Skip to main content
All Posts By

admin

Partner In Culture Transformation

ACT Consulting | pelatihan motivasi karyawan | training agent of change | training budaya karyawan | training motivasi karyawan | training budaya kerja

ACT Consulting – 7 Prinsip Dasar untuk Sukses Berkarir di Era VUCA

By Article No Comments

Saat ini beberapa perusahaan banyak yang bangkrut akibat adanya fenomena VUCA. Namun ada beberapa perusahaan lainnya sedang berusaha untuk tetap bertahan menyesuaikan VUCA.

VUCA tak hanya berpengaruh terhadap bisnis saja, namun juga kepada individu-individu yang terlibat dalam kegiatan bisnis perusahaan. Karena itu, setiap individu harus memiliki prinsip dasar untuk mempersiapkan diri menghadapi fenomena VUCA.

Apa sajakah prinsip dasar untuk sukses berkarir dalam fenomena VUCA? Nah, mari kita coba telaah bersama.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]1. Hati harus Lapang[/highlight] Mungkin Anda memiliki prestasi, keahlian, atau pengalaman lebih baik dari rekan atau pimpinan, namun Anda harus berlapang dada dan rendah hati menerima pengetahuan atau wawasan dari rekan atau pimpinan. Lebih baik Anda tidak meremehkan keahlian dan keterampilan rekan atau pimpinan Anda agar suasana harmonis dalam lingkungan kerja tetap terjaga.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]2. Ikhlas Memberi Sesuatu[/highlight] Terkadang kita tidak ikhlas atau pamrih memberi sesuatu kepada orang lain, baik ide, jasa, bahkan tenaga. Sebab, kita berharap mendapat imbalan dari apa yang kita berikan kepada orang lain.

Cobalah Anda belajar untuk ikhlas memberi sesuatu kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Bila Anda ikhlas memberi bantuan kepada orang lain, Tuhan akan membuka lebar rezeki Anda.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]3. Memiliki Misi dan Visi ke Depan[/highlight] Setiap orang memiliki misi dan visi ke depan dalam berkarir, termasuk Anda. Mungkin Anda memiliki visi menjadi manajer dalam waktu 5 tahun bekerja. Untuk mewujudkan visi tersebut, Anda membutuhkan misi yang terstruktur dan baik. Jalankan misi Anda dengan usaha, tenaga yang maksimal, dan doa kepada Tuhan.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]4. Mengabungkan Kecerdasan Intelektual (IQ), Emosional (EQ), dan Spritual (SQ)[/highlight] Mengejar karir tidak hanya menggunakan kecerdasan intelektual (IQ) semata, sebab hanya berpengaruh 5-10% saja. Selain IQ, Anda harus memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yang berpengaruh 90-95% terhadap kesuksesan karir. Karena itu, gabungkan IQ, EQ, dan SQ yang Anda miliki dalam bekerja.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]5. Memegang Teguh Prinsip[/highlight] Setiap orang pasti punya prinsip untuk mencapai kesuksesan karir, begitupun dengan Anda. Bila Anda belum memiliki prinsip dalam berkarir segera tentukan prinsip Anda. Prinsip dalam berkarir, seperti bahagia dalam bekerja, tekun, pantang menyerah, mau belajar, dan kerjasama. Karena tidak ada orang yang memperoleh kesuksesan karir tanpa berpegangan teguh prinsipnya.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]6. Segera Eksekusi Pekerjaan[/highlight] Setiap karyawan pastinya memiliki target pekerjaan (KPI) yang harus tercapai begitu juga dengan Anda. Alangkah baiknya Anda tidak menunda-nunda pekerjaan, namun segera selesaikan pekerjaan agar target tercapai. Saat Anda menyelesaikan pekerjaan lakukan dengan teliti dan cermat agar hasilnya maksimal.

[highlight background=”#1616ac” color=”#ffffff”]7. Perbaiki Pekerjaan yang Salah[/highlight] Mungkin Anda pernah melakukan kesalahan dalam bekerja, baik secara sadar maupun tidak sadar. Bila pekerjaan Anda masih salah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan pimpinan maka tanyakan bagian mana yang salah untuk Anda perbaiki. Segera perbaiki pekerjaan yang salah itu dengan teliti dan sebaik-baiknya agar pimpinan mengapresiasi hasil kerja Anda.

Itulah 7 Prinsip Dasar untuk Sukses Berkarir di Era VUCA. 7 prinsip dasar untuk sukses berkarir bisa dijadikan sebagai pedoman dalam berkarir di era VUCA saat ini. Ingin lebih tahu lebih dalam mengenai seluk beluk budaya perusahaan dan bagaimana membentuk budaya perusahaan dengan baik? Anda bisa cek ACT Consulting sebagai referensi Anda.

