Skip to main content
All Posts By

Dwitya Agustina, S.T., MBA

Corporate Strategic Solution Expert dari ACT Consulting

karakteristik millenial di tempat kerja, act consulting

Karakteristik Millenial di Tempat Kerja

By Article No Comments

Shih Yung Chou (2012) dalam International Journal of Human Resource Studies memaparkan sejumlah temuan studi literature yang ditemukannya mengenai bagaimana perilaku Millenial di tempat kerja. Ia mengutip Hershatter dan Epstein (2010) yang mengeksplorasi cara-cara generasi Milenial  mendekati dunia kerja dan melihat bahwa Millenial mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan mereka dan mengharapkan akomodasi dari organisasi berdasarkan pengalaman, kebutuhan, dan keinginan mereka.

Dalam studi empiris tentang pengaruh generasi pada sikap kerja, Kowske, Rasch, dan Wiley (2010) menemukan bahwa Millennials memiliki tingkat kepuasan dan kepuasan terhadap perusahaan secara keseluruhan yang lebih tinggi daripada Generasi X dan Baby Boomers. dengan adanya rasa aman dalam bekerja, pengakuan, dan kemajuan karier yang lebih baik

Myers dan Sadaghiani (2010) membahas harapan Millenial tentang tempat kerja, gaya komunikasi, dan hubungan dengan anggota tim dan organisasi. Secara khusus, para peneliti ini memandang bahwa Millennial bekerja dengan baik dalam pengaturan tim, termotivasi oleh tugas-tugas signifikan, lebih suka komunikasi yang terbuka dan sering, dan memahami teknologi komunikasi.

Dalam studi lapangan mereka tentang generasi Millenial, Ng, Schweitzer, dan Lyons (2010) menemukan bahwa Millenials menekankan individualisme, mencari kemajuan karir dan pengembangan keterampilan, dan memastikan kehidupan yang bermakna dan memuaskan di luar pekerjaan

Demikian pula, dalam studi empiris mereka tentap motif mahasiswa kedokteran, Borges, Manuel, Elam, dan Jones (2010) menemukan bahwa Millennials memiliki kebutuhan sosial yang lebih besar, ikatan teman sebaya yang lebih erat, dan orientasi tim yang lebih kuat daripada Generasi Xers.

Chou (2012) melihat bahwa ada dua aliran dalam memandang millennial, aliran penelitian pertama berfokus pada sikap dan nilai kerja Millennial. Meskipun temuan yang konsisten belum ditunjukkan dalam literatur, secara umum telah ditunjukkan bahwa Millennial banyak berfokus pada aspek sosial pekerjaan seperti memiliki rekan kerja yang ramah dan lingkungan kerja yang menarik (Ng et al., 2010).  

Namun menurut Chou (2012), fokus aspek sosial di tempat kerja tidak mengakibatkan kurangnya upaya kaum Millenial di tempat kerja. Secara khusus, Millennial ditemukan menjadi pekerja keras, bertanggung jawab, berorientasi pada tim, dan altruistik (Elam, Stratton, & Gibson, 2007; Gloeckler, 2008).  

Alsop (2008) mendukung pandangan ini dengan mencatat bahwa perilaku altruistik Millenial terutama dipengaruhi oleh keluarga dan teman-teman mereka. Ini juga karena pola pikir mereka yang berorientasi pada tim, Millennial cenderung menunjukkan gaya manajemen inklusif di mana umpan balik langsung ditekankan (Lowe, Levitt, & Wilson, 2008).

Selain itu, Millenials telah ditemukan untuk menunjukkan tingkat harga diri dan ketegasan yang lebih tinggi daripada generasi sebelumnya (Twenge & Campbell, 2001) dan sangat percaya diri dengan kemampuan mereka (Harris-Boundy & Flatt, 2010).

