Skip to main content
All Posts By

Dwitya Agustina, S.T., MBA

Corporate Strategic Solution Expert dari ACT Consulting

mary barra, ceo general motors, transformasi budaya, act consulting

Transformasi Budaya ala CEO General Motors Mary Barra

By Article No Comments
General Motors CEO Mary Barra addresses the Global Business Conference for investors in Milford, Mich., Wednesday, Oct. 1, 2014. (AP Photo/Carlos Osorio)

Mengubah keadaan dari perusahaan yang bangkrut hingga menjadi perusahaan dengan penjualan otomotif terbesar di dunia, tidak dilakukan Mary Barra dalam sekejap mata.

Mary Barra menjalani beberapa posisi sebelum menjadi CEO General Motors di tahun 2014.  Pada Februari 2008, ia menjadi vice president of Global Manufacturing Engineering. Pada bulan Juli 2009, ia diberikan kepercayaan sebagai Vice President of Global Human Resources, yang ia emban hingga Februari 2011. Dimana ia beralih posisi sebagai Executive Vice President of Global Product Development. Posisi terakhirnya termasuk dalam tanggung jawab dalam desain produk, dimana ia bekerja untuk mengurangi jumlah platform otomotif dari GM. Pada Agustus 2013, tugasnya sebagai Vice President diperluas dengan ditambahkan tanggung jawab di bidang Global Purchasing dan Supply Chain

Pada saat menjalankan jabatannya, Mary Barra kerap melakukan restrukturisasi. Ia mengatakan hal itu dalam upaya mengubah budaya perusahaan. Yang  paling utama yang dijalankan di General Motors, dalam kepemimpinan Mary di sejumlah posisi sebelumnya adalah fokus pada kapasitas. Bersama tim ia mencari bersama kapasitas utama yang menjadi unggulan dari General Motors dan berusaha menemukan fokus mana yang tidak seharusnya dilakukan.

Selama kepemimpinannya, Mary Barra sukses menjalin kerjasama dalam kedudukannya sebagai Global Manufacturing  Engineering dengan memperluas kerjasama hingga GM kemudian fokus pada 12 merek yaitu Chevrolet, Buick, GMC, Cadillac, Holden, HSV, Opel, Vauxhall, Wuling, Baojun, Jie Fang, dan Ravon.

General Motors juga memiliki 20% saham di IMM dan 77% saham di GM Daewoo. Perusahaan ini juga memiliki sejumlah usaha patungan (joint ventures). Termasuk dengan Shanghai GM, SAIC-GM-Wuling dan FAW-GM di Tiongkok, GM-AvtoVAZ di Rusia, Ghandhara Industries di Pakistan, GM Uzbekistan, General Motors India, General Motors Mesir, dan Isuzu Truck Afrika Selatan. General Motors mempekerjakan 212.000 karyawan dan melakukan usaha di lebih dari 140 negara. General Motors terbagi dalam lima segmen bisnis, yaitu GM Amerika Utara (GMNA), Kelompok Opel, GM Operasi Internasional (GMIO), GM Amerika Selatan (GMSA), dan GM Financial.

General Motors memimpin penjualan kendaraan global selama 77 tahun berturut-turut dari 1931 hingga 2007, lebih lama daripada pabrikan mobil lainnya, dan saat ini termasuk pabrikan mobil terbesar di dunia berdasarkan angka penjualan unit kendaraan. General Motors beroperasi di kebanyakan negara di luar A.S. melalui anak perusahaan-anak perusahaan yang dikuasai sepenuhnya, kecuali di Tiongkok melalui 10 usaha patungan.

Transformasi Budaya Ala Mary Barra

Seperti apa persisnya langkah transformasi budaya dan transformasi bisnis yang dilakukan oleh Mary Barra? Dalam wawancara di The Economic Club di Washington DC, Mary menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya adalah menempatkan company excellent di pusat segala perubahan. Fokus yang diambil adalah menaruh konsumen di depan sebelum semua hal.

Dalam hal kerjasama dengan serikat buruh, hal yang dilakukan oleh Mary adalah dalam meningkatkan keselamatan di tempat kerja, meningkatkan kualitas pekerjaan, dan produktivitas pekerjaan.

Dalam hubungan dengan pemerintah Mary melakukan kolaborasi. Diantaranya dengan memberikan usulan kepada pemerintah untuk mendukung berbagai upaya penyelamatan lingkungan melalui perbaikan berbagai produk otomotif yang dihasilkan.

Apa yang dilakukan perusahaannya, menurut Mary, adalah untuk menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. GM telah membuat “sumpah palapa” bahwa pada tahun 2050 nanti, kesemua produknya hanya akan berjalan dengan teknologi berbasis energi terbarukan.

Untuk itu, ia menaruh harapan besar pada perkembangan sains dan teknologi yang telah berjalan. Ia mengatakan bahwa ia bersaing bukan lagi dengan kompetitor otomotif, tapi juga dengan Silicon Valley. Seperti yang kita ketahui, Silicon Valley adalah pusat teknologi informasi yang telah membesarkan sejumlah nama pabrikan seperti Tesla milik Elon Musk.

Dalam program Corporate Social Responsibility yang dilakukannya, GM melakukan integrasi program dimana mereka mendukung perkembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, berbagai wilayah dimana mereka beroperasi.

