

By Article No Comments

Memperbaiki-Birokrasi-Dengan-Corporate-Culture-Transformation

Sebuah Consulting Firm dalam industri pertambangan CRU International melakukan pengukuran budaya organisasi pada akhir tahun 2009. Pada saat itu, dunia sedang mengalami krisis setelah jatuhnya Lehman Brothers. Secara global, dunia bisnis mengalami penurunan keuntungan dan persaingan yang semakin ketat. CRU International bukan hanya mengalami tekanan dari luar namun kondisi budaya kerja di dalam CRU International pun ‘dirasakan’ memperburuk situasi yang harus dihadapi oleh Dewan Direksi.

Sebagai langkah awal pembenahan yang dilakukan maka Dewan Direksi memutuskan untuk melakukan pengukuran kesehatan ” Corporate Culture ” nya terlebih dahulu,  karena pada saat itu mereka ‘merasakan benar’ situasi yang tidak sehat namun belum dapat mengidentifikasi secara pasti penyebabnya , dan dimana sumbernya.  Seperti hantu yang tapi tidak diketahui di mana keberadaanya  dan seperti apa pula bentuknya.

Lalu pengukuran kesehatan corporate culture segera dilakukan secara online dan cepat yang melibatkan seluruh karyawan. Hasil yang diperoleh sangat mengejutkan, meskipun beberapa hal di antaranya sudah diperkirakan sebelumnya. Entropi atau ‘racun birokrasi’ di dalam organisasi mereka mencapai 30%!

Ini artinya Corporate Culture sedang sakit keras sehingga perlu dilakukan tindakan segera apabila ingin menyelamatkan perusahaan dari ambang kehancuran. Karyawan mengalami situasi yang membuat mereka tidak nyaman bekerja sehingga menurunkan ‘engagement’ serta dan akhirnya menurunkan  produktivitas. Hal-hal yang ‘meracuni’ budaya segera dapat diketahui, antara lain: pengembangan yang berjalan sendiri-sendiri, birokrasi, persaingan internal, kebingungan, dan juga pekerjaan yang tidak terjamin keamanannya.

Menindaklanjuti data-data hasil pengukuran tersebut maka Dewan Direksi segera menyusun langkah-langkah perbaikan, di antaranya menyelenggarakan “focused group discussion” bersama perwakilan karyawan terkait untuk menggali situasi kerja seperti apa yang sedang mereka alami, atau yang mereka amati terjadi di dalam organisasi, bagaimana  ‘racun birokrasi ‘ itu  muncul, dan  kemudian mencari solusinya. Kemudian secara rutin mengirimkan email dan menyelenggarakan forum komunikasi terbuka dengan seluruh karyawan untuk menyampaikan arah dan strategi organisasi ke depan untuk menjawab isu kebingungan di antara mereka.

Dewan Direksi kemudian juga meluncurkan serial program pengembangan pelatihan kepemimpinan bagi seluruh karyawan sesuai dengan kebutuhan  dan permasalahan mereka.

Selain itu, nilai dan perilaku yang diharapkan dari karyawan dimasukkan sebagai bagian dari sistem sumber daya manusia, di dalam peraturan perusahaan, disampaikan dalam setiap meeting, diajarkan kepada karyawan baru dan sebagainya. Dan CEO melakukan perubahan struktur dan sistem apabila diperlukan.  Seluruh program tersebut dirancang secara komprehensif dan diimplementasikan dalam jangka waktu hanya dalam dua tahun.

Hasilnya, pada saat dilakukan pengukuran kembali di akhir tahun 2011, entropi atau ‘racun birokrasi ‘ di CRU International berhasil diturunkan secara signifikan hingga mencapai 19%. Hasil akhirnya kinerja korporasi pun menunjukkan prestasi yang sangat baik di sisi pelayanan, cost, revenue, maupun profit.

Memperbaiki Birokrasi Melalui Transformasi Corporate Culture

Sesungguhnya ini pula  yang perlu dilakukan segera dalam hal reformasi birokrasi di Indonesia yang sedang gencar-gencarnya dilakukan pemerintah  baik di Kementrian, Lembaga Tinggi Negara, Pemerintah Daerah dan BUMN, yaitu perlunya  Standarisasi Kesehatan Birokrasi dan pengukurannya secara berkala. Tanpa adanya penentuan standar kesehatan birokrasi yang jelas,  maka akibatnya upaya reformasi pun tidak akan jelas,  dan hasilnya pun tidak akan  jelas pula. Hal ini sangat penting di tengah semakin tingginya harapan masyarakat akan pelayanan publik yang lebih cepat  dalam  pertumbuhan ekonomi dan sistem komunikasi masyarakat yang semakin cepat dan makin terbuka.

