Skip to main content
All Posts By

admin

Partner In Culture Transformation

Beragam Langkah Inovasi Elon Musk Yang Berhasil Mendisrupsi Bermacam Industri

By Article No Comments

Produksi kendaraan elektrik yang dilakukan oleh Tesla mendorong banyak perusahaan otomotif untuk melangkah merancang versi kendaraan elektrik mereka sendiri.  Hal ini membuat sejumlah perusahaan dunia terdisrupsi. 

Perusahaan yang menjadi korban disrupsi elektrifikasi kendaraan ini kebanyakan adalah manufaktur produsen sparepart khusus kendaraan berbahan bakar minyak. Diantaranya perusahaan produsen sparepart fuel pump/ pompa bahan bakar di dalam mesin berbasis minyak bensin dan solar. Menurut Forbes hal ini bisa dilihat dari satu perusahaan di sebuah kota di Jerman. Dimana permintaan terhadap fuel pump yang semula didapatkan secara regular di pabrik tersebut kini makin menurun dan akhirnya pabrik tersebut sudah akan ditutup. 

Fasilitas manufaktur kendaraan mewah Mercedes Benz pun terpaksa melakukan efisiensi.  Hingga puluhan ribu jumlah karyawannya di seluruh dunia harus dipangkas. Hal ini terjadi karena jumlah orang yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah kendaraan elektrik jauh lebih sedikit. Karena kendaraan elektrik memiliki rancangan yang lebih sederhana dibanding kendaraan berbahan bakar bensin. Sehingga efisiensi massal tidak bisa dihindari. 

Perusahaan Elon Musk lainnya yang mendisrupsi adalah SpaceX. Tak tanggung-tanggung, yang dilakukan SpaceX berhasil membantu banyak provider telekomunikasi dan perusahaan lain dunia yang membutuhkan jasa peluncuran satelit.  Jasa yang diberikan SpaceX terbukti berhasil dan telah membawa banyak satelit dari berbagai negara ke angkasa dengan biaya yang jauh lebih murah. 

Inovasi yang dibuat spaceX adalah dalam menghasilkan roket dan pesawat ulang alik yang mampu mengangkasa hingga 100 kali. Dibanding teknologi pesawat ulang alik sebelumnya yang hanya mampu mengantarkan satelit hanya beberapa kali saja, langkah SpaceX ini menghasilkan penghematan yang sangat besar. 

Inovasi lainnya yang dibuat oleh Elon Musk adalah dengan panel surya.  Dalam waktu yang cukup singkat Solarcity yang memproduksi panel surya dan berbagai peralatan lain yang didesain untuk dapat membantu masyarakat mengatur sendiri fasilitas listrik tenaga surya di rumahnya dalam waktu cepat telah diserap oleh masyarakat secara luas. Hingga mengubah pola konsumsi listrik yang tadinya tergantung pada layanan perusahaan listrik milik pemerintah atau perusahaan listrik besar, menjadi mandiri.  

Solarcity mampu memproduksi panel surya yang mampu mengumpulkan energi cukup besar walau matahari bersinar redup sekalipun.  Dengan pemasangan panel surya berkualitas baik di atapnya, tiap rumah mampu menghasilkan energi yang cukup untuk dapat mengoperasikan berbagai peralatan listrik serta pendingin/penghangat dan rangkaian lampu di dalam sebuah rumah selama sehari.  

Teknologi pada panel surya miliknya dihubungkan dengan perangkat penyimpan tenaga listrik yang dapat dioperasikan dan dipasang dengan mudah.  Investasi yang cukup mahal di awal untuk membeli rangkaian panel surya dan memasang berbagai peralatannya yang dibutuhkan, berbuah energi hampir gratis yang dapat memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari. 

Perangkat penyimpan tenaga listrik dijual bersama dalam satu paket. Sistem rancangan yang dibuat oleh Elon Musk bersifat fleksibel sehingga dapat menyesuaikan dengan berbagai kondisi dan kebutuhan tiap keluarga.   

Elon Musk pun merancang Hyperloop, sebuah kendaraan yang akan melalui lintasan berbentuk tube yang akan  mempersingkat waktu tempuh menjadi hanya 2,5 menit saja untuk jarak sepanjang 30 mil. Namun kendaraan impian ini masih berupa konsep. 

Dalam upaya lain untuk mengatasi macet dengan cara yang murah, Elon Musk pun merancang The Boring Company, yang berkonsentrasi untuk merancang terowongan lintasan kendaraan di berbagai kota. Penyebab mengapa terowongan buatan The Boring Company ini murah adalah dengan mendesain diameter terowongan yang jauh lebih kecil. 

Terowongan rancangan The Boring Company dibuat untuk berukuran tidak perlu besar karena di dalamnya Elon merancang lintasan berjalan yang bergerak dengan cepat, mirip seperti jalur berjalan yang kita temui di airport, namun untuk kendaraan dan untuk kecepatan yang tinggi. Hal ini membuat kendaraan yang akan lewat terowongan tidak perlu dikendarai, meminimalisir kemungkinan macet, memperkecil jarak antar kendaraan dan menolkan kemungkinan kecelakaan karena tabrakan antar kendaraan. 

Manajemen di Era Turbulensi ( Bagian 1)

By Article No Comments

Momen ini ekonomi dunia dikatakan tengah berada dalam fase turbulensi, penuh badai, tidak pasti, dan tengah terjadi perlambatan ekonomi. Untuk itu, sebagai karyawan yang berada dalam sebuah bisnis, kita harus dapat melihat ulang posisi bisnis kita sendiri. 

Dalam buku dari Peter F Drucker, “Managing in Turbulence Time”, disebutkan bahwa setiap bisnis haruslah melakukan ulang hal ini;

– Periksa dengan cermat peluang apa yang diciptakan

– Lihat apakah ada perubahan dalam definisi misi yang ingin dikejar;

– Memperhatikan perubahan perilaku masyarakat dan pengaruhnya pada kegiatan ekonomi pada lapangan bisnis Anda. 

