Skip to main content
Category

Article

Pelatihan Kepemimpinan dan Leadership Training

Pelatihan Kepemimpinan (Leadership Training) dan Motivasi Karyawan

By Article No Comments

Pelatihan Kepemimpinan dan Leadership Training

Pelatihan kepemimpinan atau leadership training merupakan suatu kebutuhan yang paling pokok bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM). Bagi setiap pemimpin dalam perusahaan harus mampu mengembangkan kompetensi dan skill setiap karyawannya terutama disetiap tingkatan board of directors.

Pemimpin yang efektif sendiri selalu bekerja dengan visi dan misi yang jelas dan kuat, serta mampu menularkan semangat kerja kepada rekan yang lain. Mereka mampu menginspirasi timnya untuk berkembang lebih baik lagi dalam bekerja.

Untuk pelatihan kepemimpinan sangat penting bagi setiap perusahaan untuk melakukannya. Pelatihan kepemimpin mampu mencetak pemimpin sukses dan cerdas yang mampu menciptakan budaya perusahaan yang sejuk disekitar mereka.

Pemimpin yang memiliki sosok yang karismatik, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ambisius, namun juga tetap memiliki rasa peduli dan kasih sayang yang tulus kepada rekan kerjanya.

Manfaat Leadership Training

Pelatihan kepemimpin juga tidak hanya menciptakan seorang pemimpin yang baik, akan tetapi juga menggali potensi sdm yang ada, yang selama ini tertutup potensinya.

Outbound Training Team Building PT Nestle

ACT Consulting yang berpengalaman dalam membangun budaya perusahaan / organisasi di 400 perusahaan di Indonesia dan malaysia, memiliki metode jitu dalam pengembangan kepemimpinan di perusahaan.

Program pelatihan kepimpinan yang inovatif, meassurable, comperehensive, dan terencana. Peserta juga akan diberikan dorongan motivasi untuk menjadi pemimpin yang berani untuk mengambil risiko, mampu memecahkan masalah, serta mendorong perubahan.

Banyak program pelatihan kepemimpinan yang bisa Anda pilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan yang sedang terjadi.

Info lebih lanjut bisa hubungi tim ACT Consulting di:

+62 813-8249-1165
+62 21 508 29 400

atau klik tombol dibawah ini untuk mengikuti Training Transformational Leadership dari ACT Consulting/ESQ

Menyembuhkan Budaya Organisasi yang Sakit

Budaya Perusahaan atau organisasi ‘Sakit’, Bagaimana Menyembuhkannya?

By Article No Comments

Perusahaan Dengan Budaya Organisasi yang Kuat

Menyembuhkan Budaya Organisasi yang Sakit

Budaya Perusahaan atau organisasi ‘Sakit’, Bagaimana Menyembuhkannya?

Sebuah perusahaan atau organisasi, apa pun bentuknya, terdiri dari sekumpulan orang yang berkumpul secara fisik, psikologis, atau spiritual untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu yang disepakati. Layaknya kelompok yang sedang berkumpul dan bekerja sama, tentu akan memiliki apa yang dikenal dengan ‘budaya’.

Maksud budaya di sini ialah yang yang tampak menonjol seperti pola pikir, keyakinan, sistem, nilai-nilai, dan sebagainya yang secara sadar atau tidak telah disepakati atau dipegang teguh oleh semua anggota (karyawan). Semua itu umumnya ditunjukkan dan tercermin dalam sikap dan perilaku selama bekerja hingga akhirnya menjadi sebuah budaya organisasi atau perusahaan.

Budaya yang berjalan dan berkembang ini, perlu diketahui, dipantau, dianalisa, dan dipahami oleh para jajaran direksi, owener, dan pemimpin. Tujuannya, agar budaya perusahaan atau organisasi tetap dalam kondisi sehat. Kondisi yang mampu menjadikan perusahaan tetap survive, SDM produktif, dan bahagia.

Lalu bagaimana, jika budaya perusahaan atau organisasi dalam kondisi ‘sakit’?

Tentu saja harus segera diobati pada ahlinya. Misalnya seperti ACT Consulting yang sudah berpengalaman belasan tahun dalam membantu perusahaan dan organisasi melakukan transformasi Budaya Organisasi yang Kuat.

Sebelum itu, Anda perlu tahu ciri-ciri dari budaya perusahaan atau organisasi yang ‘sakit’ dan lemah. Umumnya ada 4 gejala yang bisa dilihat, seperti :

1. Para jajaran direksi dan pemimpin demam “EGP” (Emang Gue Pikirin).

Gejalanya seperti semakin banyaknya keluhan atau pengaduan dari konsumen atau pun SDM sendiri. Kinerja, peralatan, hingga manajemen yang memburuk. Terjadi pelanggaran seperti penyalahgunaan kekuasaan, KKN, dan sebagainya.

