Skip to main content

Waspada Racun Budaya (Culture Toxic), Jika Ingin Memenangkan Bisnis Usaha

By April 19, 2018October 31st, 2018Article

Racun Budaya Perusahaan

Sekarang itu musimnya talent war atau perang karyawan. Untuk memenangkan persaingan, sejumlah perusahaan melakukan bajak-membajak profesional terbaik. Padahal mendapatkan, melahirkan, atau mengembangkan karyawan terbaik itu tidak mudah. Betul?

Lalu bagaimana mendapatkan, melahirkan, dan mempertahankan karyawan terbaik?

Jawabannya ada pada Employee enggagement. Menurut sebuah riset, Employee Engagement dapat memberikan peningkatan kinerja pada karyawan, profitabilitas, mempertahankan karyawan, kepuasan konsumen, serta keberhasilan untuk organisasi (Bates, 2004; Baumruk, 2004; Richman, 2006).

Namun, hasil riset menunjukkan bahwa tingkat engagement karyawan di perusahaan tergolong rendah. Termasuk perusahaan-perusahaan di Indonesia. Cukup banyak karyawan yang kurang mencintai apa yang dikerjakan, tidak bersemangat, acuh, hingga menjadi provokator kegalauan.

Beberapa penyebabnya ialah keselarasan antara nilai pribadi dan nilai organisasi, lingkungan kerja yang kurang kondusif, serta sistem kompensasi, reward yang fair dan memadai. Dari penyebab-penyebab ini, ada satu fakta menarik.

Leigh Branham dalam ‘The 7 Hidden Reason Employees Leave : How to Recognize the Subtle Signs and Act Before It’s Too Late (2005) menyimpulkan bahwa lebih dari 80 persen karyawan mengatakan bahwa faktor yang membuat mereka keluar dari perusahaan karena didorong oleh hal yang berkaitan dengan buruknya praktik manajemen atau racun budaya (budaya perusahaan yang sakit).

Tingkat racun budaya sebuah organisasi disebut sebagai Entropi Budaya, yaitu energi yang terbuang di tempat kerja untuk hal yang tidak produktif. Entropi budaya disebabkan oleh birokrasi yang berbelit, kontrol dan kehati-hatian yang berlebihan, saling tidak percaya, saling menyalahkan, kompetisi internal, ketidakjujuran, dan sebagainya.

Riset yang dilakukan oleh Barret Values Center dan Hewitt Associates terhadap 163 organisasi di Australia (2008), menunjukkan korelasi yang kuat antara tingkat entropi budaya dan Employee Engagement. Semakin tinggi entropi (racun budaya) semakin rendah engangement. Semakin rendah entropi, maka akan semakin tinggi engangement.

Contoh Tabel

Entropi Budaya Staff Engagement
Lapisan 1 (Terbaik) 5% 89%
Lapisan 2 8% 76%
Lapisan 3 15% 55%
Lapisan 4 (Terburuk) 21% 40%

Tantangannya ialah, saat ini sering terjadi para leader atau pemimpin tidak mengetahui tingkat culture toxic atau entropi di perusahaannya. Dan, jika Anda ingin mengetahui hal ini penting untuk melakukan pengukuran pada kesehatan budaya organisasi.

Sama dengan pasien yang ingin berobat. Diperlukan cek laboratorium untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Dari tes itu akan diketahui penyakit dan apa obat yang tepat.

Organisasi pun demikian. Perlu ada pengukuran tingkat entropi yang tepat dan akurat, sebelum diketahui langkah-langkah solusinya. Jika Anda ingin melakukan pengukuran ini, maka ACT Consulting siap membantu.

ACT memiliki program Organization Culture Health Index (OCHI) untuk mengetahui tingkat kesehatan budaya organisasi dan akan membantu memberikan solusi yang terukur, terarah, dan tepat sasaran.

Info detail Program OCHI bisa cek di :

https://actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi/

Atau langsung hubungi kami di :

0856 9489 7725

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?