Dalam memandang dinamika bisnis, kita juga harus mencermati adakah bagian dari dinamika populasi yang masing-masing akan mewakili sejumlah perubahan besar dalam; 

– Lingkungan ekosistem target marketing masing-masing institusi,

– Lingkungan persaingan dalam ceruk sasaran produk atau layanannya,

– Sistem operasional serta sistem layanan dan pemasaran yang selama ini menentukan kinerja aliran pendapatan perusahaan 

– Bagaimana rancangan pengalaman yang dibangun untuk konsumen dalam sistem penjualan produk atau layanan 

Dalam kerangka bisnis dan sistem perusahaan kita harus melihat dalam kerangka berpikir yang lebih besar. Bahwa bahkan bisnis kecil pun di era internet ini harus memaksa diri untuk belajar berpikir dan beroperasi secara transnasional.

Menghadapi masa turbulensi maka yang harus dilakukan oleh perusahaan besar dan multinasional adalah dalam membentuk bisnis dalam ekosistem kolaboratif dalam bekerja dan terus melakukan upskilling dan reskilling. Bahwa bahkan bagi bisnis yang kelas dunia sekalipun harus kembali belajar berpikir dan berperilaku sangat berbeda.

Dalam pertimbangan krisis ekonomi yang bisa terjadi di negara mana saja, kita harus memiliki beberapa rencana cadangan. Hal ini karena krisis akan memaksa negara tersebut melakukan berbagai perubahan kebijakan. Perubahan yang akan membuat sekian perusahaan besar dan kecil dalam negara tersebut melakukan rencana dalam menyesuaikan diri atau dalam beradaptasi terhadap perubahan. 

Dalam usaha agar bisnis kita bisa tetap berjalan, berbagai usaha kecil maupun besar yang beroperasi dalam pasar lokal atau regional harus 

– Belajar mengatur produksinya secara transnasional dengan menyiapkan lebih dari satu jalur pasokan bahan baku

– Membuat dan menjalankan proses operasional dalam berbagai ragam jalur 

– Meragamkan berbagai sasaran dalam pemasaran dan penjualan 

– Mereview tahapan produksi dan bukan menjadikan satu proses “manufaktur” tetap terpusat

– Harus belajar membeli suku cadang dari berbagai wilayah dunia atau 

– Mempertimbangkan untuk memanfaatkan jalur produksi yang telah dimiliki untuk melakukan variasi hasil produk dengan membeli produk jadi dan menciptakan jalur pendapatan baru.

Peter F Drucker juga menegaskan bahwa perusahaan yang sudah menjalankan usaha dalam skala ekonomi global agar menghadapi turbulensi dengan melakukan revolusi dalam 3 hal ini dan membuat perubahan yang lebih menantang di dalam hal; 

  • Sikap (attitude); sikap terhadap persaingan, sikap terhadap pasar, sikap terhadap kompetitor, dan sikap terhadap karyawan dan sikap terhadap konsumen
  • Perilaku (behavior); mendesain ulang pemasaran dengan menciptakan jalur pengalaman konsumen yang loyal pada produk dan layanan dari perusahaan kita (costumer experience), melakukan redesain produk dengan flow design thinking, merombak ulang cara bersikap terhadap karyawan di era milenial, mendesain ulang perilaku pemasaran yang lebih empatik dan berdampak, dan lain sebagainya. 
  • Praktik (terapan); melakukan perombakan dalam penerapan eksekusi dari berbagai rencana yang telah dibuat untuk periode jangka pendek dan jangka panjang, melakukan pertimbangan lebih empatik dalam penerapan berbagai peraturan yang telah ditetapkan dunia usaha dan memenuhi serta bersifat comply pada berbagai aturan secara nasional ataupun tingkat global, 

Training Grand Why For Millenials Telkomsel Februari 2020

By News No Comments

Pertanyaan terbesar manusia dalam hidupnya adalah tentang “Why”. Mengenai alasan apa yang ada di balik tiap perbuatan baiknya. Mengapa ia harus berbuat baik. Mengapa ia harus memberikan kinerja terbaik. Mengapa ia harus bangun pagi tiap hari dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya. 

Sejumlah orang memiliki pengasuhan yang baik, dengan orangtua yang memberikan contoh teladan dalam bekerja keras dan berbakti untuk negara, bangsa dan agama. Namun banyak juga yang hidup dimanja sejak kecil.  Hingga banyak karyawan yang memberikan banyak keluhan saat bekerja. Seolah-olah bekerja hanya sebuah beban. 

Di tengah perlambatan ekonomi yang kini sedang terjadi, membesarkan usaha diluar pekerjaan masih amatlah sulit. Hal ini karena tidak mudah untuk menemukan konsumen bagi produk yang kita hasilkan. Bahkan sejumlah usaha bisa jadi tengah mengalami kesulitan karena menebarnya berbagai virus dan ancaman kesehatan lainnya. Kondisi perusahaan besar pun tidak jauh berbeda. Ancaman disrupsi yang bisa terjadi kapan saja, membuat tim pimpinan harus terus memutar otak dan bekerja lebih keras dan lebih cerdas. 

Padahal bila saja tiap karyawan mengetahui betapa beruntungnya ia bisa bekerja dengan kondisi sehat, kantor yang bersih dan terawat, dan peraturan bekerja yang teramat baik. Sementara diluar amat banyak perusahaan tutup dan banyak pengangguran mencari pekerjaan. Bersyukur akan pekerjaan yang dimiliki bisa menjadi salah satu alasan untuk memberikan kontribusi terbaik kita dalam bekerja. 

Rasa syukur adalah sebuah alasan yang dapat mendorong kita untuk memberi lebih banyak lagi. Memberikan pekerjaan yang lebih baik. Memberikan rancangan strategi yang lebih tepat dan brilyan. Rasa syukur juga membuat sikap kita lebih baik pada orang lain. Kita bisa mencegah rasa lelah muncul dengan sikap bersyukur. Kita juga bisa mendorong tim untuk memberikan kinerja terbaiknya dengan sikap syukur dan berterima kasih pada Tuhan. 

Namun rasa syukur saja bisa tidak cukup. Kondisi pelik dalam persaingan membuat kita harus memiliki cadangan tenaga yang lebih besar untuk menghadapi rasa takut, cemas dan malas yang dapat menghinggapi saat harus mengerjakan pekerjaan besar dengan target tinggi. Terkadang kita harus menemukan alasan kuat agar tidak mudah capek bila harus bekerja tanpa kenal lelah berhari-hari dengan tenggat waktu yang terbatas. 