2. Para karyawan dan staf menderita “MBA” (Memble Aje).

Tidak ada kreativitas, inovasi, hingga inisiatif menciptakan perbaikan. Tidak ada juga hal baru yang berdampak positif bagi perusahaan atau organisasi.

3. Para leader hingga staf terjangkit penyakit “S3” (Salam, Senyum, Setor).

Sebuah penyakit berbentuk trik untuk bisa naik jabatan, mendapatkan kesempatan pendidikan, dan sebagainya.

4. Semua jajaran direksi, leader, hingga staf mengalami “Pusing-pusing”.

Semua tampak tidak tahu haru pergi ke arah mana.

Bila ada gelaja-gejala seperti di atas, perusahaan atau organisasi dalam kondisi kritis dan bisa saja ditinggal oleh pelanggan dan klien-klien lainnya. Lalu bagaimana cara menyembuhkannya?

Layaknya manusia saat sakit, hal pertama yang harus dilakukan ialah sadar dan mengakui bawah perusahaan atau organisasi sedang sakit. Selanjutnya, mulai melakukan langkah perbaikan dengan berobat sendiri lewat panduan yang banyak disebar di internet. Atau mengandalkan dokter spesialis yang kredibel dan berpengalaman.

Anda pun bisa memperkaya referensi mengenai obat tranformasi budaya perusahaan atau organisasi, dari tokoh-tokoh perubahan yang terbukti sukses. Contohnya seperti, PT Kereta Api Indonesia sejak era Ignatius Jonan. Alm. Jend. Park Chung Hee (Korea Selatan) yang berhasil mengubah negaranya menjadi negara industri yang sekarang sudah menyaingi Jepang dan lain-lain.

Jika Anda butuh bantuan dalam mengobati budaya perusahaan atau organisasi yang sakit dan ingin melakukan transformasi budaya, ACT Consulting siap membantu.

ACT memiliki program Organization Culture Health Index (OCHI) untuk mengetahui tingkat kesehatan budaya organisasi dan akan membantu memberikan solusi yang terukur, terarah, dan tepat sasaran.

Info detail Program OCHI bisa cek di :

https://actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi/

Atau langsung hubungi kami di :

0856 9489 7725

Training Motivasi Karyawan

Training Motivasi Karyawan dan Manfaatnya Bagi Perusahaan

By Article No Comments

Training Motivasi Karyawan dan Pengembangan SDM

ACT Consulting adalah lembaga penyedia pelatihan dan pengembangan SDM yang telah memberikan banyak motivasi kerja dan pelatihan kerja kepada berbagai perusahaan besar di Indonesia. ACT Consulting didirikan oleh pakar motivasi kerja karyawan Ary Ginanjar.

Materi motivasi yang kami sajikan adalah materi training motivasi kerja dan training leadership yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan demi kemajuan perusahaan Anda.

Selain itu, kami juga memberikan pelatihan karyawan dan leadership sesuai dengan permintaan perusahaan atau yang bersifat custom sesuai kebutuhan perusahaan Anda.

Hubungi 0821-2487-0050 Untuk Info Training Motivasi karyawan

Training Motivasi Karyawan

Pernahkah Anda memiliki karyawan yang sering mengeluh saat bekerja? Atau karyawan Anda suka malas-malasan dan berpikir bahwa bekerja hanya untuk mencari uang.

Hal ini sebenarnya menjadi permasalahan banyak pemimpin di sebuah perusahaan. Mereka kesulitan merawat karyawan sebagai sebuah aset yang perlu diperhatikan.

Padahal sudah menjadi sebuah kewajiban bagi perusahaan untuk memiliki karyawan yang memiliki motivasi tinggi saat bekerja. Karyawan yang memiliki nilai-nilai positif dan produktif merupakan hal penting bagi kesuksesan bisnis.

Jika saja karyawan telah kehilangan motivasi kerja, produktivitas pekerjaan mereka akan menurun dratis dan kualitas kerja semakin rendah. Tentu saja hal itu nantinya akan berpengaruh pada budaya organisasi yang ada dalam perusahaan tersebut.

Untuk itulah diperlukan Training Motivasi Karyawan untuk meningkatkan kembali semangat karyawan dalam bekerja.

Apa yang didapatkan dalam training motivasi karyawan

Program Internalisasi Budaya Perusahaan PT. United Tractors Pandu Indonesia

Patria Values Internalization PT. UTE, jababeka 13-14 Maret 2018

Meningkatkan Semangat Karyawan

Penting bagi seorang karyawan untuk terus memberikan kinerja dan potensi terbaik dalam dirinya. Dengan semangat baru, karyawan seperti mendapatkan energi tambahan untuk terus bekarya sebaik mungkin.

