Skip to main content

Paradigma Baru Dunia Bisnis, Menguak Rahasia Keberhasilan CEO Zappos

By January 4, 2018October 31st, 2018Article

Budaya Perusahaan Di Zappos

It’s not just only business it is the process how we could bring happiness for all of customer and people around us. (Tony Hsieh, Zappos)

Tahun 2009 dunia korporasi dikagetkan saat perusahaan raksasa Amazon milik Jeff Bezos membeli sebuah toko retail sepatu online seharga $1.7 milyar (sekitar Rp 17 trilyun). Apa yang membuat CEO Amazon demikian terpikat dengan pengecer sepatu online ini? Kuncinya adalah karena budaya perusahannya (company culture). Zappos, nama perusahaan tersebut, memang dikenal dengan keunikan budaya perusahannya hingga membuatnya menorehkan banyak prestasi. Selain laba tahunan yang mencapai sekitar Rp.1 trilyun, tahun 2010 Zappos terpilih sebagai ‘perusahaan terbaik untuk bekerja’ atau “Best Companies to Work for” versi majalan Fortune.

Budaya perusahaan seperti apa yang membuat Zappos bisa menapaki kesuksesan ini? Simaklah visi perusahaan mereka, “Our goal at Zappos is for our employees to think of their work not as a job or career, but as calling.” Zappos mendorong karyawan untuk bekerja sepenuh hati, dan menganggap pekerjaan bukan hanya sekedar karier, melainkan sebagai sebuah panggilan.

Nilai pertama dari 10 core values Zappos adalah Deliver Wow Through Service, artinya Zappos memiliki prisip untuk memberikan pelayanan secara optimal dan tulus, yang membuat pelanggan selalu berkata “Wow!”

Di perusahaan yang memiliki 1.000 karyawan tersebut mereka memiliki buku Zappos Book Of Culture. Buku itu dikeluarkan setiap tahun, dan setiap karyawan bebas menuliskan beberapa  kalimat tentang makna budaya Zappos bagi mereka masing-masing. Buku ini pernah diberikan secara gratis  pada pengunjung Zappos yang berminat.

Siapa arsitek di balik kehebatan Zappos? Dialah Tony Hsieh  yang merupakan CEO Zappos.com. Tahun 2010 Tony meluncurkan buku Delivering Happiness: A Path to Profits, Passion, and Purpose. Buku ini berisi bagaimana budaya perusahaan di Zappos. Menurut Tony tujuan bisnis bukanlah uang semata, melainkan memberikan kebahagiaan kepada pelanggan bahkan dunia. Profit atau keuntungan merupakan akibat dari passion (gairah/semangat) dan purpose (tujuan).

Dalam hal kebahagiaan menurut Hsieh ada 3 jenis kebahagiaan yaitu: rock star, flow, and higher purpose. Yang pertama adalah Rock Star yaitu kebahagiaan karena memperoleh hal-hal yang diinginkan, seperti memenangkan kontes atau pertandingan. Menurutnya ini adalah tingkat yang sangat ilusif karena kebahagiaan tidak akan bertahan lama. Karena itulah menurut CEO yang belum genap bersia 40 tahun ini, Kebahagiaan ini seperti halnya  Yang kedua, flow atau aliran adalah kebahagiaan ketika seseorang tenggelam dalam aktivitas yang Anda benar-benar menikmati. Jenis aktivitas ini juga tak akan bertahan karena persoalan waktu yang menjadi tidak relevan. Jenis terakhir yaitu kebahagiaan yang melibatkan tujuan yang lebih tinggi karena melakukan sesuatu yang berarti bagi orang lain, atau terlibat dalam tujuan yang lebih besar.
Menurut Hsieh kebanyakan orang mengejar kebahagiaan dengan urutan rock star, flow, baru kemudian higher. Dia menyarankan bahwa pola ini harus dibalik. Bahwa kita harus mengejar kebahagiaan tujuan yang lebih tinggi, maka yang lainnya akan terpenuhi.

Apa yang terjadi di Zappos menjadi bukti bahwa era saat ini adalah Era Kesadaran (Consciousness Age). Korporasi tidak bisa lagi hanya mengandalkan kekuatan intelektual, namun mulai menyadari pentingnya modal budaya (Cultural Capital).

Hal ini sejalan dengan apa yang kami namakan 3.0 Concept yaitu bahwa perusahaan tidak cukup hanya mengandalkan potensi intelektual, tapi juga emosional dan spiritual.  Sehingga segala sesuatunya tidak hanya bersifat transaksional dan diukur berdasarkan materi. Perusahaan juga harus memanfaatkan potensi emosional seperti semangat passion, kegigihan, dan pantang menyerah juga diperlukan. Namun perusahaan juga harus memanfaatkan potensi spiritual sehingga apapun yang dilakukan oleh setiap orang di dalam organisasi tersebut memberikan makna, bahwa tempat bekerja sudah menjadi sebuah tempat untuk mengabdi dan  memberi kontribusi secara tulus bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?