Apa yang bisa mendorong seseorang untuk memberikan kinerjanya yang brilyan sebagai pekerjaannya sehari-hari?  Apa yang mampu mendorong karyawan hingga rela lembur berhari-hari tanpa menuntut banyak pada perusahaan? Bagaimana memiliki tim dengan kinerja luar biasa yang bekerja dengan harmonis dan rasa saling dukung dalam satu tim yang kolaborasinya hebat? 

Karyawan dapat mengalami peningkatan kinerja, karyawan dapat memiliki kemampuan untuk mencapai target tinggi bila mereka telah bersama-sama menemukan “moment of truth”.  Momen dimana ia merasa telah menemukan apa alasan sesungguhnya ia dalam bekerja. Untuk alasan apa ia memperjuangkan karirnya. Untuk alasan apa ia mampu mengatasi batasan ketidakmungkinan yang sebelumnya telah mengurung banyak orang dalam keputusasaan. 

Moment of truth tersebut diantaranya dapat ditemukan saat seorang karyawan mengetahui tentang “Grand Why”. Konsep ini adalah temuan dari DR (HC) Ary Ginanjar Agustian, founder dan penemu konsep ESQ untuk peningkatan kecerdasan emosional dan spiritual dalam bekerja. 

Semula konsep ESQ lahir pada tahun 1999. Tak lama setelah masyarakat Indonesia mengalami krisis moneter di tahun 1998. Berbagai kerusuhan terjadi dan membuat masyarakat hidup dalam keadaan kritis dan mencekam.  Sejumlah usaha kolaps membuat banyak usaha bangkrut karena nilai dollar yang tiba-tiba meninggi. Saat itu, munculnya konsep ESQ bagai oase dingin yang menjadi pemuas dahaga dan peredam segala kesulitan dan kebimbangan hidup yang tengah dihadapi di masyarakat. 

Konsep ESQ ini di kembali merebak menjadi hangat di masyarakat setelah berbagai kesulitan ekonomi kembali mengganggu kestabilan.  Di tahun 2018 pada acara Amazing You, ESQ Training menelurkan konsep Grand Why. Sebuah konsep untuk memberikan motivasi bekerja yang dapat terus dirasakan hingga bertahun-tahun. 

Pada tanggal 10 Februari 2020, Telkomsel kembali mempercayakan pada ACT Consulting untuk memberikan pelatihan bagi karyawan millenialsnya. Training bertajuk Grand Why For Millenials Telkomsel tersebut dipandu oleh Coach Rendy Yusran dengan khidmat, namun tetap ceria dan penuh keceriaan. Dalam training tersebut para peserta mendapatkan inspirasi untuk selalu penuh tanggung jawab dalam bekerja, dengan tetap menjaga keseimbangan antara emosional, spiritual dan kemampuan intelektual mereka. 

Bagaimana Contingency Plan Perusahaan Anda Berkaitan Dengan 2019-nCoV?

By Article No Comments

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO mengumumkan bahwa wabah virus Corona merupakan ancaman bagi dunia. Berdasarkan pada warning yang diresmikan secara global tersebut, sejumlah negara termasuk Indonesia melakukan beragam langkah untuk mencegah penyebaran virus 2019-nCoV tersebut di negara masing-masing. 

Di Indonesia, langkah yang dilakukan pemerintah antara lain adalah melakukan pembatasan impor hewan hidup, buah-buahan, ikan dan sejumlah bahan makanan seperti bawang putih, sejak awal Februari 2020. 

Pemerintah pun melakukan berbagai pencegahan dengan sejumlah langkah seperti melarang penerbangan dari dan ke semua provinsi di China mulai pada jam 00.00 di tanggal 5 Februari 2020. 

Untuk menyelamatkan warga Indonesia yang berada di wilayah Provinsi Hubei, di kota Wuhan, daerah yang menjadi pusat penyebaran virus Corona, pemerintah telah melakukan penerbangan penyelamatan untuk upaya evakuasi tersebut. 

Jumlah warga negara Indonesia yang berhasil dipulangkan 238 orang, dari 245 warga negara yang terdaftar tengah berada disana. 4 orang menolak di evakuasi atas kemauan sendiri, sementara 3 orang tidak lolos dari screening awal keberadaan virus Corona dalam tubuh mereka. 

Warga negara kita yang telah berhasil di evakuasi ini pun tengah masih menjalani masa karantina selama 14 hari untuk menentukan apakah mereka tertular Corona atau tidak, di pulau Natuna. 

Namun dunia bisnis di tanah air ternyata menyampaikan sejumlah kekhawatiran mereka. Diantaranya adalah para eksportir yang menyampaikan protes mereka karena khawatir pihak China akan membalas larangan impor yang ditetapkan pemerintah tersebut dengan pembatasan ekspor berbagai komoditas dari Indonesia ke negara tirai bambu tersebut. 

Kekhawatiran dunia pun makin meluas, saat mencermati bagaimana virus Corona menyebar bukan hanya di China, tapi juga hingga di negara lain seperti di Singapura. Hingga pada hari ini (2/10/2020) pemerintah menaikkan status siaga Corona di Singapura menjadi siaga kuning. 

Bagaimana pengaruh virus Corona pada kondisi ekonomi global dibahas oleh berbagai media utama dunia. Juga oleh lembaga ekonomi dunia seperti World Economic Forum. Kondisi ekonomi di negara kita termasuk yang tidak banyak terpengaruh oleh virus Corona dan perdagangan yang terganggu karenanya. 

Namun sejumlah negara lain seperti Korea, Jepang, Eropa dan Amerika, ternyata amat terpukul.  Hal ini karena negara-negara tersebut mengandalkan fasilitas produksi mereka, tersebar di berbagai propinsi di China. 

Honda misalnya, memiliki 3 pabrik di Wuhan saja. Toyota, General Motors, dan Volkswagen yang semuanya memiliki fasilitas produksi di China pun menghentikan produksi mereka. Tak hanya bisnis otomotif yang terganggu, produksi pesawat yang dilakukan Airbus di Tianjin pun dihentikan. Hal ini berkaitan dengan pembatasan travel yang dilakukan dari Uni Eropa ke China. 