Meningkatkan Produktivitas Karyawan

Training motivasi karyawan adalah salah satu cari terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan.

Team Bulding Antar Karyawan

Dengan training motivasi karyawan, tentunya akan semakin mempererat hubungan karyawan satu sama lain. Karyawan semakin kenal lebih dalam dengan rekan kerja masing-masing.

Meningkatkan Loyalitas Karyawan

Training motivasi karyawan juga mampu meningkatkan loyalitas karyawan yang kuat terhadap perusahaan.

ACT Consulting yang telah berpengalaman selama 18 tahun dalam pengembangan diri dan karakter perusahaan memiliki solusi yang terukur mengatasi masalah motivasi karyawan dan training motivasi kerja.

Untuk info Training Motivasi Karyawan Lebih lanjut hubungi kami melalui kontak di bawah.

Pengukuran Budaya Perusahaan OCHI

6 Indikator Pengukuran Budaya Kerja Korporasi

By Article No Comments

Profit terus menurun, performa kerja karyawan cenderung stagnan bahkan menurun, operasional berjalan dengan sejumlah kendala yang muncul berulang kali. Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin korporasi Anda mengalami masalah budaya kerja. Namun kita tidak bisa melakukan prediksi tanpa pengukuran. Diperlukan metode empiris yang terbukti dapat menunjukkan berbagai penyebab permasalahan dalam budaya kerja di korporasi Anda.

OCHI atau Organizational Culture Health Index, adalah tools yang memberikan gambaran yang komprehensif tentang tingkat kesehatan organisasi Anda. Pengukuran ini dilakukan untuk memeriksa apakah perusahaan/organisasi sehat atau sakit. Jika manusia sakit, berobatnya ya ke dokter. Namun jika perusahaan/organisasi yang sakit, ke mana harus berobat?

Pernahkah Anda mempertanyakan hal ini? Jika ya, ACT Consulting bisa menjadi salah satu dokter terbaik untuk perusahaan/organisasi Anda. Di ACT kita punya program yang dikenal dengan OCHI (Organization Culture Health Index). Sebuah program transformasi budaya kerja yang tujuannya mengetahui tingkat kesehatan suatu perusahaan/organisasi. Tingkat kesehatan ini ditunjukkan dengan jumlah persentase racun budaya (Toxic Culture).

Toxic Culture sendiri merupakan energi yang terpakai untuk kegiatan tidak produktif di sebuah lingkungan kerja. Sesuatu yang menunjukkan tingkat konflik, friksi, dan frustasi di lingkungan tersebut. Metode pengukuran OCHI ini sangat efektif karena partisipan dapat memberikan persepsi mereka atas organisasi. Metode multi jawaban yang diberikan pada OCHI ini tidak dapat dimanipulasi hasilnya oleh partisipan yang mengikutinya.

Memiliki budaya kerja yang baik, juga merupakan suatu keharusan pada saat ini. Bahkan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) mengharuskan perusahaan besar memiliki Good Corporate Governance (GCG) dan Good Corporate Culture (GCC).

Indikator Pengukuran Budaya Organisasi (OCHI)

Pengukuran Budaya Perusahaan, OCHI, budaya kerja, act consulting, indeks kesehatan budaya

1. Culture Toxic Index

Mengukur banyaknya energi yang terbuang akibat pekerjaan yang tidak produktif yang disebabkan oleh konflik, friksi atau stres yang terjadi dalam organisasi. Dengan Index culture Toxic ini maka budaya yang intangible menjadi sesuatu yang tangible.

2. Faktor Penghambat

Mengindentifikasi nilai-nilai yang menyebabkan tingginya CULTURE TOXIC.

3. Pemetaan Nilai

Memetakan 10 nilai yang paling banyak dipilih untuk mengetahui fokus dan area pengembangan organisasi.

4. Harapan Karyawan

Menganalisa harapan karyawan yang tersirat dari GAP antara nilai-nilai yang dirasakan pada budaya organisasi saat ini dan yang dianggap penting di masa depan.

5. Implementasi Nilai

Menganalisa implementasi nilai-nilai yang dicanangkan sebagai Core Values di organisasi, pada budaya saat ini.

6. Tingkat Kenyamanan

Mengidentifikasi keselarasan Nilai-nilai Pribadi dengan nilai-nilai Budaya saat Ini

 

Korporasi Apa Saja Yang Membutuhkan Pengukuran Budaya Perusahaan Melalui Metode OCHI ini?