Karakteristik ini juga ditemukan oleh Trzesniewski dan Donnellan (2010). Secara khusus, Trzesniewski dan Donnellan mengungkapkan bahwa Millennial cenderung memiliki tingkat harga diri dan locus of control eksternal yang tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Alur penelitian kedua membahas gaya komunikasi Millenial. Menurut penelitian sebelumnya, Millennial tidak hanya mencari komunikasi yang sering, positif, dan terbuka di tempat kerja terus-menerus tetapi juga mengumpulkan dan berbagi informasi dengan mudah (misalnya, Gursoy, Maier, & Chi, 2008; Hill 2002; Howe & Strauss, 2007; Tapscott , 1998; Marston, 2007; Martin, 2005; Zemke et al., 2000).

Dari perspektif ini, orang dapat berharap bahwa milenial sebagai pemimpin, akan memanfaatkan pendekatan komunikasi dua arah dan menekankan pentingnya memiliki hubungan timbal balik dengan bawahan. Sementara itu, literatur kepemimpinan telah menyarankan bahwa millennial cenderung memiliki pola kepemimpinan partisipatif. 

Yaitu yang melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, meminta saran bawahan, dan mendiskusikan masalah organisasi dengan bawahan (Chen & Tjosvold, 2006). Dengan demikian, ketika dihubungkan antara sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan gaya komunikasi Milllennials di tempat kerja, diharapkan Millennials akan menunjukkan gaya kepemimpinan partisipatif tingkat tinggi.

Dengan memahami kepemimpinan Millenial dan gaya mereka saat menjadi follower di tempat kerja, organisasi dan manajer dapat menyusun struktur dan desain tempat kerja untuk memaksimalkan kinerja para millenials ini.

hal yang dicari millenial dalam bekerja, act consulting

Hal ini yang Dicari Millenial dalam Bekerja

By Article No Comments

Data yang diberikan oleh Price Waterhouse Cooper (PWC) dalam reportnya tentang millenial ini dapat menggugah pikiran kita mengenai hal apa yang dicari oleh millenial dalam bekerja.

Hal pertama yang paling diinginkan oleh millenial adalah kesempatan untuk pengembangan diri (opportunity for self development). Hal ini ada diatas faktor lain seperti starting sallary, yang hanya berada di peringkat ke empat.

65% millenial mencari kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dalam bekerja. Dan hanya 21% millenial yang menganggap besarnya gaji pertama sebagai hal yang penting. Hal ini karena mereka telah mengetahui bahwa di awal karir, gaji yang besar sangatlah jarang ditemukan.

Hal kedua yang dicari oleh millenial adalah reputasi dari perusahaan Anda. Mereka mencari perusahaan dengan reputasi yang baik, yang bersikap adil terhadap para pekerjanya. Hal lain yang berhubungan dengan hal ini adalah program corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan, yang turut menentukan reputasinya di mata masyarakat.

Barulah pada peringkat ketiga, millenial menganggap penting peran apa yang akan dijalankan dalam pekerjaannya. Hal ini ternyata juga berkaitan tentang sejumlah hal yang idealis, seperti dampak apa yang akan ditimbulkan dalam pekerjaannya. Banyak millenial yang mengharapkan peran yang menggugah dan berdampak secara sosial.

Millenial mengharapkan pekerjaan mereka berada dalam posisi membantu dan mengembangkan perusahaan, untuk tujuan mulia dan untuk tujuan yang besar. Bagaimana dengan perusahaan Anda? Apakah telah memiliki tiga faktor utama yang menjadi pilihan para Millenial ini?

Millenial adalah unsur masyarakat yang kini dominan di dunia pekerjaan. Di tahun 2020 ini, separuh angkatan kerja terdiri dari para millenial. Untuk itu, Perusahaan Anda harus memiliki Visi, Misi dan Values yang menjadi idaman para Millenial untuk bekerja. Bila belum, kami memiliki program MVVM (Mission, Vision, Values, Meaning) yang dapat membantu.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

spiritual center, act consulting, membangun mental juara, budaya juara, budaya kerja juara

Menciptakan Mental Juara dengan Spiritual Center

By Article No Comments
temukan kekuatan tak berbatas dari spiritual center di hati anda

Menciptakan mental juara, dimulai dengan menemukan sumber energi tak terbatas di dalam diri seseorang yang akan menjadi sumber tenaganya. Menjadi motivasi utamanya dalam bekerja, belajar, dan bersosialisasi. Sumber tenaga atau sumber energi motivasi seseorang adalah pusat spiritualnya atau yang dinamakan sebagai “spiritual center”.