Membentuk Masa Depan Dunia Otomotif

Berbicara dengan Pakar Investasi dan Pemilik Carlyle Group, David Bernstein yang mewawancarainya, Mary Barra mengatakan bahwa saat ini dunia industri otomotif tengah memasuki masa yang paling menarik. Hal ini karena, wajah dunia otomotif tengah bertransformasi sejalan dengan perkembangan teknologi.

Mary Barra menyatakan bahwa GM masih memimpin perkembangan produk otomotif yang mengusung konektivitas. Salah satunya saat disinggung tentang kebiasaan orang untuk mengemudi sambil mengirim pesan teks. Ia mengatakan GM tengah mengembangkan teknologi untuk dapat menampilkan teks di layar utama kendaraan. Bahwa perusahaan itu tengah mengembangkan teknologi voice autotext yang memungkinkan pesan yang disebutkan dapat diterjemahkan dalam bentuk teks secara otomatis.

Selain itu, GM pun telah berhasil mengalahkan Tesla di saat peluncurannya, dengan menampilkan produk saingan yang jauh lebih murah, yaitu Chevrolet Bolt EV. Di dalam inovasi otomotif berbasis elektrik, GM tengah mengembangkan sejumlah produk dan terus berinovasi.

Di bidang kendaraan otonom (autonomous driving), GM terus melakukan inovasi. Dari sejumlah 23 kematian yang diakibatkan oleh GM autonomous Driving, ia mengatakan GM memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan perubahan pada semua kendaraan otonom yang telah mereka luncurkan.

Pengembangan Kepemimpinan di GM

Mengenai pengembangan kepemimpinan, Mary menyampaikan bahwa penting untuk memiliki talent pipeline yang kuat. Bahwa para pemimpin di dalam organisasi saling menguatkan dan membekali diri dengan berbagai kapabilitas dalam mengerjakan hal-hal yang menjadi kapasitasnya.

Ia mengatakan bahwa sejumlah pimpinan wanita telah dipercaya di berbagai posisi seperti sebagai Head di bidang pajak, Head inovasi produk berbasis elektrik, dan Head of Global Manufacturing, sebagai bentuk komitmen perusahaannya pada keberagaman.

Hal terpenting lain yang harus dilakukan di dalam perusahaan adalah memahami sejumlah bias yang timbul. Memiliki operasi di 140 negara, hal ini menjadi sangat penting bagi GM. Untuk itu berbagai metode komunikasi yang efektif terus dikembangkan.

Apa yang dilakukan oleh Mary Barra yang cukup menarik adalah ia kerap berkomunikasi dengan sejumlah karyawan terbaik di GM dengan menyebutkan prestasi mereka secara terbuka pada publik melalui platform sosial media seperti Twitter dan Facebook. Hal ini diakuinya sebagai metode komunikasi yang sangat efektif.

Di masa ekonomi informasi, korporasi harus menjadi semakin berorientasi teknologi digital. Untuk itu bagi para Leaders di Organisasi Anda, dapat mengikuti program Transformational Leadership dari ACT Consulting dengan klik di link ini.

Untuk melakukan perubahan mendasar di organisasi dan korporasi Anda seperti yang dilakukan Mary Barra di General Motors anda dapat mempelajari cara membangun budaya perusahaan dengan klik disini. atau dapat mempelajari cara menciptakan strategi yang tepat untuk perusahaan dengan klik disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).



diane gherson, chro ibm, masa depan dunia kerja, act consulting

Masa Depan Dunia Kerja di Mata CHRO IBM Diane Gherson

By Article No Comments

Pekerjaan tidak seharusnya menjadi beban. CHRO IBM, Diane Gherson ingin agar pengalaman yang diperoleh karyawan selama di kantor jauh lebih menarik dibanding dengan apa yang mereka terima di dunia diluar pekerjaan.

Untuk melakukan hal itu, hal terutama yang diciptakannya adalah membuat konsep dunia kerja yang bersifat menarik, terutama dalam hal layanan HR bagi karyawan. Memanfaatkan kecanggihan sistem AI yang dimiliki oleh perusahaannya, Diane Gherson melakukan berbagai inovasi di bidang people service di perusahaannya.

Diane Gherson kemudian mendapatkan banyak pujian dari para koleganya di IBM, hingga namanya disebut oleh Sang CEO, Ginni Rometty dalam pidatonya.

Diane Gherson juga dianugerahi sebagai HR Executive of The Year untuk Tahun 2018. Apa yang dilakukannya telah merevolusi dunia HR secara mendasar. Layanan yang dahulu dianggap kuno dan menghabiskan banyak waktu dan tenaga bagi para karyawan di bidang SDM kini bisa dihemat hingga diatas 25%.

Dengan adanya teknologi, bagian Human Capital di suatu perusahaan kini dapat terbebas dari berbagai pekerjaan administratif yang menyiksa. Berbagai persyaratan berbentuk kertas dan dokumen fotokopian kini telah diganti dengan sistem upload file berbentuk pdf dan jpg ke sistem data berbasis cloud. Hal ini memungkinkan setiap orang untuk melakukan berbagai kebutuhan administrasi mereka dari kenyamanan rumah dan terbebas dari fotokopi dan kewajiban untuk membawa dokumen asli.

Sistem yang sama ditiru oleh Go-Jek di tanah air dengan digunakannya sistem aplikasi web dan app bernama WorkDay, sebuah sistem Enterprise Resource Planning (ERP) di bidang HR, Finance dan Perencanaan.

Bagaimana Masa Depan Dunia HR?