  1. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
  2. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten
  3. Departemen ataupun Kementerian
  4. Korporasi Perbankan dan Korporasi Finansial
  5. Korporasi Syariah dalam berbagai jenis bisnis
  6. Perusahaan Telekomunikasi dan Perusahaan Energi
  7. Perusahaan Logistik dan Otomotif
  8. Perusahaan Agribisnis dan Perusahaan Properti
  9. Perusahaan Asing yang memerlukan strategi akulturasi budaya kerja

Untuk mendapatkan gambaran budaya saat ini di organisasi Anda, hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

 

ariningtyas prameswari, budaya kerja, act consulting, corporate culture, organization culture health index, ochi,

By Y. Ariningtyas Prameswari, CCS*, Program Director of Culture Transformation at ACT Consulting
*Corporate Culture Specialist oleh BNSP

9 Senjata Menjadi Agen Perubahan Budaya Organisasi

9 Senjata Untuk Sukses Menjadi Agen perubahan

By Article No Comments

9 SENJATA UNTUK SUKSES JADI AGEN PERUBAHAN (Culture Change Agent)

Apakah Anda agen perubahan di organisasi/perusahaan tempat bekerja saat ini? Jika YA, apa saja yang sudah Anda persiapkan atau kerjakan. Tentu banyak rencana yang Anda susun untuk sukses jadi agen perubahan. Namun tahukah Anda, ada 9 hal penting yang wajib dimiliki seorang agen of change atau agen perubahan.

9 Hal yang bisa menjadi senjata, meraih keberhasilan menjalankan amanah. Di antaranya : 9 Senjata Menjadi Agen Perubahan Budaya Organisasi #1 Komunikasi yang baik
#2 Paham tantangan bisnis dan agenda transformasi
#3 Merencanakan dan mengelola proyek
#4 Mampu menangani resistensi
#5 Mampu menangani situasi tidak pasti
#6 Kinerja tinggi
#7 Interpersonal yang baik
#8 Mampu berpikir kreatif
#9 Role model

Info Training Manajemen Agen Perubahan Perusahaan hubungi kami di:+62 813-8249-1165

Racun Budaya Perusahaan

Waspada Racun Budaya (Culture Toxic), Jika Ingin Memenangkan Bisnis Usaha

By Article No Comments

Racun Budaya Perusahaan

Sekarang itu musimnya talent war atau perang karyawan. Untuk memenangkan persaingan, sejumlah perusahaan melakukan bajak-membajak profesional terbaik. Padahal mendapatkan, melahirkan, atau mengembangkan karyawan terbaik itu tidak mudah. Betul?

Lalu bagaimana mendapatkan, melahirkan, dan mempertahankan karyawan terbaik?

Jawabannya ada pada Employee enggagement. Menurut sebuah riset, Employee Engagement dapat memberikan peningkatan kinerja pada karyawan, profitabilitas, mempertahankan karyawan, kepuasan konsumen, serta keberhasilan untuk organisasi (Bates, 2004; Baumruk, 2004; Richman, 2006).

Namun, hasil riset menunjukkan bahwa tingkat engagement karyawan di perusahaan tergolong rendah. Termasuk perusahaan-perusahaan di Indonesia. Cukup banyak karyawan yang kurang mencintai apa yang dikerjakan, tidak bersemangat, acuh, hingga menjadi provokator kegalauan.

Beberapa penyebabnya ialah keselarasan antara nilai pribadi dan nilai organisasi, lingkungan kerja yang kurang kondusif, serta sistem kompensasi, reward yang fair dan memadai. Dari penyebab-penyebab ini, ada satu fakta menarik.

Leigh Branham dalam ‘The 7 Hidden Reason Employees Leave : How to Recognize the Subtle Signs and Act Before It’s Too Late (2005) menyimpulkan bahwa lebih dari 80 persen karyawan mengatakan bahwa faktor yang membuat mereka keluar dari perusahaan karena didorong oleh hal yang berkaitan dengan buruknya praktik manajemen atau racun budaya (budaya perusahaan yang sakit).

Tingkat racun budaya sebuah organisasi disebut sebagai Entropi Budaya, yaitu energi yang terbuang di tempat kerja untuk hal yang tidak produktif. Entropi budaya disebabkan oleh birokrasi yang berbelit, kontrol dan kehati-hatian yang berlebihan, saling tidak percaya, saling menyalahkan, kompetisi internal, ketidakjujuran, dan sebagainya.