 


Informasi In House Training dari ACT Consulting dengan Hubungi Contact di bawah ini 

Call us: +62 21 2940 6969

Call us: +62 813 8242 6699

Call us: +62 812 2190 1818

Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dengan like halaman :

facebook : https://www.facebook.com/ACTCONSULTING.CO/

ACT-Consulting-seminar-accf-era-vuca-DIGITAL-MINDSET-TRANSFORMATION-IN-VUCA-ERA1

Cerita di Seminar ACCF – “Digital Mindset Transformation In Vuca Era”

By News No Comments

Hari yang begitu berkesan bersama Anda ratusan peserta di SEMINAR ACCF – “DIGITAL MINDSET TRANSFORMATION IN VUCA ERA” pada hari Selasa, 11 Juli 2017 Kemarin. .
Kehadiran dan keterlibatan aktif Anda selama seminar menjadi semangat baru bagi ACT Consulting untuk terus memberikan yang terbaik.

Kami dari ACT Consulting mengucapkan terima kasih. Semoga materi dan pengetahuan yang di dapat selama training memberikan manfaat pada Anda maupun perusahaan.

Sampai jumpa di acara ACT Consulting selanjutnya…

ACT Consulting

ACT Consulting | dampak positif konflik organisasi | budaya organisasi | culture organization | konsultan budaya organisasi

ACT Consulting – 7 Dampak Positif Konflik Dalam Organisasi

By Article No Comments

Era VUCA tak hanya berpengaruh terhadap bangkrutnya bisnis, namun juga dapat menyebabkan konflik antara individu dan individu atau individu dan organisasi. Penyebab utama konflik dalam organisasi, antara lain perbedaan pendapat, salah paham, konflik yang disebabkan struktur, dan sebagainya.

Konflik dalam organisasi tidak hanya berdampak negatif, namun juga dapat berdampak positif. Apa dampak positif konflik dalam organisasi? Menurut Jery L. Gray dan Frederick A. Starke (dalam buku Moh. Pabundu Tika: Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan), mengemukakan bahwa terdapat tujuh dampak positif konflik dalam organisasi.

1. Tingkat Energi Kelompok atau Individu Meningkat
Tingkat energi yang meningkat dapat terlihat sewaktu orang-orang berbicara dengan nada lebih keras, mendengar lebih cermat apa yang diucapkanatau bekerja lebih keras. Dua di antara manfaat yang dicapai oleh organisasi-organisasi dari tingkat-tingkat energi yang meningkat, yaitu:
a. Output yang meningkat
b. Munculnya ide-ide inovatif untuk melaksanakan tugas-tugas lebih baik.

2. Kohesi Kelompok Meningkat
Hasil riset menunjukkan bahwa bila kelompok-kelompok yang terlibat dalam sebuah konflik maka kohesi (persatuan) internal meningkat. Alasan mengapa kohesi yang meningkat dianggap sebagai hasil positif dari konflik adalah karena kelompok-kelompok dengan kohesif tinggi dapat menimbulkan produktivitas tinggi apabila mereka menunjang tujuan-tujuan manajemen.

3. Problem-Problem Terungkapkan
Sewaktu konflik berkembang, pihak manajemen segera melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan mereka dapat merancang untuk menyelesaikan konflik yang ada. Apabila dua kelompok berselisih paham tentang sesuatu, sedangkan hal tersebut tidak pernah dijelaskan, maka mereka akan bekerja pada tingkat efektivitas yang lebih rendah tanpa pimpinan yang bersangkutan memahami mengapa hal tersebut terjadi.

4. Memberi Motivasi
Konflik memotivasi kelompok-kelompok yang terlibat di dalamnya untuk mengklarifikasi sasaran-sasaran mereka. Hal tersebut menyebabkan ditingkatkannya pemahaman kelompok tentang tujuannya.

5. Merangsang Kelompok Mempertahankan Nilai
Konflik merangsang kelompok-kelompok untuk mempertahankan nilai-nilai yang dianggap penting oleh mereka. Berbagai macam kelompok memandang diri mereka sebagai pelindung nilai-nilai tertentu.

6. Memotivasi Individu
Individu-individu atau kelompok-kelompok termotivasi untuk mempersatukan informasi yang relevan bagi konflik yang ada. Walapun informasi demikian terpengaruh (bias) oleh persepsi-persepsi subjektif pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, biasanya disajikan informasi tambahan yang dapat berguna untuk menyelesaikan problem yang dihadapi.