Bagi Diane, memanage SDM haruslah ditandai dengan kecepatan, personalisasi dan demokratisasi.Gherson mengatakan bahwa di IBM, HR berfokus pada pengalaman dengan teknologi baru, yang dibuat sesuai dengan personalisasi. Ia mengatakan bahwa birokrasi kita yang lambat tapi efisien di masa lalu sedang dikalahkan oleh model teknologi baru dan hal ini tidak dapat dihentikan.

Aspek yang paling menarik yang disampaikan Diane adalah bahwa teknologi HR ini bersifat dua arah. Bila dahulu, HR biasa mengumumkan program baru, dan percakapan itu pada dasarnya satu arah. Sementara dengan adanya Teknologi baru ini menjadikan semua karyawan sebagai pencipta budaya dan program yang ada. Karyawan bukan lagi konsumen SDM, tetapi menjadi co-produsen dari budaya yang diciptakan.

Bagaimana Masa Depan Dunia Kerja?

Di masa depan, menurut Gherson, keterampilan nomor satu yang dibutuhkan oleh generasi penerus adalah:  Kemampuan untuk bekerja dengan data dan analitik.

Lebih spesifiknya lagi, Diane menyampaikan bahwa AI janganlah dianggap sebagai sebuah ancaman. AI malah menciptakan lebih banyak kemudahan untuk orang di berbagai bidang pekerjaan.

Diane mengatakan bahwa “Saya tidak melihat kita jatuh dari tebing dengan jutaan pekerjaan hilang, tetapi hampir setiap pekerjaan akan berubah dan pekerjaan baru akan muncul, seperti yang mereka lakukan dalam peralihan ke era industri”.

Ia melanjutkan; “Berdasarkan apa yang saya lihat di ruang teknologi, perhatian pada kecepatan dan inovasi berarti bahwa pekerjaan akan sangat kolaboratif, berulang, dan dilakukan oleh tim yang dapat berkumpul dan lepas dengan cepat, merespons secara real time dengan kolaborasi eksternal dan internal.

Mengenai keterampilan apa yang akan menjadi kewajiban bagi generasi masa depan untuk dikuasai sebagai sebuah skill wajib, Diane mengatakan bahwa hal itu adalah kemampuan coding. Sealami seperti generasi baby boomer belajar mengetik, generasi Z dan kedepannya akan mulai melakukan coding sebagai sebuah hal yang mereka lakukan seperti belajar bahasa asing. Sebuah hal yang di jaman dahulu dipercaya sebagai skill yang hanya dapat dikuasai oleh sedikit ahli saja.

Di masa ekonomi informasi, korporasi harus menjadi semakin berorientasi teknologi digital. Untuk itu bagi para Leaders di Organisasi Anda, dapat mengikuti program Transformational Leadership dari ACT Consulting dengan klik di link ini.

Untuk melakukan perubahan mendasar di organisasi dan korporasi Anda seperti yang dilakukan Diane Gherson di IBM anda dapat mempelajari cara membangun budaya perusahaan dengan klik disini. atau dapat mempelajari cara menciptakan strategi yang tepat untuk perusahaan dengan klik disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).



busan south korea, etika kerja masyarakat timur dan barat, etika kerja korea, act consulting

Perbedaan Etika Kerja Masyarakat Timur dan Barat

By Article No Comments

Chris Baumann, dosen senior di Macquarie University di Australia dan profesor tamu di Seoul National University, menganalisis data dari 10 negara di Asia dan Barat – Cina, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Inggris, AS, Jerman dan Australia. Sebagaimana disampaikan oleh Chung Hyun Chae (2015) dalam situs berita Korea Times.

Baumann menyimpulkan bahwa pendekatan pedagogis berkontribusi besar terhadap pembentukan etos kerja, yang tampaknya dipengaruhi oleh enam faktor. “Asosiasi yang kuat ditemukan untuk orientasi kinerja, dampak pada tenaga kerja dan rasa hormat yang diberikan di sekolah-sekolah dan universitas, baik di Asia dan negara-negara Barat di antara enam faktor penentu,” kata Baumann.

Baumann (2015) menyampaikan bahwa ada tiga hal yang mempengaruhi orientasi kinerja;

  1. Bahwa lembaga pendidikan suatu negara harus mengajarkan orientasi kinerja kepada siswa
  2. sementara rasa hormat berarti sistem pendidikan juga harus mengajarkan ini.
  3. Apa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa etos kerja yang dipelajari di sekolah membawa ke tempat kerja dan ke dunia kerja.

Tiga faktor ini adalah penentu paling penting dari etos kerja suatu negara, menurut penelitian Baumann.

Tiga faktor penentu lainnya adalah:

  1. disiplin yang lebih ketat,
  2. kinerja akademis dan
  3. tingginya persaingan untuk masuk ke pendidikan tinggi.

Dalam penelitian ini, Chung mengutip bahwa Baumann (2015) juga menetapkan kekuatan penjelas dari hasil penelitian, seperti yang diwakili oleh “R-square,” atau seberapa banyak penelitian dapat menjelaskan dalam variasi etos kerja.

Sebagai contoh, R-square India adalah “0,367,” yang berarti enam dimensi menentukan sekitar 37 persen dari etos kerja negara itu, sedangkan AS adalah “0,187,” yang berarti bahwa kekuatan penjelas hanya hampir setengah dari India. Ini menunjukkan bahwa hal yang mempengaruhi seperti disiplin dan kinerja akademik tidak mempengaruhi etika kerja di beberapa negara Barat.