Riset yang dilakukan oleh Barret Values Center dan Hewitt Associates terhadap 163 organisasi di Australia (2008), menunjukkan korelasi yang kuat antara tingkat entropi budaya dan Employee Engagement. Semakin tinggi entropi (racun budaya) semakin rendah engangement. Semakin rendah entropi, maka akan semakin tinggi engangement.

Contoh Tabel

Entropi Budaya Staff Engagement
Lapisan 1 (Terbaik) 5% 89%
Lapisan 2 8% 76%
Lapisan 3 15% 55%
Lapisan 4 (Terburuk) 21% 40%

Tantangannya ialah, saat ini sering terjadi para leader atau pemimpin tidak mengetahui tingkat culture toxic atau entropi di perusahaannya. Dan, jika Anda ingin mengetahui hal ini penting untuk melakukan pengukuran pada kesehatan budaya organisasi.

Sama dengan pasien yang ingin berobat. Diperlukan cek laboratorium untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Dari tes itu akan diketahui penyakit dan apa obat yang tepat.

Organisasi pun demikian. Perlu ada pengukuran tingkat entropi yang tepat dan akurat, sebelum diketahui langkah-langkah solusinya. Jika Anda ingin melakukan pengukuran ini, maka ACT Consulting siap membantu.

ACT memiliki program Organization Culture Health Index (OCHI) untuk mengetahui tingkat kesehatan budaya organisasi dan akan membantu memberikan solusi yang terukur, terarah, dan tepat sasaran.

Info detail Program OCHI bisa cek di :

https://actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi/

Atau langsung hubungi kami di :

0856 9489 7725

Sehatkah Budaya Organisasi di perusahaan Anda - ACT Consulting

Sehatkah Budaya Organisasi di Perusahaan Anda?

By Article No Comments

Sehatkah Budaya Organisasi di perusahaan Anda - ACT Consulting

ACT Consulting – Banyak perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan itu pun juga membawa dampak besar pada dunia bisnis. Para pelaku usaha, mulai dari level manajer hingga owner perlu melakukan berbagai inovasi dan perubahan yang terukur, akurat, serta terarah, agar memenangkan persaingan.

Berusaha meningkatkan produktivitas, melakukan berbagai terobosan, dan mengambil satu langkah di depan untuk kemajuan bisnis atau usaha yang dijalani. Apakah ini yang sedang Anda pikirkan dan jalankan saat ini?

Jika iya, ada satu hal yang penting menjadi fokus utama untuk merealisasikan harapan Anda. Satu hal itu ialah budaya organisasi.

Sejumlah pakar menyebutkan bahwa budaya organisasi bisa menjadi senjata andalan untuk bersaing dan menjawab tantangan zaman. Selain itu, budaya organisasi yang tepat juga mampu menyelesaikan sejumlah permasalahan dan menjadi kekuatan mencapai tujuan organisasi.

Jika djabarkan, budaya organisasi memilik peran dan fungsi seperti :

  1. Budaya menciptakan pembeda yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
  2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
  3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri individual seseorang.
  4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat, untuk dilakukan oleh karyawan.
  5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Selain itu, Budaya organisasi merupakan “ruh” organisasi, karena terdapat filosofi, visi dan misi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting bagi organisai untuk berkompetisi. Budaya organisasi tersebut mampu membentuk perilaku sesuai yang diharapkan oleh organisasi terkait dengan kinerja pegawai.

Pertanyaannya, sehatkah budaya organisasi di perusahaan Anda?

Untuk mengetahuinya tidak bisa hanya dengan pandangan sekilas atau opini semata. Butuh pengukuran budaya organisasi yang terukur, akurat, dan tepat, agar bisa melihat seberapa sehat budaya organisasi di perusahaan Anda.

Pengukuran itu meliputi :

  • Toxic Culture
  • Faktor yang Menghambat
  • Pemetaan Nilai
  • Harapan Karyawan
  • Implementasi Nilai Organisasi
  • Kenyamanan Karyawan

Dari pengukuran tersebut akan ditemukan solusi hingga langkah-langkah konkret  dalam melakukan perbaikan dan perubahan, demi terwujudnya goals yang diinginkan. Jika Anda kesulitan melakukan pengukuran budaya organisasi sendiri, ACT Consulting siap menjadi partner yang membantu sampai tuntas.

Lewat program OCHI (Organization Culture Health Index), Tim ACT akan membantu melakukan pengukuran dengan serangkaian tes. Kemudian hasil dari tes, akan dijabarkan dalam langkah-langkah solusi yang bisa jadi panduan dan strategi bagi perbaikan budaya organisasi perusahaan Anda.