Begitu juga dengan berbagai merk otomotif mewah dunia seperti Jaguar, Aston Martin, Land Rover. Serta berbagai merk ternama dunia seperti Burberry, H&M, Hugo Boss, Adidas, Gap yang memiliki fasilitas manufaktur fashionnya di berbagai provinsi yang tersebar di China. 

Beragam bisnis milik Amerika dan Inggris yang berjalan di China pun terganggu karena fasilitas produksi mereka harus ditutup berkenaan dengan kekhawatiran merebaknya wabah virus Corona ini. Starbucks dengan ribuan café mereka yang tersebar di China terpaksa ditutup. 

Demikian juga dengan toko furniture milik Denmark, Ikea yang terpaksa ditutup di seluruh China. McDonalds pun menutup hingga tigaratus lebih restoran dan 10% jaringan katornya yang tersebar di berbagai provinsi di China. 

Demikian pula dengan dua taman bermain Disney di China yang mengalami penutupan di momen yang seharusnya menjadi saat kunjungan tertinggi pada tahun ini. Kerugian yang dilaporkan oleh the guardian mencapai 280 juta dollar amerika hanya untuk Disney saja. 

Apabila kekhawatiran dunia meluas hingga ke Singapura, bukan hanya fashion dan otomotif yang mungkin terpengaruh. Hal ini karena Singapura merupakan pusat bisnis di Asia dan berbagai negara meletakkan server utama mereka di negara tersebut.  Apabila travel warning juga diberlakukan untuk Singapura, apa yang mungkin akan terjadi? 

Apakah para pemilik bisnis yang memiliki fasilitas produksi di China akan bisa melakukan switching facility dengan cepat? Berbagai perusahaan, institusi dan lembaga yang ada di tanah air seharusnya pada saat ini telah membuat dan menyusun contingency plan dan berbagai back up plan berkaitan dengan resiko yang mungkin timbul karena sebaran virus Corona ini. 

Bagaimana kemungkinan sejumlah bisnis dunia bisa mempertimbangkan Indonesia sebagai sasaran investasi mereka untuk switching production facility? Terutama mengingat bahwa banyak dari perusahaan fashion dunia sebelumnya memiliki sejarah produksi di tanah air. Hal ini karena penurunan aktivitas ekonomi akibat virus Corona juga membuka kembali banyak peluang bagi industri di tanah air yang semula sempat kalah bersaing karena persaingan tidak sehat akibat harga rendah yang diciptakan oleh China dengan membayar murah buruh mereka. 

Training Leaders as Meaning Makers Telkomsel Batch 2

By News No Comments

Kepemimpinan apa yang diharapkan muncul pada era disruptif sekarang ini? Bagaimana cara memunculkan agility pada diri para pemimpin di suatu perusahaan agar bisa menciptakan kepaduan kinerja karyawan dalam satu ekosistem kolaboratif yang memiliki daya lenting dan lincah, kuat dan fleksibel dalam menghadapi permasalahan dan mengejar target yang tinggi? 

Sumber daya manusia yang ada dalam suatu perusahaan merupakan kolam bakat yang terdiri dari  individu dengan berbagai talenta yang berbeda. Namun, gabungan karyawan dengan kecerdasan yang luar biasa pun, bisa menjadi tak berguna bila tidak disatupadukan menjadi ekosistem kolaboratif dalam bekerja dengan budaya perusahaan yang baik. 

Oleh karena itu, dibutuhkan jajaran pimpinan yang mampu selalu bertransformasi, mampu melakukan upaya reskilling dan upskilling dari para individu yang berada di dalam komandonya. Dengan kemampuan continuous transformation ini, maka perusahaan yang menghadapi persaingan tingkat tinggi dan tuntutan yang besar dari masyarakat sekalipun, akan bisa melenting dengan daya juang tim yang kokoh. 

Memimpin sebuah perusahaan dengan karyawan yang sangat banyak seperti yang ada di Telkomsel, bukanlah hal yang mudah. Namun akan menjadi lebih sulit lagi bila dalam perusahaan tidak ada kemampuan untuk melakukan continuous transformation. Hal ini perlu dilakukan karena saat ini perusahaan tidak dapat lagi mengandalkan upaya perencanaan strategis untuk hingga puluhan tahun ke depan. Karena saat ini, pesaing dapat muncul dari sebuah kelompok kecil startup yang menemukan momen keberuntungannya dan melejit menjadi pemain besar. 

Agar perusahaan dapat melakukan continuous transformation itu, kecepatan (velocity) menjadi kunci. Agility (kelincahan) menjadi keharusan. Digabung dengan sikap dan sistem yang fleksibel , beragam langkah taktikal yang diluncurkan untuk memenangkan persaingan dapat diberikan dengan tempo yang lebih cepat dari sebelumnya. Bila perusahaan terus melatih kecepatan bertindak dari tiap tim yang ada, agility dan velocity bisa menjadi habit yang membuat perusahaan kokoh dalam menghadapi persaingan. 

Di awal Februari 2020 ini, PT Telkomsel kembali memberikan kepercayaan bagi ACT Consulting untuk memberikan Training pada jajaran pemimpinnya. Pada kesempatan kali ini, Training dipandu langsung oleh DR (HC) Ary Ginanjar Agustian dan CEO ACT Consulting, Dwitya Agustina MBA. 

Training yang diberikan dengan judul Leaders as Meaning Maker ini ditujukan kepada jajaran pemimpin yang ada di PT Telkomsel agar dapat memimpin karyawan yang dimilikinya dengan baik. Serta memberikan soft skill kepemimpinan yang mumpuni agar dapat diterima bahkan oleh para millennial sekalipun. 

Training dirancang dengan amat rinci, dengan memperhatikan detail bahkan hingga ke lagu apa yang dipilih serta video mood booster yang apik yang dapat memancing pengembangan soft skill yang diinginkan dalam berbagai segi yang ada. Suatu hal yang terlihat sepele seperti gerakan senam pada saat peralihan materi, bahkan didesain secara khusus untuk memunculkan insight positif. Seperti pada senam millennial yang diberikan. 