Perbedaan antara Timur dan Barat

Tim penelitian Baumann (2015) menemukan bahwa kekuatan penjelas dari modelnya agak sedikit lebih rendah untuk negara-negara Barat, mulai dari 18 persen hingga 22 persen, dibandingkan dengan 10 persen hingga 37 persen di Asia.

Artinya, Chung (2015) menyimpulkan bahwa ada banyak faktor di negara-negara Barat daripada di Asia yang berkontribusi terhadap etos kerja. Faktor-faktor tersebut termasuk orang tua, saudara dan media, hingga tingkat yang berbeda-beda. Selain kekuatan penjelas dari faktor-faktor penentu,

Baumann (dalam Chung, 2015)  juga berpendapat bahwa hubungan antara pendekatan pedagogis terhadap pendidikan dan etos kerja berbeda antara Asia dan Barat. “Disiplin yang ketat dan fokus pada kinerja akademik sangat kuat terkait dengan pembentukan etos kerja di India, Indonesia, Cina, Jepang, dan pada tingkat tertentu, Singapura juga. “Tetapi kedua faktor ini tidak terkait dengan etos kerja di Barat. sama sekali”, kata Baumann.

Studi Baumann mungkin menyerukan politisi masing-masing negara yang bertanggung jawab atas lembaga pendidikan untuk menentukan pendekatan pedagogis yang tepat karena pilihan mereka akan mempengaruhi etos kerja serta tenaga kerja negara dan pada akhirnya pembangunan ekonomi. Penelitiannya meliputi pendidikan dan daya saing, selain bekerja pada pemasaran dan loyalitas pelanggan.

Kelebihan Masyarakat Korea dalam Pembentukan Etika Kerja

Baumann (2015) juga menyampaikan bahwa di Korea secara khusus, tidak seperti di negara-negara Asia lainnya dalam penelitiannya, orientasi kinerja, dampak pada tenaga kerja dan kompetisi yang tinggi untuk dapat masuk ke pendidikan tinggi adalah faktor yang paling penting dalam membentuk etos kerja.

“Saya menemukan bahwa ketika orang Korea menyadari kesulitan memasuki lembaga pendidikan tinggi, mereka cenderung bekerja keras dan dengan penuh semangat,” kata Baumann.

Pada akhirnya, Baumann dalam Chung (2015) menyimpulkan bahwa ini adalah faktor yang berkontribusi terhadap kesuksesan ekonomi Korea sebagai instrumen penting untuk membentuk tenaga kerja yang kompetitif dan tidak boleh menyerah.

cara mengembangkan budaya, act consulting, corporate culture specialist

Bagaimana Cara Efektif Mengembangkan Millenial?

By Article No Comments

Menurut Price Waterhouse Cooper, pada tahun 2020, 50% tenaga kerja global terdiri dari para millenial. Aspirasi karir mereka, sikap mereka terhadap kerja, dan pengetahuan yang dimiliki oleh para millenials ini akan membentuk masa depan bisnis Anda. Millenials penting karena mereka akan memaksimalkan skill mereka yang baik dalam pengetahuan teknologi terkini, untuk memudahkan komunikasi dan pelaksanaan pekerjaan.

Brack & Kelly (2012) menganggap millennial sebagai generasi kolaborator, sementara generasi sebelum mereka disebut sebagai generasi cowboys. Generasi pendahulu ini menggunakan pecut untuk membuat bawahan mereka bekerja. Hal ini tidak dapat dilakukan pada generasi millennial yang sangat peka dan sensitif serta menguasai teknologi. Karena itu, mungkin sekali ditemukan di berbagai perusahaan, adanya ketidaksingkronan antara para millennial dengan generasi sebelumnya, karena faktor ini.

Wilyerd (2015) dalam Harvard Business Review menyampaikan bahwa millenials ingin menerima coaching di tempat kerja.  Tim Gallwey (dalam Wilyerd, 2015), menyampaikan bahwa “Coaching membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri. Ini membantu mereka belajar, daripada mengajar mereka. ”Atau sebagaimana diterapkan pada dunia bisnis, Coaching bukan tentang memberi tahu orang apa yang harus dilakukan, tetapi membantu mereka mencapai semua yang mampu mereka lakukan dan menjadi”.

Untuk itu ACT Consulting mengundang Anda dalam acara:

“Unlocking The Power of Millenials”

Rabu, 27 Maret 2019

Pukul: 09.00 – 11.30

Mini Auditorium lantai 4, Menara 165

Jl. Tb Simatupang kav 1, Cilandak – Jakarta Selatan

Registrasi berlaku Untuk 2 orang

Klik link berikut ini atau daftar melalui kawan kami Aziz (0821-2356-7237)

Bit.ly/Act-HC

Bit.ly/Act-HC

Bit.ly/Act-HC

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

larry ellison, tragedi oracle, act consulting

Tragedi Budaya yang Hampir Membuat Oracle Tutup di Tahun 1992

By Article No Comments

Di tahun 1980an, Oracle telah tumbuh menjadi perusahaan IT yang sangat besar di Amerika Serikat dan di dunia. Saat itu, Oracle telah menjadi perusahaan software besar yang membuatnya berada di urutan pertama di bidang database, di urutan kedua setelah Microsoft di bidang software untuk personal computer, dan di urutan kedua untuk Enterprise Resource Planning Software (ERP) setelah SAP.