Info lebih detail silakan kunjungi https://actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi/

Atau langsung hubungi kami di : +62 813-8249-1165

Mengukur Budaya Organisasi

Survey Budaya Perusahaan : 7 Pertanyaan Untuk Mengukur Tingkat Kepuasan Karyawan

By Article No Comments
Mengukur Budaya Organisasi

Telkomsel, Go Beyond, Hotel Santika, BSD

Ada sebuah survei di Amerika yang menyebutkan bahwa, 51 persen karyawan di Amerika mempunyai tingkat engagement yang sangat rendah terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Angka ini tentunya cukup besar dan menghawatirkan. Sebab, engagement sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan kebahagian karyawan, yang pada akhirnya berpengaruh besar juga terhadap kinerjanya.

Ya, engagement karyawan yang rendah akan merugikan industri hingga nilai miliaran tiap tahunnya. Lalu apa yang harus dilakukan untuk mencapai engagement karyawan yang tinggi?

Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah mengukur kesehatan budaya organisasi yang ada dalam perusahaan Anda. Cara paling mudahnya, Anda bisa lakukan survei kepuasan karyawan (employee engagement survey). Berikut ini adalah poin-poin yang bisa Anda jadikan rujukan untuk ditanyakan pada pada karyawan dalam survei tersebut.

7 Pertanyaan Untuk Mengukur Tingkat Kepuasan Karyawan

Mengukur Budaya Perusahaan Melalui Survey

Asean Corporate Culture Forum, 31 Oktober 2017, Menara 165, Jakarta Selatan

1. “Apakah kamu melihat ada kesempatan untuk mengembangkan karir?”

Jenjang karir yang jelas dan kesempatan untuk berkembang sebagai seorang profesional adalah motivasi yang sangat penting dalam engagement karyawan di tempat kerja. Karyawan akan merasa tidak puas, jika perusahaan membiarkannya dalam posisi itu-itu saja. Terutama bagi generasi millinial yang tidak ragu untuk lompat ke perusahaan lain.

2. “Tahukah kamu tentang visi/misi perusahaan?”

Setiap perusahaan harus punya visi yang jelas tentang masa depan mereka. Namun tanpa perencanaan dan pemahaman internalisasi budaya perusahaan kepada seluruh tubuh perusahaan, karyawan bisa bekerja sendiri tanpa arah.

3. “Apakah kamu mampu menyampaikan pendapatmu dengan nyaman disini?”

Semua karyawan ingin merasa dihargai di tempat kerja. Tidak terkecuali ketika mengutarakan pendapat. Bila karyawan merasa takut untuk menyampaikan pendapatnya, maka perusahaan harus mendorongnya. Sebab bisa jadi perusahaan melewatkan ide brilian yang sebenarnya bisa membantu berkembangnya perusahaan.

4. “Bagaimana pandanganmu tentang budaya perusahaan?”

Menurut sebuah studi, 93 persen millennial ingin bekerja di tempat yang memungkinkan mereka untuk jadi diri sendiri. Seiring dengan semakin tingginya kompetisi akan tenaga kerja berkualitas, cara terbaik untuk menarik karyawan adalah menunjukkan pada mereka bahwa perusahaanmu memiliki kultur yang positif.

5. “Apakah kamu memiliki hubungan yang baik dengan karyawan lain?”

Data dari Globoforce menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki lebih dari 25 orang teman di tempat kerja cenderung punya engagement lebih tinggi. Di perusahaan kecil mungkin angka ini sulit dicapai, tapi kamu tetap harus tahu pentingnya menumbuhkan lingkungan yang ramah dan kolaboratif demi produktivitas.

6. “Mampukah kamu menjaga keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi?

Tanyakan kepada karyawan apakah ia mendapatkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan beban kerja yang ia terima. Karyawan bisa saja kehilangan minat pada perusahaan, bila perusahaan tidak mendukung bola hidup seimbang.

7. “Bagaimana hubungan Anda dengan manajer?”

Tidak hanya memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja, namun karyawan juga harus memiliki hubungan baik dengan manajar. Mintalah bantuan kepada manajer agar karyawan merasa lebih nyaman dan memiliki engagement lebih tinggi.

Itulah tujuh pertanyaan survey yang bisa Anda tanyakan kepada karyawan Anda. Lewat survey ini, Anda bisa menganalisis kondisi budaya perusahaan serta mengindentifikasi masalah yang ada.

Dalam mengukur tingkat kesehatan budaya dalam sebuah organisasi dan perusahaa, ACT Consulting yang telah berpengalaman dalam melakukan transformasi budaya perusahaan di Indonesia maupun Malaysia, punya alat ukur sendiri yang efektif dan terencana, program tersebut adalah OCHI (Organization Culture Health Index).