Dalam training ini diberikan juga sebagian dari kemampuan kunci untuk dikuasai para leaders dalam menghadapi karyawan yang beragam, yaitu dengan metode ESQ 3.0 Coaching.  Metode coaching satu ini istimewa karena mampu menggali makna yang dimiliki oleh karyawan. Hingga ia tidak lagi bekerja untuk uang semata, namun untuk tujuan yang lebih tinggi dan mulia. 

Melalui training Transformational Leadership Telkomsel dengan tema Leaders as Meaning Maker ini, terdapat sejumlah harapan yang ingin diwujudkan. Diantaranya adalah agar tercipta ekosistem bekerja dengan budaya yang baik. Dengan adanya ekosistem kerja yang baik ini, diharapkan muncul kerjasama kolaboratif yang mampu melejitkan bakat, hardskill dan softskill dari para karyawan, untuk bisa mencapai kepaduan kinerja yang diharapkan. 

QX Haleyora Power Feb 20

Training ESQ PTP-QX (Quantum Excellence) PT Haleyora Power Batch 7 dan 8

By News No Comments

QX Haleyora Power Feb 20Banyak orang mendambakan kesuksesan, namun tidak tahu bagaimana caranya. Hanya 5% dari seluruh penduduk dunia yang mampu melakukannya. Untuk itu kita dapat mempelajari apa saja kunci kesuksesan milik para juara di berbagai bidang hidup tersebut.

Ternyata kuncinya ada pada pemrograman otak. Bagaimana kita menyelaraskan antara keinginan kita, dengan mencegah berbagai pemikiran buruk yang dapat membuat kita tidak sejalan dalam meraih berbagai sukses yang diinginkan.

Ada bagian otak bernama Amygdala, yang selalu mengganggu dan mengatakan kita tidak akan bisa sukses. Padahal, di dalam otak ada bagian bernama RAS (reticular activating system) yang dapat menghimpun seluruh pemikiran kita dan perilaku kita agar selaras dalam bekerja keras untuk meraih berbagai kesuksesan yang diinginkan.

Dengan berbagai disiplin yang dijalani dengan baik, kesuksesan akan terbuka lebar. Kita tidak hanya akan hidup berhasil, tapi juga bahagia secara menyeluruh. Hal ini karena kita bisa memprogram diri untuk menjauhi kebiasaan orang gagal yang membuatnya terus terpuruk dan tidak bahagia.

Perusahaan terdiri dari orang-orang yang menjadi karyawan serta pimpinan di dalamnya. Dalam penataan sistem manajemen, karyawan yang berhasil akan memicu karyawan lainnya untuk ikut berhasil juga. Hal ini karena aura kesuksesan itu menarik dan menular. Namun begitu pun sebaliknya apabila kegagalan yang terjadi, akan juga cenderung menyebar.

Demi usaha untuk meraih berbagai target yang dicanangkan, diperlukan tim dengan kemampuan disiplin kesuksesan yang baik. Agar perusahaan tidak hanya mengaktifkan mode bertahan saja dalam menghadapi kemungkinan persaingan, tapi bisa mengaktifkan mode pemenang agar bisa menjadi juara di berbagai persaingan.

Training pengembangan kepribadian yang dipadukan dengan training untuk melatih diri agar disiplin memperjuangkan kesuksesan dibuat secara khusus oleh ACT Consulting dan ESQ Training untuk PT Haleyora Power tahun sebelumnya.

Untuk itu pada bulan Februari 2020 ini, ACT Consulting kembali dipercaya untuk melaksanakan Training Quantum Excellence untuk Batch ke 7 dan 8 bagi PT Haleyora Power, anak perusahaan dari PT PLN (persero). Training pada bulan Februari tahun 2020 ini ditujukan bagi para Koordinator Area dan SPV PT. Haleyora Power.

Acara yang telah berlangsung untuk Batch yang ke-7 dan ke-8 pada kesempatan kali ini dibuka langsung oleh Ibu Ati Sri Suryati, EVP Human Capital Manajement. PT Haleyora Power merupakan anak perusahaan dari PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik, wilayah kerja Jawa dan Sumatera. Didirikan sejak 18 Oktober 2011, PT Haleyora Power beroperasi di wilayah Sumatera, Jawa dan Bali.

Dengan adanya training ini diharapkan mampu memacu kinerja ke arah yang lebih baik, serta mampu memaknai setiap pekerjaan adalah ibadah yang dapat membantu banyak orang. Dengan adanya training Quantum Excellence ini juga diharapkan tercipta kolaborasi antar tim dan mampu mencapai traget yang ditentukan oleh perusahaan.

Pada tanggal 3 dan 4 Februari 2020, Pelatihan untuk PT Haleyora Power ini dipimpin oleh Trainer Muhammad Syaiful dan Trainer Rudi Masruddin. Jumlah peserta yang hadir pada acara ini sebanyak 59 orang. Lokasi training kali ini di kota Bandung.

Ancaman Disrupsi Dari Makin Luasnya Penggunaan Drone

By Article No Comments

Penggunaan suatu teknologi bisa berakibat positif atau negatif. Semua tergantung pada penggunanya. Kebanyakan hasil teknologi berupa alat atau sistem yang dapat dioptimalkan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, masalah yang ada adalah pada bagaimana cara kita untuk mengoptimalkan teknologi yang dimiliki tersebut. 

Penemuan pesawat terbang nir awak atau drone, disambut oleh banyak orang sebagai hal yang brilyan.  Dengan melakukan banyak penyesuaian, drone yang semula mirip mainan anak-anak, bisa melakukan banyak tugas. 

Dengan pemasangan kamera dan gps tracker misalnya, dan dengan optimalisasi fitur yang ada, drone ternyata dapat memiliki banyak kegunaan. Dengan optimalisasi bahan bakar yang digunakan, kemudian banyak tercipta drone yang dapat melakukan penerbangan jarak jauh. Drone kemudian dimodifikasi juga menjadi dapat membawa beban dengan muatan dan ukuran tertentu. Pihak militer bahkan menjadikan drone untuk berbagai fungsi strategis, pertahanan, bahkan untuk melakukan tindakan tertentu.  