Apa yang ditawarkan oleh Oracle pada banyak konsumennya adalah; “Bagaimana kami bisa membuat Perusahaan Anda menjadi Hebat”.

Namun, Oracle di tahun 1980an itu tumbuh dengan skala penjualan yang melampaui kemampuannya untuk memenuhi apa yang dijanjikan kepada konsumen. Pihak sales membukukan angka-angka untuk produk software yang bahkan belum diciptakan oleh Oracle. Konsumen menunggu-nunggu solusi yang ditawarkan Oracle untuk usaha mereka, hingga waktu development software selama 3 (tiga) tahun sesuai perjanjian.

Konon kebiasaan sales yang terlalu bombastis dalam membukukan penjualan ini terjadi karena ambisi sang Pendiri, Larry Ellison, yang berambisi untuk mengalahkan Bill Gates dan Microsoft untuk menjadi perusahaan terkaya di dunia dan untuk menjadi orang terkaya di dunia. Apa yang diimpikan oleh Larry Ellison yang terkenal karena ambisi besarnya untuk selalu menjadi pemenang di segala bidang ini, membuat matanya buta dan membuatnya menjanjikan segala hal secara berlebihan.

Namun mimpi buruk para akuntan di dalam Oracle pun menjadi kenyataan. Saat Oracle version 6 yang diluncurkan ternyata memiliki banyak bugs di dalamnya, dan sangat mengecewakan bagi konsumen. Ini membuat Oracle kemudian hampir tutup. Kerugian yang terjadi mencapai hingga ratusan juta dollar Amerika. Nilai kekayaan bersih yang dimiliki Larry Ellison pun jatuh berkurang hingga membuatnya hampir miskin.

Di tengah semua bencana finansial yang mereka alami, Larry Ellison kemudian mencari bantuan dari seorang konsultan manajemen yang ternama saat itu, yang juga seorang ahli teknologi. Ia adalah Raymond J Lane, yang sebelumnya berhasil membesarkan sejumlah perusahaan seperti IMB dan EDS (Electronic Data Systems).

Di tahun 1992, Lane direkrut oleh Oracle Corporation untuk membalikkan penjualan, layanan, konsultasi dan pemasaran perusahaan, ia dan ditunjuk sebagai presiden Oracle USA pada bulan Juni.

Oracle, yang menderita pertumbuhan pesat pada akhir tahun 80-an tanpa check and balance atas costumer practice-nya, saat itu juga tertinggal secara teknologi.

Perputaran cepat di pertengahan 90-an kemudian dilakukan oleh Lane dengan memperkuat Corporate Culture dan membesarkan Costumer Service Satisfaction serta proses operasional dibuat untuk menjadi lebih tertib prosedur.

Akhirnya, tindakan penyelamatan dilakukan dengan didorong oleh teknologi database baru yaitu dengan diluncurkannya Oracle 7 yang menghadirkan beragam solusi sesuai dengan rangkaian fitur yang dijanjikan kepada konsumen, dengan menyelesaikan berbagai bugs yang ada pada versi sebelumnya. Oracle 7 pun kemudian cepat menjadi hits.

Oracle serta merta menjadi pulih kembali dan keluar dari lubang jarum dengan adanya sistem organisasi penjualan dan layanan yang lebih baik. Berbagai terobosan yang dilakukan Lane di perusahaan, diantaranya dilakukan dengan meluncurkan divisi aplikasi bisnis Oracle.

Pendiri Apple, Steve Jobs mengenang bahwa “Larry mengatakan kepada saya bahwa 15 menit setelah rapat, dia tahu Ray adalah satu-satunya pria yang dia temui yang hampir cukup pintar untuk menjalankan Oracle.” Pada tahun 1996, Lane diangkat sebagai Presiden dan CEO Oracle.

Di bawah kepemimpinan Ray Lane, bersama dengan Larry Ellison dan Jeff Henley, Oracle berkembang dari 7.500 menjadi 40.000 karyawan, mengalahkan saingan basis data utamanya, Sybase dan Informix, untuk menjadi pemimpin dalam industri basis data sambil membangun bisnis utama dalam aplikasi dan konsultasi.

Tragedi di Oracle terjadi karena kelemahan dalam budaya perusahaan. Sebuah perusahaan dengan budaya yang baik dan kuat akan bisa bertindak dengan elegan dan rapi dalam memanen kesempatan yang ada di lapangan dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran.

Kemampuan karyawan dalam mematuhi code of conducts atau work and sales ethics adalah gambaran dari benih budaya organisasi yang ditumbuhkan untuk menjadi kokoh, kuat dan subur di dalam organisasi.

Baru setelah keseimbangan di dalam organisasi tercipta, maka organisasi akan bisa bertumbuh dengan eksponensial dan mencapai berbagai impian yang dimiliki. Seperti adagium yang terkenal bahwa tujuan yang baik tidaklah dapat menghalalkan segala cara, namun tujuan yang baik haruslah dicapai dengan cara-cara yang baik.

Untuk mendapatkan bantuan dari ACT Consulting mengenai cara menumbuhkan budaya organisasi yang kuat, anda dapat klik disini.

Untuk dapat menguasai keterampilan strategi yang mumpuni untuk dapat mengelola perusahaan di tengah berbagai badai, Anda bisa klik disini.

Untuk dapat menguasai keterampilan membangun budaya perusahaan secara mandiri, dan menjadi ahli budaya perusahaan dengan sertifikasi yang diakui nasional, Anda bisa klik disini.