Reformasi  birokrasi tanpa kejelasan standar, ibarat nasib seorang pelari dalam perlombaan marathon lintas alam. Ia harus mengeluarkan energi yang besar, namun tidak tahu di mana dan bagaimana keadaan garis startnya sebelum berlari,  bagaimana pula keadaan alamnya. Lebih celaka lagi tidak tahu di mana garis finishnya. Akhirnya sang pelari terus berlari tiada pernah henti seperti lari marathonnya Mr.Forest Gump yang tidak tahu garis start dan finish-nya.

Budaya Perusahaan di Indonesia

6 Karakteristik Budaya Perusahaan yang Memiliki Performa Tinggi

By Article No Comments

Budaya Perusahaan di Indonesia

Setiap perusahaan pasti menginginkan budaya perusahaan dengan performa yang tinggi. Akan tetapi banyak dari mereka, kesulitan untuk menciptakan budaya tersebut. Berbagai cara dilakukan untuk menghasilkan budaya perusahaan berforma tinggi, namun hasilnya sama sekali tidak berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan.

Perlu diketahi, budaya dengan performa tinggi memiliki enam karakteristik, yaitu beradaptasi dengan baik, bergerak dengan visi, bergerak dengan nilai, peduli terhadap para pemangku kepentingan, bekerja dengan ulet, dan memiliki sedikit entropi budaya (toxic culture).

Kemampuan adaptasi

Pada dunia yang berubah dengan sangat cepat, Anda hanya dapat bertahan dan berhasil jika dapat menyesuaikan diri dengan cepat dengan kondisi pasar. Organisasi yang adaptif akan berkembang dengan cepat dibandingkan dengan organisasi hierarkis dan birokratis, serta akan memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Kemampuan beradaptasi dapat terjadi dengan cepat jika tanggung jawab didistribusikan di seluruh bagian dalam organisasi dan para pemimpin mudah didatangi.

Bergerak dengan visi

Visi yang dapat memberikan inspirasi akan membangun kepaduan internal dan menjaga orang-orang dalam organisasi untuk bergerak menuju arah yang sama. Visi akan membimbing pengambilan keputusan yang memiliki jangka panjang.

Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Perusahaan

Bergerak dengan nilai: Bersama dengan visi Anda, nilai yang ada akan menjadi pilar-pilar budaya dalam organisasi Anda. Nilai-nilai ini akan memberi tahu orang lain mengenai hal-hal yang penting dan akan membimbing Anda dalam membuat keputusan sehari-hari.

Baca juga: Program Internalisasi Budaya Perusahaan

Pemangku kepentingan

Organisasi yang peduli terhadap para pemangku kepentingan mereka menjadi berhasil dengan membuat hubungan yang kokoh dan tahan lama. Saat menunjukkan kepedulian Anda terhadap para karyawan, pelanggan, investor, partner, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya, mereka juga akan peduli terhadap Anda.

Keuletan

Kerusakan, kemacetan, dan kemogokan memengaruhi performa organisasi secara signifikan dan akan memengaruhi hasil keuangan secara signifikan pula. Oleh karena itu, keuletan bekerja baik secara kultural dan operasional sangatlah penting.

Entropi Budaya yang rendah

Entropi budaya adalah pengukuran tingkat disfungsi dalam sebuah organisasi. Ini adalah jumlah energi yang digunakan dalam pekerjaan yang tidak produktif, seperti birokasi, persaingan internal, dan tindakan saling menyalahkan. Organisasi dengan performa tinggi mengukur budaya perusahaan secara reguler untuk mengurangi tingkat entropi budaya mereka. Entropi budaya yang rendah sangat terkait dengan eratnya hubungan antar staf dan tingginya pertumbuhan pendapatan. Eratnya hubungan antar staf akan meningkatkan jumlah energi pada organisasi tersebut melalui energi tambahan dari kebebasan bertindak yang akan dibawa oleh para karyawan yang terhubung erat, ke dalam pekerjaan.

Jadi sudahkah enam karakteristik tadi hadir di budaya perusahaan Anda? Jika belum, ACT Consulting bersama Ary Ginanjar Agustian yang telah berpengalaman menangani lebih dari 400 perusahaan di Indonesia dan Malaysia, siap membantu Anda untuk melakukan transformasi budaya organisasi di perusahaan Anda.