Namun pengembangan drone lebih jauh ternyata dianggap dapat mendisrupsi sejumlah lahan pekerjaan. Pekerjaan pilot helikopter dan kameramen panorama misalnya, kini dapat digantikan dengan drone yang memiliki kamera. Untuk pengiriman barang (shipping) pun, drone kini dianggap lebih cepat karena bisa terbang melalui kemacetan, tidak seperti pengiriman via kendaraan darat. 

Sejak beberapa tahun ini, Drone pun kini dapat menjadi penolong menyelamatkan nyawa. Seperti yang telah dilakukan di pedesaan Rwanda. Drone digunakan untuk mengirimkan obat-obatan, kantung darah untuk operasi, dan keperluan lainnya. 

Semula, masalah kesehatan kritis amat ditakuti di Rwanda. Hal ini karena banyak perkampungan di negara tersebut yang belum memiliki infrastruktur yang mendukung dalam hal transportasi. Dahulu, pasien harus melalui perjalanan melewati kawasan yang sulit sebelum akhirnya bisa sampai di rumah sakit.

Di Rwanda dulu kala misalnya, banyak juga terjadi, para dokter harus mendatangi pasien di tempat-tempat terpencil untuk dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan diagnosa langsung. Saat dahulu, keterbatasan obat yang dimiliki oleh dokter keliling tersebut pun masih menjadi masalah.

Namun dengan bantuan drone tersebut, proses pengiriman obat bisa dilakukan tanpa harus mengandalkan kendaraan, dan dengan waktu yang sangat cepat. Para pasien di salah satu kota yang mengalami situasi kritis karena kekurangan jumlah pasokan kantong darah pun, kini bisa ditolong dengan bantuan peran drone. 

Sejumlah negara seperti Jepang pun menempatkan drone dalam pengembangan society 5.0. Melalui drone, banyak hal krusial yang dapat dikirimkan dengan lebih cepat dan aman. Sejumlah negara Asia pun banyak melakukan pengembangan usaha dengan bantuan pesawat terbang nir-awak ini. Singapura sebagai negara dengan ukuran luas wilayah yang kecil saja, memiliki sejumlah perusahaan jasa drone. 

Indonesia pun telah memiliki asosiasi pilot drone (APDI). Sejak tahun 2018 pun di kawasan Sentul, Bogor telah berdiri pabrik drone pertama di negeri ini. pembuatan pabrik ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal yang semula banyak melakukan ekspor drone dari Eropa dan China. 

Penggunaan teknologi terbaru, akan makin luas dilakukan di masyarakat. Sejumlah usaha yang berkaitan dengan pengiriman misalnya, dianggap akan terdisrupsi dengan keberadaan drone, bila tidak beradaptasi. 

Flying Health Incubator Ekosistem Kolaboratif Pengembangan Inovasi Medis Digital Ala Jerman

By Article No Comments

Pengembangan dan inovasi medis berjalan di berbagai belahan dunia. Di Amerika Serikat, Stanford memiliki Stanford Biodesign dan Stanford Digital Health. Lembaga ini bekerjasama juga dengan Jepang dengan program Japan Biodesign dan Japan Digital Health, serta ada juga program 500 startups Japan serta program lainnya. 

Namun Jerman  yang memiliki sejarah para peraih hadiah Nobel, tidak berdiam diri. Negara ini juga telah mengadakan kerjasama dengan Stanford Biodesign diantaranya dengan Hasso Plattnerr Institute (HPI). Lebih jauh lagi, pemerintah Jerman membuka ekosistem inovatif dengan mengadakan berbagai perlombaan inovasi. Dalam prosesnya, sejumlah professor dari Harvard dan dari berbagai belahan dunia lainnya juga ikut terlibat.

Berdiri pada tahun 2016, Flying Health Incubator telah menjadi ekosistem inovasi di Jerman yang berkontribusi dalam pengembangan inovasi kesehatan digital. The Flying Health Incubator berfungsi sebagai laboratorium nyata digital di mana teknologi inovatif, layanan digital, dan model bisnis baru dikembangkan secara praktis, divalidasi dalam proyek percontohan dan dibawa ke pasar.

Dengan bekerja bersama Teva, Flying Health Incubator memperkuat kolaborasinya dengan industri farmasi dengan fokus pada obat generik.  Dagmar Siebert, Kepala Transformasi Bisnis Strategis di Teva menjelaskan bahwa Digitalisasi yang disediakan dalam ekosistem Flying Health Incubator menawarkan peluang untuk merancang proses perawatan kesehatan pasien secara komprehensif dalam parameter baru. 

Contoh parameter baru yang lebih baik ini memungkinkan dunia medis untuk meningkatkan kualitas dalam hal keamanan pasokan dan terapi, serta informasi individual untuk semua orang yang terlibat dalam perawatan kesehatan, untuk dokter dan klinik, apoteker, perusahaan asuransi kesehatan dan terutama untuk pasien.

Tak hanya dengan produsen obat, Flying Health Incubator juga bekerjasama dengan industri percetakan dan media yaitu dengan Thieme Group. Flying Health Incubator memperluas jaringan mitranya di bidang informasi medis. 

Erwin Selg, Anggota Dewan Eksekutif Thieme Group menekankan bahwa bersama Flying Health Incubator, Thieme berkontribusi dengan menambah ekspansi portofolio solusi digital dengan berbagai startup yang ada di dalamnya. Adanya komunitas peneliti, media, produsen, startup dan pemerintah Jerman ini menjadi faktor penentu bagi kemajuan dalam layanan kesehatan dengan The Flying Health Incubator menyediakan berbagai platform informatika. 

Mitra lainnya adalah pemilik merk besar dunia, Siemens Healthineers.  Dengan Siemens, Flying Health Incubator memiliki fokus kolaborasi ini untuk mengembangkan layanan digital yang berpusat pada pasien serta solusi untuk penyedia layanan kesehatan dengan berbagai temuan yang akan disebarkan ke  berbagai wilayah di dunia. 

Stefan Pflaum, Wakil Presiden Senior dan Kepala solusi global eHealth di Siemens Healthineers menyatakan bahwa sebagai perusahaan dengan inovasi tingkat tinggi dalam kecerdasan buatan, Siemens ingin menciptakan suatu sistem pemrosesan informasi dalam sebuah platform yang didasarkan pada standar terbuka, yang menghubungkan penyedia layanan dengan pasien, asuransi, dan aktor lain dalam sistem perawatan kesehatan. 