7. Meningkatkan Efektivitas Organisasi
Konflik dapat meningkatkan efektivitas menyeluruh sesuatu organisasi karena kelompok-kelompok atau individu-individu dipaksa olehnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal yang berubah. Selain itu, bermanfaat untuk menunjukkan kepada semua pihak bahwa lingkungan senantiasa mengalami perubahan dan organisasi yang bersangkutan harus mengubah cara-caranya bekerja untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.

Itulah 7 Dampak Positif Konflik dalam Organisasi, ketujuh dampak positif dalam organisasi untuk menjadi acuan di perusahaan tempat Anda bekerja. Ingin lebih tahu lebih dalam mengenai seluk beluk budaya perusahaan dann bagaimana membentuk budaya perusahaan dengan baik? Anda bisa cek ACT Consulting sebagai referensi Anda.


Informasi In House Training dari ACT Consulting dengan Hubungi Contact di bawah ini 

Call us: +62 21 2940 6969

Call us: +62 813 8242 6699

Call us: +62 812 2190 1818

Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dengan like halaman :

facebook : https://www.facebook.com/ACTCONSULTING.CO/

ACT Consulting | KARAKTERISTIK TOXIC LEADER | Budaya organisasi culture | organization agent of change culture

ACT Consulting – Inilah 6 Karakteristik Toxic Leader

By Article No Comments

Apa yang Anda ketahui tentang toxic leader? Toxic leader adalah pemimpin yang memperlakukan bawahan sebagai kendaraan atau pijakan untuk mendapatkan tempat yang diinginkan.  Seorang toxic leader bisa sangat sukses dalam jangka pendek, namun gagal dalam jangka panjang. Karena mereka tidak mengembangkan kepemimpinan dan tim berkinerja tinggi.

Tahukah Anda, toxic leader memiliki karakteristik! Menurut Padilla, Hogan dan Kaiser, ada enam karakteristik toxic leader. Mari kita telaah bersama keenam karakteristik itu.

Otokratis

Leader yang otokratis cenderung memanfaatkan posisi dan wewenang, kurang percaya dengan kemampuan bawahan, serta memaksakan kehendak dan tidak toleran terhadap kesalahan yang sama. Komunikasi yang ia lakukan cenderung dari atas-bawah (top-down) daripada dua arah (two-way). Kata-kata yang sering ia ucapkan adalah “Kita tidak punya waktu untuk membahas ini …” dan “Inilah situasi dan pekerjaan yang harus Anda lakukan dan selesaikan saat ini juga”

Narsistik

Leader yang narsistik memiliki rasa kepentingan, kebutuhan kekaguman yang berlebihan, dan kurang berempati saat berhadapan dengan orang lain. Kemudian. cenderung mengatakan hal-hal seperti “Saya melakukan atau mencapainya sendiri tanpa bantuan bawahan …” atau “Masalah pribadi Anda harus ditinggalkan di rumah, Anda di sini untuk bekerja.”

Manipulatif

Leader yang manipulatif mirip dengan narsistik karena fokus hanya pada diri sendiri saja dan menyembunyikan aktivitasnya agar tidak diketahui oleh orang lain. Ia cenderung menyalahgunakan posisi, hubungan, dan sistem organisasi untuk keuntungan pribadi.

Mengintimidasi

Leader yang mengintimidasi akan menggertak bawahan dan orang-orang di sekitar agar tercapai tujuannya. Inilah gaya kepemimpinan yang paling umum dilakukan oleh toxic leader.
Ia cenderung memerintah bawahan atau tim kerjanya dengan tangan besi. Tim kerja maupun bawahannya tidak berani menawarkan ide kepadanya karena takut ditolak atau ditertawakan.

Terlalu Kompetitif

Leader yang terlalu kompetitif cenderung memiliki sikap ingin menang sendiri dengan segala cara dan menggunakan perilaku yang tidak etis. Ia cepat mengambil keputusan tanpa berpikir panjang dan jarang menerima saran dari bawahannya.

Diskriminatif

Karakteristik toxic yang terakhir adalah leader yang diskriminatif. Ia tidak menghargai keragaman dan cenderung bergaul dengan orang-orang yang bersifat sama dengannya. Para leader yang diskriminatif tidak ingin ditantang oleh bawahan dengan saran atau sudut pandang yang berbeda.

Referensi: http://www.leadershipforces.com

Itulah 6 Karakteristik Toxic Leader. Anda bisa menjadikan keenam karakteristik toxic leader untuk mengamati kararkter pimpinan perusahaan tempat Anda bekerja. Ingin lebih tahu lebih dalam mengenai seluk beluk budaya perusahaan dann bagaimana membentuk budaya perusahaan dengan baik? Anda bisa cek ACT Consulting sebagai referensi Anda.