Untuk memperoleh keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk dapat memimpin perusahaan di tengah beragam badai, Anda bisa klik disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

spiritualitas dalam bekerja, act consulting, esq new chapter

Spiritualitas dalam Bekerja dan Manfaatnya untuk Perusahaan

By Article No Comments

Penelitian dari Petchsawanga & Duchon (2012) telah menunjukkan bahwa dengan memperhatikan sisi spiritual karyawan, organisasi membantu mengurangi stres, meningkatkan kreativitas, dan meningkatkan penyelesaian masalah (Tischler et al. 2002).

Dengan berfokus pada kualitas spiritual,  kebermaknaan dan kegembiraan di tempat kerja, sejumlah perusahaan telah menemukan (dalam Petchsawanga & Duchon (2012));

  • peningkatan kepuasan kerja (Harung et al. 1996),
  • peningkatan keterlibatan kerja,
  • identifikasi organisasi, dan
  • kepuasan imbalan kerja (Kolodinsky et al. 2008),
  • kejujuran yang lebih besar,
  • kepercayaan , dan komitmen (Krishnakumar dan Neck 2002),
  • bahkan meningkatkan performa pekerjaan (Duchon dan Ploughman 2005).

Contoh dari organisasi kelas dunia yang sukses seperti Hewlett-Packard, Tom’s of Maine, Ford Motor Company (Burack 1999), Bank Dunia (Laabs 1995), AT&T, Chase Manhattan Bank, DuPont, dan Apple Computer (Cavanagh 1999) menunjukkan hasil positif. Kesemua perusahaan tersebut telah menciptakan program untuk menghadirkan spiritualitas atau aktivitas ibadah/ ritualitas di tempat kerja.

Sebagai contoh, AT&T mengirimkan manajer menengah ke program pengembangan tiga hari yang membantu para peserta untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan lebih baik mendengarkan bawahan mereka (Cavanagh 1999). Mengejar pengetahuan tentang diri sendiri dan meningkatkan kemampuan untuk “mendengarkan” daripada mengontrol adalah fitur utama dalam banyak pencarian spiritual.

Hewlett-Packard membangun spiritualitas di tempat kerja melalui filosofi perusahaan yang menekankan nilai-nilai kepercayaan dan saling menghormati, yang pada gilirannya diyakini berkontribusi pada kerja sama dan berbagi rasa tujuan (Burack 1999).

Paradigma spiritual pada dasarnya mengakui bahwa manusia bekerja tidak hanya dengan tangan mereka, tetapi juga hati atau roh mereka (Ashmos dan Duchon 2000). Ketika orang bekerja dengan semangat yang berkomitmen, mereka dapat menemukan semacam makna dan tujuan, semacam pemenuhan yang berarti tempat kerja dapat menjadi tempat di mana orang dapat mengekspresikan seluruh atau seluruh diri mereka.

Dengan demikian, Petchsawanga & Duchon (2012)  menyimpulkan bahwa menghadirkan elemen spiritual dalam pekerjaan memungkinkan pengekspresian pengalaman manusia pada tingkat terdalamnya, tingkat spiritual yang tidak hanya mengurangi stres, konflik, dan ketidakhadiran, tetapi juga meningkatkan kinerja pekerjaan (Krahnke et al. 2003), kesejahteraan karyawan, dan kualitas hidup (Karakas 2010).

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan melalui penemuan makna hidup dan spiritualitas hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

Untuk membantu Anda menemukan peningkatan manfaat dari spiritualitas karyawan di pekerjaan dalam perusahaan, Anda dapat mengikutkan mereka pada training New Chapter dengan membaca keterangan lengkapnya disini, atau langsung mendaftarkan karyawan anda disini.

seminar hc breakthrough, act consulting, pentingnya kemampuan presentasi dalam bahasa inggris

Kuasai “Master Skill” ini Untuk Bisa Survive di Karir Apa Saja

By Article No Comments
Kemampuan Presentasi dalam Bahasa Inggris kini menjadi kebutuhan di tiap perusahaan

Bahasa adalah alat berpikir. Dengan menguasai bahasa yang digunakan secara umum di dunia profesional, kita juga akan lebih mudah meniti karir secara baik. Kita dapat berkomunikasi dengan tepat dengan orang asing yang harus ditemui. Kita juga dapat mengerjakan dokumen berbahasa asing dengan kemampuan analisis yang baik dan tepat, tanpa kesalahan. Adanya kesalahan yang ditemukan saat kita mengerjakan dokumen berbahasa asing dapat menjadi tanda bahwa kita kurang profesional.  Bahkan, di era dimana kita harus lebih banyak bicara dan tampil dalam memberikan presentasi untuk keperluan bisnis dan keperluan akademis, kemampuan penguasaan bahasa asing ini menjadi sangat diperlukan.

Dengan menguasai bahasa asing, kita juga dapat memahami banyak hal serta dapat berkomunikasi dengan lebih banyak orang dari berbagai kalangan. Bahasa asing yang paling banyak digunakan di dunia adalah bahasa Inggris. Hal ini karena Negara bekas jajahan Inggris tersebar di berbagai belahan dunia. Perlunya kita menguasai bahasa Inggris juga karena mereka menguasai pasar secara ekonomi dan informasi. Pencipta internet, Sir Tim Berners Lee, juga berasal dari negeri Ratu Elizabeth ini. Karena itu bahasa yang paling dominan digunakan di internet adalah Bahasa Inggris.