Pusat spiritual ini merupakan intike kuatan atau baterai di dalam diri seseorang, yang berisi energi yang murni dan bersih. Energi yang tak akan  habis-habis dan selalu bertambah banyak apabila terus menerus diaktifkan. Apakah pusat spiritual ini? Pusat spiritual di dalam diri kita berasal dari nama-nama Tuhan yang kita kagumi dan kita percayai, yang kita anggap penting dan yang kita ingin wujudkan dalam hidup kita di dunia.

Salah satu contoh tokoh dunia yang berhasil dengan menemukan spiritual centernya adalah Juara Tinju Dunia; Muhammad Ali. Sumber energinya yang membuatnya menjadi juara dunia berkali-kali, hingga mampu meng-KO lawan-lawannya adalah panggilan hatinya untuk mewujudkan; Keadilan.

Berasal dari rasa pedih yang dialaminya akibat diperlakukan tidak setara karena saat ia remaja, ia mengalami pemisahan hak. Pada saat itu, ia masih bernama Cassius Clay. Saat itu ia telah membanggakan negaranya, Amerika Serikat, dengan mendapatkan Medali Emas di Olimpiade, untuk cabang olahraga Tinju. Namun, saat ia pulang ke kotanya dan ingin makan di restoran, Cassius Clay diusir oleh pelayan restoran,karena ia berkulit hitam.

Perlakuan tidak setara yang diterimanya, membuat api semangatnya berkobar membara. Ia ingin merubah keadaan dunia saat itu yang semula memisahkan antara kulit hitam dan kulit putih dengan perlakuan yang berbeda. Pada masa itu, warga selain kulit putih diperlakukan sebagai warga kelas dua dan kelas tiga.

Karena “kampanye” yang dilakukan oleh Cassius Clay atau Muhammad Ali itu  terus ia gaungkan sepanjang masa mudanya, bahkan hingga masa tua dan akhir hidupnya. Semangat Ali saat itu dirasakan oleh banyak warga dunia di berbagai benua yang berbeda.

Hingga bergaunglah kepedulian mengenai “Kesetaraan Hak” ke seluruh penjuru dunia. Lahirnya kaum hippies yang rela meninggalkan pekerjaan dan kuliah mereka untuk berdemo ke berbagai kota menggulirkan issue persamaan hak tersebut. Apa yang awalnya dikemukakan oleh Muhammad Ali ini kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Hingga akhirnya masyarakat dunia sepakat untuk menghilangkan rasisme. Hingga akhirnya terwujud persamaan hak ke seluruh dunia, hingga saat ini.

Perjuangan Muhammad Ali ini membuatnya sangat bangga ketika akhirnya di masa tuanya, ia bisa menyaksikan, warga kulit hitam, Barack Obama, menjadi seorang Presiden Amerika Serikat.

Lihat, alangkah besar bukan, tenaga yang dapat tercipta dari spiritual center ini? Tenaga inilah yang menjadi sumber energi yang dapat membuat seseorang menjadi tak terkalahkan untuk waktu yang lama.

Apakah lembaga atau perusahaan Anda membutuhkan bantuan dalam membangkitkan Mental Juara? Anda dapat mengirimkan email ke; info@actconsulting.co atau mengirimkan pesan whatsapp atau menelepon ke nomor; 0812-9400-0985 (Donna/ Gisri). 

cara membuat strategi tahunan yang efektif, strategi tahunan, act consulting, dwitya agustina

Cara Membuat Strategi Tahunan Yang Efektif

By Article No Comments

Milestone adalah ukuran tahunan yang kita buat  untuk memastikan kita berada di dalam roadmap yang tepat. Milestone disebut juga annual planning. Saat anda melakukan tutup buku dan menutup tahun kalender ini, dan menyusun rencana untuk tahun baru kedepan. Tentukan Annual Strategic Planning.