Mau tahu lebih banyak tentang OCHI dan bagaimana mengetahui kesehatan budaya perusahaan dengan terukur dan efektif, klik halaman khusus OCHI disini: actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi

atau bisa juga hubungi kami di: +62 856-9489-7725

Pengukuran Budaya Organisasi Pemkot Banjarbaru

Presentasi Expose OCHI Pemerintah Kota Banjarbaru

By Article, News No Comments

Pengukuran Budaya Organisasi Pemkot Banjarbaru

Walikota Banjarbaru H Nadjmi Adhani di dampingi Wakil Walikota Banjarbaru H Darmawan Jaya Setiawan dan Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Banjarbaru Ir Hj Siti Zakiah, menyimak presentasi Expose OCHI (Organization Culture Health Index) oleh Tim Pengukuran Budaya Organisasi dari ACT Consulting.

Kemudian dilanjutkan presentasi hasil akhir OCHI / Pengukuran Budaya Organisasi kepada seluruh SKPD Kota Banjarbaru yang disampaikan Andi Basuni, Konsultan ACT Consulting, di dampingi Denny Kurniawan.

Wakil Walikota Banjarbaru, H Darmawan Jaya Setiawan menyampaikan bahwa akhir-akhir ini istilah budaya organisasi banyak dijumpai di berbagai media, para ahli, praktisi maupun akdemisi telah banyak melakukan analisis dan kajian berkaitan dengan budaya organisasi. Diskusi maupun seminar telah banyak diselenggarakan untuk mengungkapkan berbagai substansi yang berkaitan dengan pengembangan budaya organisasi, fungsi dan pengaruh serta manfaatnya untuk sebuah organisasi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memang dirasakan sangat penting dan memiliki manfaat baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan organisasi, terutama dalam kancah persaingan yang semakin ketat. Para ahli berpendapat bahwa definisi budaya organisasi memiliki tiga hal yang merupakan ciri khas dari budaya organisasi tersebut, antara lain: dipelajari, dimiliki bersama,  diwariskan dari generasi ke generasi. Faktor yang paling penting bagi organisasi adalah bagaimana seorang pemimpin, ketua ataupun manajer sebuah organisasi dapat menciptakan dan memelihara suatu budaya organisasi yang kuat dan jelas.

Budaya organisasi adalah cara berfikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi, mempelajarinya atau paling sedikit menerimanya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah merupakan perwakilan dari norma-norma perilaku yang harus diikuti oleh anggota organisasi. Seorang pemimpin efektif dalam membangun budaya organisasi yang dipimpinnya harus berperan menjadi sosok dari budaya yang akan dibangunnya, pemimpin harus mampu membantu bawahan untuk menciptakan rasa memiliki jati diri bagi para pekerjanya. Seorang pemimpin harus mampu mengembangkan keikatan pribadi antara karyawan dengan institusi dimana mereka bekerja, rasa memiliki merupakan modal dasar bagi seorang pemimpin dalam mendorong karyawan untuk mencapai misi dan tujuan dari organisasi.

Tanpa adanya ikatan pribadi karyawan terhadap organisasi, seorang pemimpin akan kesulitan untuk menterjemahkan visi, misi dan tujuannya dalam memimpin organisasi. Pemimpin juga harus dapat membatu menciptakan stabilisasi organisasi sebagai suatu sistem sosial, dimana orang-orang yang ada didalam organisasi merupakan satu kesatuan sosial yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seorang pemimpin juga harus mampu menjadi pedoman perilaku, sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk. Pada dasarnya, untuk membangun budaya organisasi yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap, boleh jadi dalam perjalanannya akan mengalami pasang surut yang berbeda dari waktu ke waktu.

Budaya organisasi yang kuat memiliki beberapa tujuan, salah satunya adalah mendapatkan usaha-usaha produktif karyawan dan membantu setiap orang untuk bekerja mencapai tujuan yang sama. Demikian juga di Lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru, harus mengembangkan budaya positif sebagai karakter budaya organisasi. Semoga hasil survei ini baik dan akuntabel, dan hasilnya dapat memotivasi untuk menjalankan pemerintahan agar lebih baik lagi kedepannya.

Sumber: humas.banjarbarukota.go.id

Ingin melakukan pengukuran budaya organisasi perusahaan Anda?

Daftar OCHI (Organization Culture Health Index) disini: actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi

Atau hubungi kami di: +62 856-9489-7725

Peran Change Agen Dalam Budaya Perusahaan

Apa dan Bagaimana Peran Agen Perubahan dalam Organisasi?

By Article No Comments

Apa yang dimaksud Agen Perubahan (Change Agents)?