Di Era VUCA ini, kita harus bekerja bersama dengan tenaga kerja yang berasal dari berbagai negara. Di sebuah kantor di Jakarta misalnya, Anda bisa jadi harus berhadapan dengan orang yang berasal dari Amerika, Jerman, Jepang, dan China. Untungnya, Anda tak harus menguasai semua bahasa dari negara yang berbeda tersebut karena semua dari mereka umumnya dapat berbahasa Inggris dengan baik.

Bahasa Inggris kini menjadi bahasa yang dominan di dunia bisnis. Berbagai istilah yang digunakan dalam ilmu manajemen, ilmu teknik dan ilmu komunikasi juga sebagian besar berasal dari Bahasa Inggris. Bila kita tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik, kita dapat terganjal saat harus melakukan presentasi kepada calon investor misalnya. Tanpa pemahaman dan penguasaan Bahasa Inggris yang baik, bisa jadi kesempatan mendapatkan investasi untuk bisnis Anda akan terlewat begitu saja. Kini sudah jelas bukan mengapa Bahasa Inggris menjadi sangat penting untuk dikuasai?

Karena harus melakukan presentasi dalam Bahasa Inggris di hadapan calon investor dari luar negeri, William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia kemudian tekun mempelajari Bahasa Inggris. Ia tekun belajar dan berlatih hingga kini akhirnya bisa lancar berbicara dan melakukan presentasi dengan berbahasa Inggris di sejumlah acara kelas dunia, bahkan di World Economic Forum. Bahkan, Ibu Susi Pudjiastuti yang tidak mengenyam pendidikan tinggi pun dapat sukses dalam berbisnis dan menjadi seorang Menteri karena ia memiliki penguasaan Bahasa Inggris yang baik. Bagaimana dengan Anda dan Karyawan Anda? Sudahkah memiliki kemampuan Presentasi dalam Bahasa Inggris  yang baik? Jangan khawatir, karena kami memiliki solusi untuk masalah ini.

Untuk itu ACT Consulting mengundang Anda dalam acara:

“The Importance of English in Vuca Era”

Rabu, 13 Maret 2019

Pukul: 09.00 – 11.30

Mini Auditorium lantai 4, Menara 165

Jl. Tb Simatupang kav 1, Cilandak – Jakarta Selatan

Registrasi berlaku Untuk 2 orang

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk keahlian Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya untuk para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ESQ Course memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@esqcourse.com atau telepon ke 0812-8969-9965 (Sulastri).

corporate culture specialist, training sertifikasi nasional, act consulting

Training Sertifikasi Nasional Corporate Culture Specialist di awal 2019

By News No Comments

Budaya kerja di perusahaan merupakan unsur yang membuat suatu perusahaan dapat berdiri kuat dan memimpin persaingan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh dua profesor dari Harvard yaitu Heskett dan Kotter, dalam bukunya yang berjudul “Corporate Culture and Performance” yang terbit di tahun 1992 dan diperbaharui di tahun 2011.

Dalam buku tersebut, Heskett dan Kotter (2011) menyebutkan hasil penelitian yang mereka lakukan selama beberapa tahun bahwa perusahaan dengan budaya perusahaan yang kuat, mampu mendapatkan peningkatan nilai saham hingga lebih dari 900% selama 10 tahun, seperti terlihat dalam tabel yang terpasang di artikel yang membahas topik tersebut di forbes.com

Training pembangunan budaya kerja di perusahaan untuk mendapatkan Sertifikasi Nasional bergelar Corporate Culture Specialist “Satu2nya di Indonesia” ini dipandu oleh Pak Rinaldi Agusyana & Pak Dudi Supriadi dihadiri oleh para penggerak budaya korporasi dari berbagai perusahaan, yaitu diantaranya adalah;

1) PT PLN PJB (Pembangkit Jawa Bali)
2) PT Taspen (Tabungan Dana Pensiun)
3) Karakshanta Security Service
4) BRI Finance

ACT Consulting berharap agar para peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di dalam perusahaannya masing-masing, dan berhasil dalam melakukan transformasi budaya kerja dengan metode dan langkah-langkah yang tepat yang telah diberikan dalam Training Sertifikasi ini. Untuk mengikuti Training Sertifikasi Corporate Culture Specialist dapat mendaftar disini.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk budaya kerja korporasi hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

dna of leadership, act consulting, transformational leadership

Bagaimana DNA of Leadership anda?

By Article No Comments

Seorang pemimpin harus mengenal dirinya dengan baik terlebih dahulu, sebelum mampu memimpin orang lain. Mengapa? Karena umumnya setiap manusia memiliki banyak kesamaan dengan manusia lainnya. Kita ingin mendapatkan motivasi dan inspirasi, begitu juga pemimpin di level tertinggi sekali pun, membutuhkan dorongan semacam ini. sebagaimana kita ingin diperlakukan baik dengan orang lain, seperti itu pula kita harus memperlakukan orang lain dengan baik. Jadi tidak boleh ada sama sekali unsur kekerasan atau paksaan dalam model kepemimpinan yang baik.

Karena itu, di dalam ESQ Transformational Leadership, setiap peserta yang merupakan para top leader di perusahaannya masing-masing, haruslah mengenali dirinya sendiri. Hal ini akan menjadi bahan yang berharga untuknya dapat membantu orang lain untuk dapat berkinerja luar biasa. Seperti yang digaungkan oleh ESQ bahwa setiap orang harus terlebih dahulu memiliki karakter yang baik, sebelum kemudian bisa menjadi pemimpin yang baik.