Bagaimana cara menyusun Strategi tahunan? Strategi disusun dengan mengisi Balance Scorecard. Apa saja ukuran yang perlu ada di dalam rencana tahunan kita?

  • Hal yang pertama untuk mengukur milestone kita harus memastikan pencapaian ukuran financial atau financial gain. Kita harus merumuskan langkah strategis apa saja yang akan ditempuh untuk memastikan ukuran finansial ini terpenuhi?
  • Hal yang kedua, kita juga harus mengukur kepuasan konsumen. Apakah mereka bahagia dan puas dengan produk serta jasa yangkita berikan? Untuk itu, susunlah langkah strategis untuk memenuhi tuntutan konsumen ini. Bahkan secara lebih advance, kita harus dapat melakukan prediksi keinginan konsumen dari matriks data yang kita peroleh. Sehingga kita dapat membuka kesempatan baru untuk menghasilkan revenue, dari kebutuhan konsumen yang terus berkembang.
  • Hal yang ketiga adalah secara operasional, kita harus mengukur dampak dari proses bisnis yang berjalan. Bagaimana proses operasional bisnis tersebut telah memberikan pengaruh pada kinerja korporasi secara keseluruhan. Kita juga harus mengetahui proses internal apakah yang harus diperbaiki untuk menyediakan nilai dan mencapai tujuan keuangan perusahaan anda?
  • Hal yang keempat adalah kapasitas belajar yang ada di dalam organisasi. Bagaimana hal ini mampu meningkatkan kemampuan DNA organisasi dalam berevolusi secara lebih baik, untuk mampu mengatasi berbagai tantangan yang mendatangkan perubahan yang cepat. Apakah keterampilan dan kapabilitas dari tim karyawan yang anda miliki, untuk mengarahkan proses internal agar dapat memenuhi tujuan nilai untuk konsumen, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan keuangan?

Keempat langkah ini merupakan bagian dari Balance Scorecard atau yang sering disebut sebagai BSC. Metode pengukuran kinerja perusahaan melalui BSC ini pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1990 oleh Robert Kaplan dan David Norton dari Harvard Business School.

Metode balance scorecard ini menghasilkan pandangan menyeluruh yang lebih seimbang dalam meninjau kinerja perusahaan, dibanding pengukuran di masa lalu yang hanya memperhitungkan perolehan finansial (financial gain).

Dalam menyusun strategi tahunan, perhatikan cara memfungsikan matriks BSC ini. Perpaduan langkah 1 dan 2, akan menunjukkan kekurangan Key Result Area di perusahaan Anda. Dan gabungan dari langkah 3 dan 4 akan menunjukkan Effort yang harus dikeluarkan. Untuk itu perusahaan menurunkan strategi ke dalam ukuran Key Performance Indicator yang disepakati antara manajemen dan tim karyawan.

Sisi lain dari strategi adalah penyusunan Rencana Tahunan (Annual Planning) dengan melakukan matriks perhitungan SWOT – TOWS secara seimbang dan menyeluruh : Strength –Weakness – Opportunities – Threats:

S – O : Strength apa yang bisa anda gunakan untuk mengkapitalisasi opportunities yang dimiliki?

W – O :  Weakness apa yang harus dimitigasikan agar opportunities bisa terkapitalisasi?

S – T : Strength apa yang bisa digunakan untuk bisa menangani/ mengurangi Threats?

W – T : Strategi apa yang bisa dilakukan untuk meminimkan Weakness dan menghindari Threats?