ACT Consulting | budaya organisasi yang sehat | budaya organisasi yang baik | budaya kerja organisasi | budaya perusahaan

Budaya Organisasi Yang Sehat

By Article No Comments

Suatu budaya organisasi sehat bila terdapat hal-hal sebagai berikut.

1. Nilai-nilai budaya organisasi dianut secara bersama oleh seluruh pimpinan dan anggota organisasi.
2. Nilai-nilai budaya memengaruhi perilaku pimpinan dan anggota organisasi.
3. Membangkitkan semangat berperilaku dan bekerja lebih baik.
4. Resisten (kuat) terhadap tantangan eksternal dan internal.
5. Mempunyai sistem peraturan formal dan informal.
6. Memiliki koornidasi dan kontrol perilaku.

Berdasarkan hal-hal di atas, pengertian budaya organisasi sehat adalah budaya organisasi yang nilai-nilainya, baik formal maupun informal dianut secara bersama dan berpengaruh positif terhadap perilaku dna kinerja pimpinan dan anggota organisasi sehingga sehat dalam menghadapi tantangan eksernal dan internal organisasi.

Adapun nilai-nilai budaya organisasi diterjemahkan sebagai filosofi usaha, asumsi dasar, slogan/moto organisasi, tujuan umum organisasi, dan prinsip-prinsip menjalankan usaha. Nilai-nilai tersebut bila dianut dan dilaksanakan secara bersama oleh pemimpin dan anggota organisasi maka dapat menyehatkan budaya organisasi.

Menurut Luthans, faktor-faktor utama yang menentukan kekuatan atau kesehatan budaya organisasi adalah sebagai berikut.

1. Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai-nilai inti yang dianut secara bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi oleh unsur orientasi dan imbalan.

2. Intensitas adalah derajat komitmen dari anggota-anggota organisasi kepada nilai-nilai inti budaya organisasi. Derajat intensitas bisa merupakan suatu hasil dari struktur imbalan.

Deal dan Kennedy dalam bukunya Corporate Culture, mengemukakan bahwa ciri-ciri organissi yang memiliki budaya organisasi kuat/sehat sebagai berikut.

a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi, serta mengerti perilaku mana yag dipandang baik dan tidak baik.

b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.

c. Nilai-nilai yang dianut organisasitidak hanya berhenti pada slogan saja, namun dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam perusahaan, dari mereka yang berpangkat paling rendah sampai pada pimpinan tertinggi.

d. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan, misalnya pramujual terbaik bulan ini dan innovator tahun ini.

e. Dijumpai banyak ritual, mulai yang sangat sederhana sampai dengan ritual yang mewah. Pemimpin organisasi selalu mengalokasikan waktunya untuk menghadiri acara-acara ritual ini.

f. Memiliki jaringan kultural yang menampung cerita-cerita kehebatan para pahlawannya.

Untuk memperkuat budaya organisasi, ada beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pimpinan organisasi adalah sebagai berikut :

 

Memantapkan Nilai-Nilai Dasar Budaya Organisasi

Nilai-nilai dasar budaya organisasi dapat diterjemahkan sebagai filosofi usaha, asumsi dasar, moto organisasi, misi dan tujuan umum organisasi atau prinsip-prinsip menjalankan usaha. Pimpinan organisasi perlu memantapkan nilai-nilai dasar tersebut agar budaya dipakai sebagai pedoman berperilaku bagi karyawan.

Melakukan Pembinaan terhadap Anggota Organisasi

Setelah nilai-nilai dasar budaya organisasi dimantapkan, kegiatan selanjutnya melakukan pembinaan terhadap seluruh anggota organisasi. Arah pembinaan dilakukan agar nilai-nilai dasar yang menjadi budaya organisasi dapat dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi, khususnya anggota-anggota baru. Pembinaan terhadap anggota dapat dilakukan melalui dua cara, yakni bimbingan dan pelatihan.

Memberikan Contoh atau Teladan

Memberikan contoh atau teladan yang ditunjukkan seorang pimpinan dalam berperilaku merupakan pedoman nyata yang cepat diikuti dan ditiru oleh anggota-anggota organisasi dalam berperilaku. Dalam menanamkan dan memperkuat nilai-nilai budaya kepada anggota-anggota organisasi, pimpinan organisasi perlu memberikan keteladanan dan kejujuran dalam berperilaku dengan berpedoman pada nilai-nilai budaya yang telah ditetapkan.