Info lebih lanjut hubungi:

0856-9459-7725

 

Transformasi Budaya Perusahaan

Bahaya Entropi Budaya (Toxic Culture)

By Article No Comments

Transformasi Budaya Perusahaan

Dalam wacana ‘Transformasi Budaya Perusahaan’ dikenal istilah Entropi Budaya / Toxic Culture yaitu energi dalam kelompok yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak produktif. Entropi budaya mengukur konflik, friksi, dan keputusasaan yang muncul dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

Entropi budaya yang disebut juga energi disfungsional, berpengaruh pada kinerja perusahaan. Ketika entropi budaya tinggi, energi yang tersedia untuk produktifitas menjadi rendah, dan berdampak pada kinerja perusahaan juga rendah. Ketika entropi budaya rendah, energi untuk produktifitas menjadi tinggi, dan kinerja tinggi.

Ketika derajat disfungsi atau gangguan dalam suatu organisasi tinggi, karena faktor-faktor seperti pengendalian yang berlebihan, hati-hati, kebingungan, birokrasi, hirarki, kompetisi internal, menyalahkan, jumlah energi karyawan yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan meningkat. Padahal energi yang terlibat dalam mengatasi entropi budaya adalah energi yang tersedia untuk pekerjaan yang produktif.

Sebuah studi yang dilakukan Barrett Values Centre dan Hewitt terhadap 163 organisasi dan perusahaan in Australia pada tahun 2008, menunjukkan korelasi antara entropi dengan pertumbuhan revenue. Dalam jangka waktu tiga tahun tampak jelas korelasinya, makin rendah tingkat entropi maka prosentase pertumbuhan revenue menjadi meningkat. Sedangkan makin tinggi tingkat entropi maka makin rendah pertumbuhan revenuenya.

Entropy Level 3 Year Revenue Growth %
<10% 32.87%
10% – 19% 24.90%
20% – 29% 24.90
>29% 11.39%

Selain menemukan korelasi entropi dengan pertumbuhan revenue, Barrett Values Centre dan Hewitt juga menemukan korelasi positif antara entropi dan staff engagement.Yang dimaksud dengan staff engagement adalah bentuk keterikatan antara pekerja dengan organisasi atau perusahaan yang menaungi mereka. Jika entropi budaya rendah maka enggagement tinggi sedangkan jika entropi tinggi maka engagement rendah.

Cultural Entropy Staff Engagement
Tingkat 1 (Terbaik) 5% 89%
Tingkat 2 8% 76%
Tingkat 3 15% 55%
Tingkat 4 (Terburuk) 21% 40%

Ketika seorang karyawan memiliki engagement yang rendah terhadap perusahaannya, maka ia menjadi tidak termotivasi dalam melakukan pekerjaannnya. Mereka mengeluarkan jumlah energi minimum di tempat kerja. Mereka mengambil istirahat lebih panjang, surfing internet, atau melakukan apapun untuk menghentikan rasa bosan atau membuat waktu cepat berlalu.

Sedangkan karyawan yang memiliki engagement adalah mereka yang sangat termotivasi melakukan pekerjaan mereka. Ketika orang sangat termotivasi, mereka menghabiskan berjam-jam tambahan di tempat kerja, dan berpikir tentang kontribusi mereka bahkan ketika mereka tidak di tempat kerja. Output dari seseorang termotivasi dua kali lebih banyak dari yang tidak termotivasi.

Orang yang memiliki engagement adalah mereka yang merasa selaras dengan nilai-nilai organisasi dan terinspirasi oleh misi atau visi dari organisasi. Visi dan misi yang menginspirasi akan memfokuskan energi semua karyawan kepada arah yang sama dan membuat mereka merasa pekerjaannya bermakna untuk kehidupan mereka. Seorang karyawan yang sangat termotivasi akan memiliki komitmen, antusias dan bersemangat, serta menyentuh tingkat terdalam.

Oleh karena itu penting untuk menjaga agar entropi perusahaan jangan sampai tinggi. Makin tinggi entropi maka makin rendah engagement karyawan, dan pertumbuhan revenue perusahaan pun rendah. Sedangkan makin rendah entropi, engagement karyawan akan meningkat dan pertumbuhan revenue perusahaan meningkat.

Untuk meningkatkan engagement karyawan, maka perusahaan perlu menyelaraskan nilai, visi, dan misi individu karyawan dengan perusahaan. Dengan demikian mereka dapat secara otentik membawa keseluruhan diri mereka untuk bekerja. Dengan nilai-nilai budaya yang selaras maka karyawan akan beresonansi dengan tujuan organisasi.

Sesungguhnya fenomena entropi ini tidak hanya terjadi pada organisasi dan perusahaan, namun juga berlaku dalam skala bangsa. Padahal semakin besar entropi yang disebabkan perpecahan, konflik, persaingan, ketidak jujuran, pelanggaran hukum, dll, maka akan semakin besar kerugian yang akan terjadi. Akankah semua ini dibiarkan?