Dengan menggunakan metode diatas, Perusahaan Anda dapat menurunkan strategi ke dalam rumusan prosedur standar operasional yang lebih efisien. Untuk memastikan agar proses internal dalam perjalanan bisnis perusahaan berlangsung dengan efektif, cepat, terpadu dan ekonomis. Setelah itu, barulah key performance indicator diturunkan untuk level eksekutif. Untuk menetapkan sejauh mana peranan tiap pimpinan puncak di manajemen terhadap pencapaian target secara keseluruhan. 

Untuk mendapatkan bantuan dalam menyusun Strategi Tahunan bagi korporasi Anda, anda dapat mengirimkan email ke; info@actconsulting.co atau mengirimkan pesan whatsapp atau menelepon ke nomor; 0812-9400-0985 (Donna/ Gisri). 

cara menyusunu strategi korporasi, act consulting, dwitya agustina

Cara Menyusun Strategi Korporasi

By Article No Comments
cara menyusunu strategi korporasi, act consulting, dwitya agustina

Keuntungan finansial, bukanlah satu-satunya ukuran dari kesuksesan sebuah perusahaan. Sebuah korporasi menjadi besar karena memberikan keuntungan pada masyarakat dimana ia berada, dan memberikan pertumbuhan pada karyawan yang bekerja di dalamnya.

Untuk itu, kita harus memandang tentang value apa yang ingin kita berikan pada pelanggan. Kemudian, yang terpenting bagaimana membangun DNA organisasi agar terus berkembang dan mampu menghadapi berbagai kesulitan yang menghadang ke depannya. Untuk memastikan strategi korporasi yang dibuat dapat memberikan keuntungan pada perusahaan, mari perhatikan 4 langkah ini;

  • Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menyiapkan karyawan melalui proses belajar yang ada di dalam organisasi.Langkah ini haruslah bersifat value centric, agar karyawan dapat berkembang sesuai dengan value-value ideal, agar mampu berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.
  • Yang kedua, kita harus melakukan perancangan dan perbaikan proses bisnis, dengan memperhatikan segi operasional dari korporasi,agar dapat dilakukan selaras dengan values, visi dan misi perusahaan.
  • Hal ketiga adalah memperhatikan unsur konsumen. Mengutamakan dan mengupayakan agar pelanggan memperoleh pelayanan yang baik. Konsumen yang senang berbisnis bersama kita, akan mempercayakan kebutuhan korporasinya pada kita.
  • Pada akhirnya akan tercapailah tujuan keempat yaitu memperoleh keuntungan finansial sesuai target yang diharapkan.

Jadilah Ahli dalam Merancang dan Melakukan Eksekusi Strategi Korporasi.

Setelah Anda merancang strategi korporasi yang tepat, perusahaan Anda akan tumbuh dengan lebih baik. Bisnis yang anda miliki juga akan berkembang, karena Anda telah mengetahui cara menyusun langkah strategis yang efektif.

Lebih jauh lagi, setelah mengikuti Program CorporateStrategy Specialist, Anda akan menjadi seorang yang memiliki kemampuan untukmenyusun strategi yang matang bagi Korporasi Anda. Setelah menerapkan strategi tersebut dalam kurun waktu setahun, Anda dapat memperoleh Sertifikasi sebagaiCorporate Strategy Specialist yang diakui oleh negara. Karena lulusan Program ini mendapatkan pengakuan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Mari Kembangkan Korporasi bersama dengan value progresif. Salam Transformasi dariACT Consulting.

Keterangan lengkapnya, Kunjungi halaman Website kami

Bit.ly/ACT-CSS

Bit.ly/ACT-CSS

Bit.ly/ACT-CSS

Atau hubungi saudara Aziz : 0899-4040-916 untuk mengetahui berbagai detailnya.

dwitya agustina, corporate culture consultant, spiritual leadership, training esq, act consulting, transformasi budaya, good corporate culture

Urgensi Spiritual Leadership

By Article No Comments

spiritual leadership, act consulting, transformasi budaya, managing change, rekayasa organisasi, training esq, ary ginanjar agustian

Sebuah kisah nyata di bawah ini menunjukkan urgensi spiritual leadership di perusahaan. Di tahun 2009, sebuah anak perusahaan multi nasional merasa tengah di ujung tanduk. Sejumlah eksekutif perusahaan tersebut mendiskusikan angka-angka penjualan yang terus merosot drastis. Padahal, berbagai terobosan marketing sudah dilakukan. Hingga akhirnya para eksekutif memutuskan untuk menutup perusahaannya di negara ini.