Flying Health Incubator yang berbasis di Berlin ini bekerja bersama dengan para startup dan mitra dari industri perawatan kesehatan untuk mengembangkan aplikasi dan produk di bidang kedokteran digital.  Diantaranya dengan Servier Germany, Flying Health ingin memperkuat industri farmasi, terutama di bidang onkologi, penyakit kardiovaskular, dan psikiatri. 

Perusahaan portofolio Flying Health termasuk, misalnya, perusahaan rintisan Wina mySugr, yang dibeli oleh raksasa farmasi Roche dengan aplikasi diabetesnya pada tahun 2017 atau pendiri aplikasi M-Sense dari Start-up Newsenselab. 

Aplikasi ini terdiri dari buku harian digital, di mana pasien mencatat kapan, seberapa sering dan seberapa parah sakit kepala terjadi, dan terapi aplikasi (M-Sense aktif), yang menawarkan pendekatan terapeutik seperti relaksasi otot progresif, pelatihan autogenik dan meditasi pernapasan. Proyek Charité Berlin saat ini sedang meneliti apakah aplikasi M-sense tersebut dapat mengurangi frekuensi serangan migrain. 

Mengenal Covestro Penemu Cardyon® Serat Plastik Dari CO2 Untuk Produk Sehari-hari

By Article No Comments

Upaya menjaga kelestarian planet bumi membutuhkan berbagai inovasi untuk menggantikan sejumlah produk berbahan dasar minyak bumi ke sumber bahan baku lain yang lebih sustainabel dan tersedia secara murah. 

Sebelumnya kita telah mengenal startup Jepang dari Kyoto yang telah memproduksi PCP (Porous Carbon Polymer) yang dapat menyaring CO2 menjadi gas yang tidak berbahaya. Namun ternyata ada perusahaan yang telah mampu menjadikan CO2 sebagai bahan baku untuk berbagai produk sehari-hari seperti. Perusahaan ini membuat serat plastic dengan bahan 20%nya terdiri dari karbon dioksida. 

Bahkan karena mengandung unsur CO2, bahan baku serat plastic inovatif yang dinamakan cardyon ini memiliki sifat lebih fleksibel dan lebih kuat dibanding yang berbahan dasar minyak bumi. Dua proyek penelitian Covestro telah berhasil membuat serat tekstil elastis yang mengandung CO2 dan sebagian menggantikan minyak mentah sebagai bahan baku. 

Covestro juga bekerjasama dengan peneliti dari berbagai universitas dan berbagai produsen tekstil untuk mengembangkan proses produksi pada skala industri dan bertujuan untuk membuat serat inovatif yang dapat dikonsumsi secara luas oleh pasar global. 

Cardyon dibuat dengan teknik yang disebut spinning melt, di mana TPU (thermoplastic poly urethane – sejenis polimer) dilebur, ditekan menjadi benang yang sangat halus dan akhirnya diproses menjadi benang dari serat tanpa akhir. Tidak seperti pemintalan kering, yang digunakan untuk menghasilkan serat sintetis elastis konvensional, pemintalan leleh menghilangkan kebutuhan untuk pelarut yang berbahaya bagi lingkungan. 

Metode kimia baru memungkinkan karbon dioksida untuk dimasukkan dalam bahan dasar serat. Dengan CO2 sebagai bahan baku alternatif, proses pemintalan (weaving) menjadi bebas pelarut dan jejak CO2 yang mungkin lebih rendah, bahan yang mengandung CO2 dapat menjadi alternatif berkelanjutan untuk serat elastis konvensional dalam waktu dekat. 

Serat TPU yang mengandung CO2 dapat digunakan dalam kain tekstil. Covestro telah menguji serat dan mengolahnya menjadi benang, kaus kaki, tabung kompresi dan kaset. Hal ini menjadi mungkin karena sifat Cardyon® sebagai bahan baku inovatif untuk produksi busa poliuretan fleksibel berkualitas tinggi. 

Karbon dioksida menjadi komposisi dalam Cardyon hingga 20%. Karena CO2 merupakan bahan baku yang berlimpah dan tersedia secara gratis bagai bahan baku kimia. Cardyon® menjadi inovasi terobosan yang memungkinkan perusahaan pengguna polimer plastic berbahan minyak untuk melihat bahan baku alternatif dan lebih berkelanjutan sambil mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil. 

Karbon dioksida yang semula hanya menjadi gas limbah industri, kini bisa digunakan sebagai bahan baku bahan baku baru dan berguna. Temuan ini memperluas basis bahan bakunya di luar hidrokarbon fosil dan bahan baku berbasis bio dengan membawa CO2 kembali ke rantai nilai (value chain) dan membantu menutup lingkaran karbon (carbon cycle). 

Megakaryon Startup Medis Regeneratif Jepang Untuk Mengatasi Krisis Donor Darah

By Article No Comments

Karena banyak rumah sakit kekurangan donor darah, kehidupan jutaan orang terancam setiap tahun, menurut WHO. Di banyak negara maju, tingkat kelahiran termasuk rendah dan populasi makin menua hingga jumlah pendonor potensial menyusut dengan cepat. 

Kondisi ini merupakan tantangan serius bagi sistem perawatan kesehatan. Sementara di negara-negara berkembang semakin banyak produk darah tidak aman. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah teknologi transformatif yang telah berhasil dikembangkan di Jepang. Teknologi yang dihasilkan Jepang ini bisa mengatasi kebutuhan global akan produk darah vital: trombosit.

Trombosit, juga dikenal sebagai sel darah merah, adalah komponen darah yang penting karena menghentikan pendarahan dengan membekukan luka pada pembuluh darah. Trombosit sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang menderita cedera traumatis atau kanker. 

Menurut Palang Merah Amerika, di Amerika Serikat seseorang membutuhkan trombosit setiap 30 detik. Permintaan besar ini diperparah oleh fakta bahwa sekali diekstraksi dari donor, trombosit harus digunakan dalam waktu empat hingga lima hari, dan oleh karena itu donor baru selalu dibutuhkan. Selain itu, donasi trombosit memakan waktu hingga tiga jam dan golongan darah trombosit juga harus dicocokkan dengan penerima.