Oleh: DR. HC. Ary Ginanjar Agustian (Founder ACT Consulting)

Program Pelatihan dan Pengembangan SDM

Manfaat Program Pelatihan dan Pengembangan SDM

By Article No Comments

Program Pelatihan dan Pengembangan SDM

Manfaat Program Pelatihan dan Pengembangan SDM

Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung dari kinerja karyawan yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu peranan karyawan sangat penting dalam kemajuan perusahaan.

Karyawan dengan kinerja tinggi mampu memberikan hasil maksimal bagi kemajuan perusahaan.

Salah satu cara untuk menciptakan karyawan yang memiliki produktivitas dan kinerja tinggi adalah melalui program pelatihan dan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik.

Ada sangat banyak manfaat dari pelatihan dan pengembangan SDM. Menurut Schuler (1992) setidaknya ada 5 poin manfaat pentinya, yaitu :

1) Pelatihan dan pengembangan SDM mampu mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk.

Kegiatan pengembangan akan mampu meningkatkan kinerja pegawai. Jika pegawai saat ini dirasa kurang dapat bekerja secara efektif, serta ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.

2) Pelatihan dan pengembangan SDM Meningkatkan produktivitas Individiu & Tim.

Mengikuti program pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru. Hal ini bukan hanya bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka namun juga kerja tim secara kesuluruhan.

3) Pelatihan dan pengembangan SDM Meningkatkan fleksibilitas angkatan kerja.

Dengan banyaknya ketrampilan yang dimiliki, maka akan lebih fleksibel juga bagi karyawan untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Contoh saja jika organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.

4) Pelatihan dan pengembangan SDM Meningkatkan komitmen karyawan.

Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.

5) Pelatihan dan pengembangan SDM Mengurangi turn over dan absensi.

Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.

Dengan 5 manfaat pelatihan dan pengembangan SDM perusahaan akan lebih dapat berkembang dengan pesat.

Perlu diketahui melaksanakan program pelatihan dan pengembangan yang baik adalah investasi jangka panjang. Investasi demi membangun perusahaan yang sehat, kuat, dan maju sehingga mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin ketat.

Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi Perusahaan

Bagaimana Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi?

By Article No Comments

Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi Perusahaan

Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi

Banyak perusahaan kesulitan untuk mengetahui tingkat budaya organisasi yang ada dalam tubuh perusahaannya. Mereka tidak mengetahui apakah budaya yang ada kuat atau lemah.

Berbicara kekuatan budaya organisasi, pada intinya menjelaskan bagaimana pengaruh budaya organisasi pada organisasi tersebut. Jika budaya kuat maka nilai-nilai dalam organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas oleh angggota organisasi.

Lantas bagaimana ciri-ciri budaya organisasi yang kurang kuat agar mampu mengantisipasi kerugian yang lebih besar? Menurut Deal dan Kennedy (2006) ciri-ciri budaya organisasi yang lemah adalah sebagai berikut:

#1 Mudah terbentuk kelompok antara satu dengan yang lainnya

Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi Perusahaan 1

Budaya perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki kesamaan visi dan misi. Seluruh anggota dalam organisasi juga paham dan menerapkan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu jika terjadi perpecahan dan terbentuk kelompok-kelompok adalah salah satu budaya organisasi tersebut lemah.

#2 Setia pada kelompok melebihi kesetiaan pada organisasi

Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi Perusahaan 2

Ketika kelompok sudah terbentuk maka akan ada masalah lain yaitu, adanya kelompok yang lebih mementingkan kepentingan kelompok ketimbang organisasi. Dari sini akan terciptalah Toxic Culture yang bukan hanya merugikan individu dalam perusahaan namun juga organisasi secara utuh.

#3 Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok

Cara Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi Perusahaan 3

Ini adalah tingkatan yang paling parah dan dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Anggota organisasi rela mengorbankan kepentingan organisasi untuk kelompok yang ia miliki.

Budaya organisasi yang kuat akan membantu organisasi memberikan kepastian seluruh individu yang untuk terus berkembang bersama dan mempertahankan eksistensinya. Sedangkan budaya organisasi yang lemah akan berpengaruh negatif pada organisasi. Budaya lemah ini akan memberi arah yang salah kepada para pegawai hingga organisasi tidak efektif dan kompetitif.

Oleh karena itu sebelum terjadi kerugian besar, setiap perusahaan harus mengetahui kondisi budaya perusahaan yang ada.. ACT Consulting memiliki program Organization Culture Health Index (OCHI) untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu organisasi. OCHI telah membawa 140 lebih perusahaan mengetahui indeks kesehatan dalam tubuh perusahaan dan membantunya mengembangkan budaya organisasi.