Namun mereka merasa bahwa akan sulit bagi karyawan agar bisa menerima situasi perusahaan. Untuk itu mereka meminta bantuan sebuah lembaga training yang terkenal dengan pengembangan spiritualitas di dunia bisnis, untuk memberikan pencerahan. Program training diberikan dalam beberapa batch dalam kurun waktu yang berdekatan.

Setelah training spiritual leadership dan meaning of work yang diberikan tersebut berjalan beberapa bulan, ternyata terjadi peningkatan performa kerja dalam banyak divisi. Bahkan, peningkatan ini kemudian mengubah situasi penjualan secara positif. Hal ini tercermin dari naiknya angka penjualan yang cukup tinggi.

Para pemimpin dan karyawan perusahaan alat berat itu pun terlihat berbeda dari sebelumnya. Mereka kini memiliki sikap yang lebih lembut dan menjunjung tinggi kejujuran.  Sebuah hasil yang sama sekali tidak disangka-sangka ini, membuat principal di negara asal perusahaan tersebut, bangga.  Bahkan, perusahaan yang hampir ditutup itu kemudian berkembang pesat luar biasa, dan menjadi pemimpin pasar dalam bidang tersebut. Dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun, perusahaan tersebut berhasil mengejar ketinggalannya. Bahkan menjadi pemenang dalam kompetisi penjualan berbagai kendaraan alat berat.

Padahal, semula perusahaan  hanya ingin menjadikan training spiritual tersebut sebagai metode perpisahan yang damai dengan karyawan.  Namun yang terjadi, justru karyawan merasa menemukan makna hidup dan ingin bekerja sebaik-baiknya dalam situasi yang semula pailit tersebut. Apakah yang diterapkan di perusahaan tersebut, dan bagaimana itu dapat mengubah keadaan suatu organisasi?

Professor Louis W. (Jody) Fry, PhD yang mengajar di University of Texas, telah melakukan banyak penelitian mengenai Spiritual Leadership. Teori-teori yang dikemukakannya, banyak dikutip oleh para peminat cabang ilmu kepemimpinan yang mengutamakan makna dan nilai dalam hidup ini. Teori ini bahkan telah diterapkan di banyak perusahaan dan pemerintahan di Amerika. Diantaranya dikembangkan dalam pemerintahan di kota Texas, Amerika Serikat.

Menurut Fry (2017), teori spiritual leadership dikembangkan di dalam model motivasi intrinsik yang di dalamnya terdapat hal-hal seperti visi, harapan, keimanan, dan cinta sesama. Di dalamnya juga ada spiritualitas di dunia kerja dan daya tahan spiritual dalam hidup (spiritual survival) melalui panggilan hidup dan ketaatan dalam suatu kelompok agama.

Fry (2017) juga menyampaikan sejumlah hal yang didapatkan organisasi dari penerapan spiritual leadership ini yaitu;

  • adanya sustainabilitas atau keberlangsungan organisasi
  • menciptakan visi dan nilai yang kongruen dalam diri seorang individu.
  • Tim kerja pun menjadi lebih berdaya (empowered).
  • meningkatkan level komitmen terhadap organisasi dan bahkan meningkatkan produktivitas.

Keuntungan pengembangan Spiritual Leadership pada performa kerja

Bidang penimbangan kinerja di dalam suatu organisasi telah menetapkan adanya kebutuhan untuk melaporkan sejumlah metrik finansial dan prediktor non finansial seperti kepuasan pelanggan, hasil kinerja organisasi yang berkualitas, dan terpenuhinya berbagai target serta tujuan. Untuk membuktikan ini, dilakukan pengukuran proses  operasional internal. Selain juga mengukur komitmen karyawan dan pengembangan karyawan.