Membuat Acara-Acara Rutinitas

Pimpinan organisasi perlu membuat acara-acara rutinitas, antara lain rapat-rapat rutin, rekreasi bersama, olahraga bersama, dan beribadah bersama. Acara rutinitas secara tidak langsung merupakan perekat bagi anggota-anggota organisasi dalam menanamkan dan memperkuat budaya organisasi.
Selain menanamkan dan memperkuat budaya organisasi, acara rutinitas juga dapat memberikan motivasi kepada anggota-anggota organisasi bahwa dia adalah bagian dari keluarga besar organisasi.

Memberikan Penilaian dan Penghargaan

Penilaian dan penghargaan secara berkala perlu dilakukan oleh pemimpin organisasi kepada anggota-anggota organisasi. Bagi anggota-anggota organisasi yang berprestasi dalam penanaman nilai-nilai budaya organisasi perlu diberi penghargaan berupa kenaikan pangkat/jabatan, gaji, pemberian gelar, ataupun hadiah-hadiah.

Tanggapan terhadap Masalah Eksternal dan Internal

Masalah-masalah eksternal yang banyak berpengaruh terhadap budaya organisasi, antara lain persaingan, pelanggan, penguasaan pasar, peraturan pemerintah, dan pengaruh perubahan global dunia.

Sedangkan masalah-masalah internal yang banyak berpengaruh terhadap budaya organisasi, antara lain konflik dalam organisasi, dan tuntutan karyawan. Kedua masalah di atas perlu diantisipasi dan ditanggapi melalui perbudatan budaya organisasi.

Koordinasi dan Kontrol

Perkuatan budaya organisasi dapat dilakukan melalui koordinasi dan kontrol. Koordinasi dapat dilakukan melalui rapat-rapat resmi, koordinasi antarpejabat secara berjenjang, dan sebagainya. Untuk mengetahui perilaku anggota-anggota organisasi perlu dilakukan pengawasan secara berkala. Hasil pengawasan dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk memperkuat budaya organisasi.

Korporasi dengan budaya organisasi yang sehat mampu menghasilkan empat hal, yaitu:

1. Revenue: 4x lebih tinggi
2. Tenaga kerja: 7x lenbih berkualitas
3. Nilai saham: 12x lebih tinggi
4. Keuntungan bersih: lebih dari 700%
Source: Riset by ACT Consulting 2017


Informasi In House Training dari ACT Consulting dengan Hubungi Contact di bawah ini dan like halaman

Call us: +62 813 8242 6699

Call us: +62 812 2190 1818

Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dengan like halaman :

facebook : https://www.facebook.com/ACTCONSULTING.CO/

corporate culture change | konsultan corporate culture | konsultan culture perusahaan | perubahan budaya perusahaan | corporate culture and strategy | corporate culture di perusahaan

Tantangan Toko Musik dan Label Rekaman di Era Industri Musik Digital

By Article No Comments

Pada awal dekade tahun 2000-an, karya musik seorang musisi atau grup band diedarkan dalam bentuk kaset dan cakram padat (CD). Sebagai contoh, SHEILA ON 7, PADI, DEWA 19, SLANK, EBIET G. ADE, Kemudian sekitar tahun 2006, lagu-lagu karya musisi dan grup band diubah kedalam format Mp3.

Mp3 yang memerlukan mini portable player untuk memainkan sebuah lagu mampu mengalahkan kaset dan CD yang membutuhkan tape dan CD player. Apalagi saati itu marak penjual Mp3 bajakan dan situs web untuk mengunduh musik seperti Napster.

Kemunculan Napster mengubah industri musik dunia dan musisi dibuat pusing dan harus memutar otak agar tetap eksis di dunia musik. Label rekaman dan musisi yang sebelumnya menggantungkan pendapatannya dari memasarkan karya musik dalam bentuk kaset dan CD, tiba-tiba konsumen beralih ke format yang mudah digandakan, dipindahkan, praktis, dan gratis.

Akibatnya, kaset dan CD menjadi tak laku lagi di pasaran. Dampaknya beberapa toko musik yang menyediakan kaset dan CD menutup gerainya satu per satu, seperti Aquarius dan Discc Tarra.

Selain beberapa toko musik yang ditutup, label rekaman juga banyak yang tutup. Menurut Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), pada tahun 2012 hanya tersisa 76 label rekaman dari 240 anggota ASIRI. Namun dari 76 label rekaman, hanya 12-15 perusahaan yang masih aktif berbisnis. Label rekaman yang tersisa diisi oleh nama-nama besar, di antaranya Musica, Universal Music Indonesia, dan SonyBMG Music Entertainment Indonesia.

