Skip to main content

Bahaya Entropi Budaya (Toxic Culture)

By December 11, 2017October 31st, 2018Article

Transformasi Budaya Perusahaan

Dalam wacana ‘Transformasi Budaya Perusahaan’ dikenal istilah Entropi Budaya / Toxic Culture yaitu energi dalam kelompok yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak produktif. Entropi budaya mengukur konflik, friksi, dan keputusasaan yang muncul dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

Entropi budaya yang disebut juga energi disfungsional, berpengaruh pada kinerja perusahaan. Ketika entropi budaya tinggi, energi yang tersedia untuk produktifitas menjadi rendah, dan berdampak pada kinerja perusahaan juga rendah. Ketika entropi budaya rendah, energi untuk produktifitas menjadi tinggi, dan kinerja tinggi.

Ketika derajat disfungsi atau gangguan dalam suatu organisasi tinggi, karena faktor-faktor seperti pengendalian yang berlebihan, hati-hati, kebingungan, birokrasi, hirarki, kompetisi internal, menyalahkan, jumlah energi karyawan yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan meningkat. Padahal energi yang terlibat dalam mengatasi entropi budaya adalah energi yang tersedia untuk pekerjaan yang produktif.

Sebuah studi yang dilakukan Barrett Values Centre dan Hewitt terhadap 163 organisasi dan perusahaan in Australia pada tahun 2008, menunjukkan korelasi antara entropi dengan pertumbuhan revenue. Dalam jangka waktu tiga tahun tampak jelas korelasinya, makin rendah tingkat entropi maka prosentase pertumbuhan revenue menjadi meningkat. Sedangkan makin tinggi tingkat entropi maka makin rendah pertumbuhan revenuenya.

Entropy Level 3 Year Revenue Growth %
<10% 32.87%
10% – 19% 24.90%
20% – 29% 24.90
>29% 11.39%

Selain menemukan korelasi entropi dengan pertumbuhan revenue, Barrett Values Centre dan Hewitt juga menemukan korelasi positif antara entropi dan staff engagement.Yang dimaksud dengan staff engagement adalah bentuk keterikatan antara pekerja dengan organisasi atau perusahaan yang menaungi mereka. Jika entropi budaya rendah maka enggagement tinggi sedangkan jika entropi tinggi maka engagement rendah.

Cultural Entropy Staff Engagement
Tingkat 1 (Terbaik) 5% 89%
Tingkat 2 8% 76%
Tingkat 3 15% 55%
Tingkat 4 (Terburuk) 21% 40%

Ketika seorang karyawan memiliki engagement yang rendah terhadap perusahaannya, maka ia menjadi tidak termotivasi dalam melakukan pekerjaannnya. Mereka mengeluarkan jumlah energi minimum di tempat kerja. Mereka mengambil istirahat lebih panjang, surfing internet, atau melakukan apapun untuk menghentikan rasa bosan atau membuat waktu cepat berlalu.

Sedangkan karyawan yang memiliki engagement adalah mereka yang sangat termotivasi melakukan pekerjaan mereka. Ketika orang sangat termotivasi, mereka menghabiskan berjam-jam tambahan di tempat kerja, dan berpikir tentang kontribusi mereka bahkan ketika mereka tidak di tempat kerja. Output dari seseorang termotivasi dua kali lebih banyak dari yang tidak termotivasi.

Orang yang memiliki engagement adalah mereka yang merasa selaras dengan nilai-nilai organisasi dan terinspirasi oleh misi atau visi dari organisasi. Visi dan misi yang menginspirasi akan memfokuskan energi semua karyawan kepada arah yang sama dan membuat mereka merasa pekerjaannya bermakna untuk kehidupan mereka. Seorang karyawan yang sangat termotivasi akan memiliki komitmen, antusias dan bersemangat, serta menyentuh tingkat terdalam.

Oleh karena itu penting untuk menjaga agar entropi perusahaan jangan sampai tinggi. Makin tinggi entropi maka makin rendah engagement karyawan, dan pertumbuhan revenue perusahaan pun rendah. Sedangkan makin rendah entropi, engagement karyawan akan meningkat dan pertumbuhan revenue perusahaan meningkat.

Untuk meningkatkan engagement karyawan, maka perusahaan perlu menyelaraskan nilai, visi, dan misi individu karyawan dengan perusahaan. Dengan demikian mereka dapat secara otentik membawa keseluruhan diri mereka untuk bekerja. Dengan nilai-nilai budaya yang selaras maka karyawan akan beresonansi dengan tujuan organisasi.

Sesungguhnya fenomena entropi ini tidak hanya terjadi pada organisasi dan perusahaan, namun juga berlaku dalam skala bangsa. Padahal semakin besar entropi yang disebabkan perpecahan, konflik, persaingan, ketidak jujuran, pelanggaran hukum, dll, maka akan semakin besar kerugian yang akan terjadi. Akankah semua ini dibiarkan?

Oleh: DR. HC. Ary Ginanjar Agustian (Founder ACT Consulting)

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?