Spiritualitas di tempat kerja berhubungan erat dengan spiritual leadership. Bahkan, spiritual leadership-lah yang menjadi pendorong munculnya komitmen organisasi dan produktivitas, yang sifatnya esensial untuk mengoptimalkan performa organisasi.

Di tempat kerja yang mendukung pengembangan spiritualitas karyawan melalui para pemimpin yang menerapkan spiritual leadership, setiap orang memiliki hak untuk mengejar dan memenuhi tujuan yang berarti yang dapat membuatnya menemukan makna dalam suatu komunitas yang penuh rasa kekeluargaan. Spiritualitas di tempat kerja ini memastikan bahwa sustainabilitas atau umur panjang dari organisasi bisa tercapai, dan organisasi terus survive dengan dikembangkannya generasi penerus.  (Lazlo, C. & Brown, J., 2014, dalam Fry, 2017)

Dalam kondisi seperti apapun, penutupan perusahaan dapat menimbulkan dampak yang besar. PHK massal dapat memicu berbagai aksi yang menggambarkan keprihatinan pekerja akan hidup mereka. Karyawan khawatir akan bagaimana mereka dapat memperoleh pendapatan rutin tiap bulan, suatu kondisi menyedihkan yang semula dijamin oleh perusahaan.  Bersyukur, para pimpinan perusahaan mengambil satu solusi yang baik dan bijak. Solusi yang berupa pengembangan spiritualitas dalam kepemimpinan dan dalam bekerja.

Bagaimana dengan perusahaan Anda? Apakah harus menunggu keadaan hampir pailit, baru akan mengembangkan spiritualitas di lingkungan kerja anda? Semakin cepat solusi pengembangan spiritualitas dalam kepemimpinan dan dalam pekerjaan sehari-hari dilakukan, akan semakin baik kinerja perusahaan Anda.

Untuk mendapatkan panduan cara menerapkan Spiritual Leadership di perusahaan Anda, hubungi 0818-213-165 (Donna) atau kirim email ke; info@actconsulting.co

Corporate Culture (3)

Apa itu Budaya?

By Article No Comments

apa itu budaya?

Untuk memahami apa itu budaya, kita bisa mempelajari berbagai definisi yang ada. Definisi yang resmi, diutarakan oleh para ahli anthropologi, dan para budayawan. Namun sebenarnya, saat kata budaya pertama kali diutarakan, apa yang ada di pikiran kita sebenarnya?

Kita biasa menggunakan kata budaya dalam banyak hal namun kurang mendalami maknanya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa budaya semata-mata adalah berupa karya seni seperti sendratari atau teater saja. Padahal, budaya memiliki definisi yang menyeluruh dan utuh. Bahwa penampilan, kebiasaan dan kepribadian kita juga adalah hasil bentukan dari budaya yang ada di sekeliling kita.

Oleh karena itu, memahami  apa itu budaya, menjadi amat penting. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansakerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Ini berarti, budaya merupakan hasil dari pemikiran, yang diserap oleh masyarakat karena dirasa sesuai dengan pemahaman akal mereka. Sementara, hasil pemikiran yang dianggap negatif, akan ditolak oleh masyarakat, baik secara individu maupun kolektif.

Di dalam konteks dunia kerja, penyerapan budaya amat tergantung pada sinkronisasi antara values yang lama dengan values baru. Sesuai dengan upaya untuk melakukan transformasi budaya perusahaan dari current culture ke desired culture yang sedang dikembangkan. Untuk mempermudah upaya ini, ESQ memiliki program training unggulan yang menjadi ciri khas dalam upaya untuk melakukan values alignment ke berbagai sasaran subyek perubahan di dalam perusahaan, melalui Values Internalization Training.

 

Salam budaya unggul dari ACT Consulting.

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?