Pada 2012, ilmuwan riset Jepang Shinya Yamanaka memenangkan Hadiah Nobel dalam Fisiologi dan Kedokteran. Hadiah Nobel ini didapat karena menemukan bahwa sel dewasa dapat diprogram ulang menjadi sel induk, yang berpotensi menjadi semua jenis sel dalam tubuh. 

Terobosan ini membuka bidang baru pengobatan regeneratif di Jepang dan negara-negara lain, dan memberikan harapan yang tinggi bahwa pasien yang menderita penyakit kronis akan mendapat manfaat dari transplantasi berdasarkan apa yang disebut sel punca berpotensi majemuk (induced pluripotent stem cells), atau sel iPS. Sel iPS berasal dari fibroblas kulit manusia dewasa, 

Salah satu startup medis Jepang bernama Megakaryon menggunakan teknologi ini untuk membawa produk darah baru ke dunia. Megakaryon adalah perusahaan unik karena merupakan gagasan dari dua universitas dan pemerintah sebagai pemegang saham utama. 

Pada 2017, Megakaryon telah mengembangkan metode produksi massal trombosit pertama di dunia berdasarkan sel iPS. Proses ini melibatkan penggunaan sel induk yang dibuat melalui iPS untuk membuat bank sel induk. Setelah ditetapkan, dapat disimpan dengan didinginkan (cryopreserved) dan ditumbuhkan untuk menghasilkan jumlah sel trombosit yang tidak terbatas. 

Dalam proses iPS ini hanya beberapa donor yang dibutuhkan, dibandingkan dengan jutaan donor yang diperlukan untuk mempertahankan sistem donor darah saat ini.

Trombosit  atau sel darah merah adalah bahan baku pembentuk berbagai sel tubuh. Hingga Genjiro Miwa menyebutnya sebagai “infrastruktur untuk semua perawatan medis”.  Genjiro Miwa adalah Co-founder dan CEO Megakaryon. “Trombosit bukan hanya diperlukan dalam penyembuhan satu penyakit saja, bukan untuk penyakit tunggal. Kita perlu trombosit jika cedera parah dan juga untuk mengatasi efek samping dari perawatan kanker. Untuk tubuh kita, trombosit sama pentingnya seperti listrik atau air untuk rumah.

Genjiro Miwa, berharap dapat mengkomersialkan produk trombosit dari iPS ini agar dapat membantu mengurangi kekurangan produk darah vital.

“Negara dengan sistem kesehatan yang bergantung pada donor, kini masih terancam oleh demografi dan kesenjangan usia menjadi target pertama. Tetapi peluang sebenarnya adalah negara-negara seperti India, Cina dan Rusia serta Asia Tenggara. Di India, setengah dari trombosit berasal dari sumber pasokan legal dan setengah dari pasar gelap. Sel-sel iPS bisa menjadi solusi mendasar untuk masalah ini. “

Ada beberapa alasan mengapa Jepang adalah tempat komersialisasi produk darah pertama di dunia menggunakan teknologi sel iPS. 

Pertama, charisma Yamanaka sebagai peraih hadiah nobel, dan reputasinya dalam pengobatan regeneratif memperoleh dukungan publik yang sangat besar di Jepang. Di negara ini ada kolaborasi universitas dan kalangan peneliti dengan industri dan dukungan kuat dari pemerintah. 

Megakaryon adalah contoh utama ekosistem kolaboratif baru ini, yang dengan cepat mendapat dukungan dari lembaga pendanaan pemerintah, dari Innovation Network Corporation Jepang, dan telah dibentuk konsorsium 15 perusahaan untuk mengkomersialkan teknologi temuan ini.

Kedua, pemerintah Jepang menetapkan penelitian tentang obat regeneratif iPS sebagai bidang pengembangan prioritas. Di Jepang terdapat Strategi Lima Tahun Inovasi Medis. Program ini menjadi langkah pemerintah yang strategis dalam bidang kesehatan dan medis. 

Jepang memiliki tujuan untuk menjadi negara dengan perawatan medis regeneratif paling canggih di dunia. Megakaryon akan melakukan uji klinis di Amerika Serikat dan Jepang dan bertujuan untuk komersialisasi pada tahun 2020. 

Pemegang Saham mendukung startup karena metode Megakaryon didasarkan pada lisensi eksklusif untuk teknik produksi trombosit yang dikembangkan oleh Koji Eto, seorang profesor di Pusat Penelitian dan Aplikasi iPS Sel Universitas Kyoto, dan Hiromitsu Nakauchi, Profesor Proyek, Divisi Terapi Sel Punca, The Universitas Tokyo. Bersama George Daley, Dekan Fakultas Kedokteran Harvard, Nakauchi dan Eto adalah beberapa penasihat ilmiah Megakaryon.

Megakaryon telah mendapat manfaat dari bentuk lain dari dukungan pemerintah. Badan Farmasi dan Alat Kesehatan (PMDA), yang didirikan pada tahun 2004, bertanggung jawab untuk memastikan kualitas  dan keamanan obat-obatan dan alat kesehatan, dari uji pra-klinis hingga persetujuan.  

PMDA memainkan peran penting dalam penciptaan obat inovatif, peralatan medis, dan produk medis regeneratif yang berasal dari Jepang, terutama dari universitas, lembaga penelitian dan perusahaan ventura. 

Sementara Megakaryon sedang mencoba sesuatu yang sama sekali baru dalam hal mendapatkan persetujuan untuk teknik kedokteran regeneratif, PMDA memberikan bimbingan dan saran perusahaan, dengan memberitahukan jenis data apa yang diperlukan untuk berbagai aplikasi.

“Saya merasa bahwa pemerintah serius mendorong obat regeneratif ke depan,” kata Miwa. “Misi PMDA adalah keselamatan pasien, dan telah aktif secara adil dan kooperatif dengan kami.”

Miwa berharap bahwa perusahaan akan dapat berinovasi lebih lanjut tekniknya sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan trombosit universal, yang tidak akan terkait dengan golongan darah dan kompatibel dengan pasien mana pun, di mana pun di dunia.

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?