Ketika jualan fisik kaset dan CD tak berjalan dengan baik, kehadiran Nada Sambung Pribadi sedikit menjadi pelipur lapar bagi industri musik dan musisi. NSP yang merupakan potongan lagi dalam beberapa detik itu laku dijual sebagai ringback tone untuk diperdengarkan kepada orang lain.

Akan tetapi, pada tahun 2011 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membatalkan registrasi (unreg) dan deactivate massal layanan konten premium kepada operator seluler karena maraknya kasus pencurian pulsa. Akibatnya, NSP ikutan-ikutan menurunkan pendapatan industri musik dan musik karena lesunya penjalan album fisik.

Beban label rekaman dan musisi semakin berat dengan hadirnya industri musik digital. Industri musik digital, seperti Pandora, Clear Channel, iHeartRadio, Spotify, Joox, iTunes, YouTube dan Vevo, memudahkan setiap orang untuk mendengar musik secara streaming dan video online.

Kehadiran industri musik digital bukan hanya konsumen atau penikmat musik saja, melainkan juga para musisi. Industri musik digital memudahkan musisi untuk membuat album musik sendiri.

Musisi semakin mudah merekam album berkat berbagai perangkat lunak yang bisa digunakan di mana aja. Selain itu, mereka mengedarkan karyanya sendiri tanpa harus melalui label rekaman dengan hadirnya media sosial FACEBOOK, INSTAGRAM, hingga SOUNDCLOUD. Ada beberapa orang musisi baru yang terkenal berkat industri musik digital, seperti Raisa, Trio GAC, Yunira Rachman, Isyana Sarasvati, Sheryl Sheinafia, Teddy Adhitya, Budi Do Re Mi, Danilla JPR, dan Rendy Pandugo.

Masalah yang dialami oleh toko musik dan label rekaman bisa terjadi juga di berbagai perusahaan yang tidak siap menghadapi era disruptif. Hal itulah yang membuat ACT Consulting menggelar Seminar ACCF, agar setiap orang, pengusaha label rekaman, pengusaha toko musik, pegawai pemerintah, penguasaha mikro, kecil, dan menengah dapat bertahan di era disruptif.

ACT-Consulting-Training-karyawan-PT-Pharmasolindo-pelatihan-motivasi-kerja-karyawan

ACT Consulting – “DNA” Baru Untuk PT. Pharmasolindo

By News No Comments

PT Pharmasolindo merupakan anak perusahaan Kimia Farma yang core bisnisnya adalah penjualan obat-obatan dengan resep dokter.

Pada tanggal 7 – 9 Juni 2017 kemarin PT Pharmasolindo bekerjasama dengan ACT Consulting untuk mengadakan Training MVVM (Mission Vission Values Meaning) dengan tema “Culture Change Leader” yang dipandu oleh Rinaldi Agusyana (Licensed Trainer & Consultant ACT Consulting). Peserta training merupakan top leader dan group leader PT Pharmasolindo.

Dengan training ini Pharmasolindo berharap dapat terbentuk “DNA” baru untuk beradaptasi dengan perubahan situasi bisnins yang dipengaruhi oleh implementasi program BPJS.

Untuk itulah CEO beserta para top leader dan group leader berkumpul selama 3 hari berdiskusi dalam suasana “sersan” (serius santai) menyatukan hati dan komitmen untuk menetapkan hal fundamental yang menentukan arah gerak organisasi ke depan.

Dengan penuh suka cita akhirnya selesai “pekerjaan besar’ seperti dikatakan CEO pada acara penutupan workshop setelah signing komitmen untuk cascading menjadi strategi dan rencana kerja bisnis dan budaya organisasi.

Sukses untuk PT Pharmasolindo yang meaning statementnya adalah “SETULUS HATI MENYEHATKAN NEGERI”.

     

ACT-Consulting-training-agent-of-change-PT-Pegadaian-pelatihan-agent-of-change-training-perubahan-karyawan

Training Pembekalan Agent of Change Angkatan III PT Pegadaian (Persero) Surakarta

By News No Comments

PT Pegadaian adalah BUMN yang memberikan pinjaman dana kepada masyarakat dengan tenggat waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini, Pegadaian menerima jaminan barang pribadi milik masyarakat sebagai jaminan, seperti kendaraan bermotor, elektronik, maupun perhiasan.

Pada tanggal 15 – 16 Juni 2017 ini PT Pegadaian (Persero) bekerjasama dengan ACT Consulting untuk mengadakan Training Agent of Change (AoC) Angkatan III, yang bertempat di Sentra Diklat PT Pegadaian wilayah Surakarta.