Dalam dunia pengembangan budaya organisasi dan perusahaan, peran agent of change atau agen perubahan tentu sudah tidak asing lagi. Terlebih ketika membahas hal yang berkaitan terhadap upaya sebuah organisasi untuk memperbarui diri dalam situasi perubahan lingkungan dalam sejumlah langkah yang strategis.

Setiap perubahan itu membutuhkan sejumlah individu untuk menjadi role model atau pemandu proses berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi, agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Itulah agen perubahan (agent of change), individu yang bertugas mempengaruhi target / sasaran perubahan agar mereka mengambil keputusan sesuatu dengan arah yang organisasi kehendaki.

Agen perubahan adalah orang yang menghubungkan antara sumber perubahaan baik itu inovasi maupun kebijakan organisasi dengan target perubahan. Untuk itu ada sejumlah peran agent of change yang harus dilaksanakan sebagai Change Leader.

Peran Agent of Change

Peran Change Agen Dalam Budaya Perusahaan

Culture Agent On Boarding, Telkom Indonesia

Selain menginformasikan hal baru dalam rangka memperkenalkan suatu Inovasi / Kebijakan baru kepada suatu kelompok target perubahan, agen perubahan juga memiliki peran penting dalam:

1. Membangun kesadaran pentingnya perubahan

Agen Perubahan harus mampu menyadarkan target bahwa mereka memerlukan perubahan dengan sikap / perilaku yang sebaiknya mereka lakukan. Perubahan sikap itu akan memberikan kemudahan / keuntungan bagi mereka dan diharapkan pada tahap ini target perubahan mempunyai kesadaran bahwa untuk hal yang lebih baik mereka harus berubah demi mereka sendiri.

2. Media penukar informasi

Ketika kelompok masyarakat target perubahan menyadari bahwa mereka memerlukan perubahan, maka Agen Perubahan secara terus menerus membangun komunikasi dengan mereka.

Mereka harus dapat diterima serta dipercaya oleh kelompok sosial / masyarakat target Inovasi / Kebijakan Publik sebelum mau membangun hubungan baik. Ia harus membangun citra diri sehingga dipersepsikan bahwa dia orang yang kompeten (competence), kredibel (credible), dapat dipercaya (trustworthy) dan bersikap penuh simpati dan empati pada kelompok sosial / masyarakat target Inovasi / Kebijakan Publik.

3. Mengidentifikasi masalah

Agen Perubahan bertanggung jawab menyajikan hasil analisis tentang apa yang terjadi dan tidak dapat terpenuhi kebutuhannya saat itu. Pada saat yang demikian Agen Perubahan diharapkan mampu melihat persoalan yang dihadapi dengan menggunakan perspectif organisasi dan menyajikan komunikasi yang efektif.

4. Mendorong niat perubahan

Setelah Agen Perubahan menjelaskan berbagai cara harus dilakukan oleh target perubahaan mereka, maka Agen Perubahan dituntut untuk mampu memberi motivasi yang telah ditawarkan Agen Perubahan.

5. Mentransformasikan niat menjadi nyata

Agen Perubahan dituntut mencari tahu tentang cara bagaimana mempengaruhi target perubahaan sebagaimana rekomendasi yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan mereka sendiri. Pada tahap ini komunikasi interpersonal antar mereka sendiri dapat membantu meyakinkan untuk memutuskan mengadopsi budaya yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

6. Merawat adopsi values baru dan mencegah pembatalan adopsi

Agen Perubahan diharapkan tetap mendampingi target perubahan agar tetap bertahan dengan sikap perilaku yang sudah diputuskan dengan mengadopsi Values Baru/ Inovasi / Kebijakan Publik. Pendampingan merupakan tahap penting, karena menjadi konfirmasi tentang perubahan budaya yang dibutuhkan dan sekaligus menunjukkan manfaatnya bagi mereka.

7. Menciptakan Agen Perubahan baru dari Target Perubahan

Akhirnya, Agen Perubahan mendorong target perubahan mampu bersikap dan berperilaku dengan mengadopsi budaya organisasi telah diperkenalkan sebelumnya.

Saat Agen Perubahan setelah mampu mendorong budaya baru maka komunitas organisasi seharusnya telah mampu menciptakan kader Agen Perubahan (baru) dari komunitas target perubahan itu sendiri. Apabila kelompok Komunitas target perubahan telah mampu menghasilkan Agen Perubahan (baru) maka tugas Agen Perubahan telah berakhir.

Itulah sejumlah peran agent of change (Agen Perubahan) dalam menciptakan Budaya baru yang diinginkan organisasi atau perusahaan.

Daftar Change Agent Program ACT Consulting klik:

Pengembangan Agen Perubahaan Dalam Perusahaan