Pemimpin yang baik juga harus memiliki sense of mission yang berharga di dalam dirinya. Ia harus memiliki Visi besar yang hendak ia tuju, yang hendak ia wujudkan dengan bantuan orang-orang yang bekerja untuknya. Kepemimpinan seperti ini akan bergerak dengan motor berupa visi besar tersebut.

Adanya Visi dan Mission yang bernilai tinggi inilah yang investor seperti Sequoia dan Softbank kemudian mempercayakan investasi sebesar 100 juta US Dollar kepada William Tanuwijaya dari Tokopedia. William mengatakan pada public dalam beberapa kali pidatonya bahwa para investor ini tidak ingin mengetahui bagaimana masa lalunya. Tapi yang ditanyakan orang kepadanya adalah; “Apa Visi Besarmu?”

William Tanuwijaya juga menyampaikan bahwa beda diantara orang yang bermimpi dan orang yang visioner adalah bahwa orang yang visioner bermimpi dengan mata terbuka. Bahwa apa yang kita mimpikan, yang kita pikirkan, yang kita ucapkan dan yang kita lakukan, haruslah sejalan dan konsisten. Dengan inspirasi dari Martin Luther King inilah, William memiliki energi visioner yang besar. Dari kekuatan visioner ini pula ia mampu mewujudkan masa depan yang baik untuk puluhan ribu UKM dan pengusaha kecil lainnya yang tergabung di marketplace yang ia ciptakan.

William pun memiliki Compassion, yaitu rasa welas asih dan kepedulian terhadap rakyat Indonesia yang ingin ia bantu dan ia kembangkan. Seperti juga Ahmad Zaky dari bukalapak yang tidak mau menutup marketplace buatannya walaupu saat it uterus merugi. Apa yang dipikirkan oleh William dan Zaky adalah bagaimana nasib dari 100.000 pemilik UKM yang menggunakan produknya? Bagaimana nasib para karyawan yang memiliki anggota keluarga yang harus ditanggung?

Untuk mengetahui model internal kepemimpinan seseorang, ESQ telah membuat DNA of Leadership, yaitu sebuah software yang dapat memaparkan bagaimana kepemimpinan seseorang. Dimana dengan DNA ini leader tersebut akan mengenali kekuatan dirinya yang mempengaruhi corak kepemimpinannya

Temukan Solusi Peningkatan Skill Kepemimpinan Transformasional bersama kami di:

======================================

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP PROGRAM

======================================

Hari, Tanggal: 26-27 Maret 2019

Tempat:  The Alana Hotel & Conference Centre, Sentul City – Bogor

Registrasi bisa klik link di bawah ini:

bit.ly/Act-TL

bit.ly/Act-TL

bit.ly/Act-TL

Atau menghubungi ke nomor:

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

DAFTARKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA

training transformational leadership, act consulting

Bagaimana Membuat Karyawan Berkinerja Hebat dengan Transformational Leadership

By Article No Comments

Setiap perusahaan memiliki kinerja yang berbeda. Perusahaan yang memiliki kinerja bagus, biasanya dipimpin oleh pemimpin yang baik. Namun seperti apakah definisi pemimpin yang baik itu, dan bagaimana cara untuk membuat para pemimpin di organisasi kita mampu membuat karyawan berkinerja luar biasa? Karena konon dikatakan bahwa Pemimpin yang Luar Biasa adalah mereka yang dapat membuat karyawannya berkolaborasi dan bekerjasama dalam mengerjakan hal-hal yang luar biasa.  

Kinerja adalah wujud efektivitas perilaku pengikut dalam memajukan tujuan organisasi. Bagaimana pendapat para ahli dan akademisi mengenai model kepemimpinan apa yang paling menguntungkan bagi korporasi dan organisasi? Dari sejumlah jurnal ditemukan kesimpulan dari sejumlah ahli dari riset yang mereka lakukan bahwa Transformational Leadership menghasilkan efek yang lebih hebat dibanding kepemimpinan transaksional (Avolio & Bass, 2004).

Transformational Leadership juga mampu memimpin karyawan untuk memberikan upaya ekstra, dan meningkatkan kepuasan kerja. Karyawan akan terdorong untuk memperbaiki performa kerja mereka hingga melebihi ekspektasi, dan mampu memanen hasil dari kreativitas dan inovasi yang mereka lakukan dalam organisasi, sebagai hasil dari transformational leadership (Zaidatol Akmaliah et al, 2011).

Lebih dari itu, Transformational Leadership  model juga berpengaruh terhadap efektivitas dan performa para pemimpin (Hurr et al, 2011). Hasil yang diperoleh dari berbagai langkah dalam model Transformational Leadership ini memberikan hasil yang lebih hebat dibanding dengan melakukan langkah kepemimpinan transaksional. Namun bagaimanakah cara untuk memiliki dan meningkatkan Skill Transformational Transformational ini?

Temukan Solusi Peningkatan Skill Kepemimpinan Transformasional bersama kami di:

======================================

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP PROGRAM

======================================

Hari, Tanggal: 26-27 Maret 2019

Tempat:  The Alana Hotel & Conference Centre, Sentul City – Bogor

Registrasi bisa klik link di bawah ini:

bit.ly/Act-TL

bit.ly/Act-TL

bit.ly/Act-TL

Atau menghubungi ke nomor:

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

DAFTARKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?