Training ini dipandu oleh Dudy dan Ma’sum (Licensed Trainer & Consultant ACT Consulting). Peserta yang mengikuti training ini berjumlah 31 pegawai PT Pegadaian (Persero) wilayah Surakarta.

Dengan training ini PT Pegadaian (Persero) wilayah Surakarta berharap para Agent of Change dapat melakukan transformasi budaya organisasi di divisinya masing-masing.

ACT Consulting | ACT Indonesia | Konsultan budaya | asah kemampuan bekerja | konsultan budaya organisasi | budaya kerja karyawan perusahaan

ACT Consulting – Asah Kemampuan IQ, EQ, SQ Sesibuk Apapun Anda Bekerja

By Article No Comments

ACT Consulting – Sesibuk apapun kita bekerja, kita harus terus mengasah kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Dengan terus mengasah ketiga hal tersebut, pasti kehidupan Anda akan menjadi dinamis, berwawasan, mampu menjaga emosional, dan spiritual selalu baru.

Kisah di bawah ini akan memberikan Anda gambaran akan manfaat dari mengasah IQ, EQ, dan SQ di kesibukan kita bekerja sehari-hari.

Ancha, seorang pedagang besar yang bergerak dibidang kayu menerima lamaran Somat untuk bekerja sebagai penebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi lingkungan kerja yang sangat baik, Somat pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Ancha memberikan Somat sebuah kapak dan kemudian menunjukkan area kerja yang harus ia selesaikan dengan target waktu selama 1 bulan. Di hari pertama bekerja, Somat berhasil merobohkan delapan batang pohon.

Pada sore hari, Ancha sangat terkesan dan memberikan pujian yang tulis atas hasil kerja keras Somat. Ia berkata, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu dengan cepat dan rapi. Sampai saat ini belum ada penebang kayu pemula yang bisa bekerja seperti kamu. Pertahankan ritme kerjamu yang seperti ini.

Sangat termotivasi oleh pujian pimpinannya, keesokan harinya Somat bekerja lebih keras lagi, namun ia hanya berhasil merobohkan 5 batang pohon saja. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tapi hasilnya tetap tidak memuaskan malah mengecewakan.

Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil ditebang oleh Somat. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada Pak Ancha?” pikir Somat yang merasa malu dan putus asa.

Dengan kepala tertunduk, Somat menghadap ke Ancha untuk meminta maaf atas hasil kerja yang tidak cepat dan rapi. Ia pun menggerutu di dalam hatinya karena tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Ancha bertanya kepada Somat, “Kapan kamu terakhir mengasah kapakmu?” “Mengasah kapak? Saya sangat sibuk menebang pohon setiap hari dari pagi sampai sore, sehingga tidak punya waktu untuk melakukan itu,” kata Somat.

“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Pada hari pertama kamu kerja, kapakmu masih baru dan terasah. Sehingga kamu bisa menebang pohon dengan cepat dan rapi. Hasil kerja Somat di hari-hari berikutnya semakin menurun, sebab ia tidak mengasah kapaknya sebelum bekerja.

Sesibuk apapun kamu bekerja, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Mulai hari ini dan seterusnya terus asahlah kapakmu dan kembali bekerja menebang pohon!” ujar Ancha. Somat menganguk-anggukan kepalanya tanda mengerti maksud pimpinannya, lalu ia mulai mengasah lagi kapaknya agar tetap tajam.

 

Apa pelajaran yang bisa Anda petik dari kisah ini..?

Sama seperti Somat, Anda pun setiap hari dari pagi hingga malam hari seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Kesibukan Anda seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yakni mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan dan wawasan (IQ), menjaga dan mengendalikan ego (EQ), dan memiliki sikap empati (SQ).

Apa Anda pernah mengalami hal serupa atau memiliki kisah inspiratif lain tentang topik ini? Share di kolom komentar di bawah ini…!!! Anda pun bisa berbagi kisah ini dengan saudara, sahabat, atau orang terdekat lainnya, agar lebih banyak orang mendapatkan manfaatnya.

 


Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dan Informasi In House Training dari ACT Consulting dengan like halaman

facebook : https://www.facebook.com/ACTCONSULTING.CO/

Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCMLlOkY41oOnbAG47BLrKkw

Linked In : https://www.linkedin.com/company-beta/13279290/

Instagram : https://www.instagram.com/actconsulting.co/

Budaya kerja starup | budaya kerja karyawan | budaya kerja perusahaan | budaya kerja organisasi | konsultan budaya kerja

ACT Consulting – 5 Budaya Kerja di Perusahaan Rintisan Digital (Startup Digital)

By Article No Comments

ACT Consulting – jaman sudah semakin maju. Apalagi sejak diberlakukannya era MEA. Setiap individu seakan berlomba-lomba untuk bisa bertahan dalam era yang serba maju ini. Tak hanya individu saja. Pemerintah pun ikut peduli dengan adanya kemajuan jaman ini.

Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) mencanangkan untuk melahirkan 1.000 perusahaan rintisan digital (startup digital) di Tanah Air. Hal itu juga ditunjang oleh minat masyarakat dalam membangun startup digital di Indonesia, yang setiap hari semakin meningkat.

Untuk Anda yang baru lulus sekolah, lulus kuliah (fresh graduate), namun belum diterima bekerja di sebuah perusahaan bonafit, tidak usah berkecil hati. Anda bisa bekerja di startup digital yang ada di Indonesia. Contoh: Kincir, Blibli, Alfacart, Mataharimall, Dinamika Anak Muda Nasional (DAMN), dan Blanja.com

Saat ini, startup digital memiliki kecenderungan untuk merekrut anak-anak muda yang baru lulus sekolah atau lulus kuliah sebagai karyawan di perusahaan mereka. Karena anak-anak muda cenderung lebih kreatif dan inovatif dalam bekerja dan berkarya.

Namun, sebelum Anda memutuskan untuk bekerja di startup digital, kenali dulu budaya kerja di startup digital. Perhatikan 5 budaya kerja di startup digital ini terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan Anda.

[highlight background=”#0000a4″ color=”#ffffff”]1. Budaya Kerja yang Fleksibel [/highlight]

Budaya kerja di startup digital lebih fleksibel dibandingkan perusahaan yang sudah besar. Startup digital membebaskan karyawannya untuk menggunakan pakaian, celana, serta sepatu yang tidak formal, misalnya menggunakan kaos oblong atau t-shirt, celana jeans, dan sandal jepit. Selain itu, karyawan diperbolehkan hadir pada jam berapa saja asalkan bekerja selama 8 jam dalam sehari dan bisa pulang cepat setelah pekerjaan selesai.

[highlight background=”#0000a4″ color=”#ffffff”]2. Gaji dan Tunjangan yang Memuaskan [/highlight]

Sebagian besar startup digital memberikan gaji yang memuaskan untuk karyawannya. Gaji karyawan ditentukan oleh keahlian yang mereka miliki dan kuasai ataupun pengalaman. Selain itu, tersedianya tunjangan lain untuk membuat karyawan betah dan nyaman dalam bekerja. Misalnya, sarana olahraga, tempat bermain atau refershing, serta makan dan snack yang selalu tersedia.

[highlight background=”#0000a4″ color=”#ffffff”]3. Kesempatan Jenjang Karier Terbuka [/highlight]

Startup digital juga memberikan kesempatan jenjang karier yang terbuka bagi karyawannya. Sebab, hierarki jenjang karier bersifat terbuka dan asalkan KPI telah terlampaui. Misalnya, karyawan yang bekerja selama 2-3 tahun bisa naik menjadi supervisor, bahkan manajer.

[highlight background=”#0000a4″ color=”#ffffff”]4. Komunikasi Lebih Terbuka dan Kekeluargaan [/highlight]

Komunikasi antara pimpinan dan karyawan di startup digital lebih terbuka dan bersifat kekeluargaan. Karena pimpinan dan karyawan berasal dari generasi yang sama, usia dan latarbelakang pendidikan tidak terpaut jauh, bahkan dari berbagai negara.

[highlight background=”#0000a4″ color=”#ffffff”]5. Manajemen Memberikan Pelatihan yang Mendukung Kinerja Karyawan [/highlight]

Kebanyakan manajemen startup digital memberikan pelatihan yang mendukung kinerja karyawan. Sebagai contoh, karyawan dengan posisi copywriter diberikan pelatihan content marketing dan menulis viral, optimatisasi mesin pencari (SEO), dan mengoptimalkan media sosial.

Itulah 5 Budaya Kerja di Perusahaan Rintisan Digital (Startup Digital). Semoga 5 hal di atas dapat membantu Anda untuk lebih memahami budaya kerja di startup digital sebelum memutuskan untuk bekerja disana.

Jangan lupa like, share, dan comment postingan ini agar bermanfaat bagi rekan-rekan Anda yang membacanya.

 


Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dan Informasi In House Training dari ACT Consulting dengan like halaman

facebook : https://www.facebook.com/ACTCONSULTING.CO/

Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCMLlOkY41oOnbAG47BLrKkw

Linked In : https://www.linkedin.com/company-beta/13279290/

Instagram : https://www.instagram.com/actconsulting.co/