Skip to main content
All Posts By

Dudi Supriadi

Business Innovation Expert at ACT Consulting

Definisi Society 5.0 dan Unsur Apa saja yang Diperlukan

By Article No Comments

Serpa (2018) menyajikan sejumlah definisi yang ditemukannya berkaitan dengan pembentukan society 5.0 di negaranya, Portugal. Ia banyak mengutip tempat asal konsep Society 5.0 yaitu Jepang diantaranya definisi menurut Harayama (2017) bahwa “Society 5.0 adalah masyarakat informasi yang dibangun di atas Society 4.0, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat makmur yang berpusat pada manusia” (hal. 10)

Serpa (2018) menyampaikan bahwa Society 5.0 mengusulkan untuk “memajukan potensi hubungan individu dengan teknologi dalam mendorong peningkatan kualitas hidup semua orang melalui masyarakat super pintar (super smart society) ” (Serpa & Ferreira, 2018, paragraf 1) dan yang muncul, sebagian , sebagai konsekuensi penerapan konsep Industri 4.0. dan dampaknya (Shamim, 2017 et al).

Diungkapkan pula bahwa Industri 4.0 sangat sering dianggap sebagai revolusi industri keempat karena efek mendalam yang dibawanya. Disebut revolusi juga karena akan membawa  paradigma baru dalam proses produksi  yang diterapkan di beberapa bidang kegiatan (Abreu, 2018 et al).

Industry 4.0 mengintegrasikan antara teknologi, ruang virtual dan manusia, antara dunia nyata dan dunia virtual, menghasilkan jaringan kolaborasi yang benar (García, 2017) yang didalamnya terdiri dari robot cerdas; simulasi otomatis; Internet of Things; cloud computing; penambahan manufaktur; dan big data analitik (Ang et al., 2017).

Serpa (2018) mengutip sejumlah ahli mengenai kelemahan dari industri 4.0, yaitu bahwa menurut Muller et al. (2018), perhatian Industry 4.0 terlalu fokus pada dimensi ekonomi dan teknologi (Pilloni, 2018). Dampak sosialnya juga harus diperhitungkan, serta, jelas, dampak teknologi (Morrar et al., 2017).

Serpa (2018) menyebut bahwa inovasi adalah konsep kunci lain dalam Industri 4.0 (Di Fabio, 2018, et al) Agar inovasi permanen terjadi, mekanisme pembelajaran sosio emosional individu dan fleksibilitas organisasi sangat penting, untuk perubahan, karena pembelajaran teknologi saja tidak cukup (Abreu, 2018 et al). Konteks ini, yang disajikan secara langsung, adalah salah satu fondasi ekonomi dan sosial mendasar dari kemunculan Society 5.0.

Konsep Society 5.0 muncul pada tahun 2015 di Jepang (Abreu, 2018), dalam inisiatif politik nasional strategis (Harayama, 2017). Society 5.0 mengikuti, sampai batas tertentu, Industri 4.0, dan, sementara Industri 4.0 berfokus pada produksi, Society 5.0 berupaya menempatkan manusia sebagai pusat inovasi. Ini juga memanfaatkan dampak teknologi dan hasil Industri 4.0, dengan pendalaman integrasi teknologi dalam peningkatan kualitas hidup, tanggung jawab sosial dan keberlanjutan (Serpanos, 2018)

Menurut Hayashi et al. (2017), dengan Society 5.0, Jepang berusaha untuk;

“menciptakan nilai-nilai baru dengan berkolaborasi dan bekerja sama dengan beberapa sistem yang berbeda, dan merencanakan standarisasi format data, model, arsitektur sistem, dll. Dan pengembangan sumber daya manusia yang diperlukan. Selain itu, diharapkan bahwa peningkatan pengembangan properti intelektual, standardisasi internasional, teknologi konstruksi sistem IoT, teknologi analisis data besar, teknologi kecerdasan buatan dan sebagainya mendorong daya saing Jepang dalam “masyarakat super pintar” (hal. 264).

Keidanren (Japan Business Federation) (2016) menyajikan, sesuai tujuan Society 5.0 adalah agar “setiap individu termasuk orang tua dan wanita dapat hidup aman dan terjamin kehidupan yang nyaman dan sehat dan setiap individu dapat mewujudkan gaya hidup yang diinginkannya”.

Untuk itu, peningkatan produktivitas melalui digitalisasi dan reformasi model bisnis didorong untuk terus berkembang, dan pada saat yang sama, ekonomi dan masyarakat baru akan diwujudkan dengan mempromosikan inovasi dan globalisasi.

Menurut Serpanos (2018, dalam Serpa, 2018) ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, yaitu

“integrasi dan peningkatan perangkat lunak, interoperabilitas jaringan, dan sinkronisasi, pemrosesan informasi, dan aplikasi real time, serta yang terpentin; keamanan” (hlm. 72) ).

Seperti yang disebut oleh Wang et al. (2018, dalam Serpa, 2018):

Teori dasar penelitian Society 5.0 adalah kecerdasan paralel, yang merupakan metodologi baru yang memperluas teori kecerdasan buatan tradisional ke sistem cyber-fisik-sosial (CPSS)” yang muncul “(hal. 6).

Untuk tujuan mewujudkan Society 5.0 ini menurut Keidanren (Japan Business Federation, 2016, hal. 14, dalam Serpa, 2018) diperlukan sejumlah unsur mekanisme dalam pemerintahan masing-masing negara yaitu;

–          Perumusan strategi nasional dan integrasi sistem komunikasi pemerintah,

–          Pengembangan undang-undang menuju penerapan teknologi terbaru

–          Pembentukan landasan pengetahuan

–          Keterlibatan dinamis semua warga negara dalam ekonomi baru dan masyarakat

–          Integrasi teknologi dan masyarakat sangat penting

solusi society 5.0 yang telah hadir di indonesia, act consulting

Society 5.0 yang Telah Hadir di Indonesia

By Article No Comments

Perdana Menteri Jepang, Shino Abe meluncurkan apa yang dinamakan sebagai Society 5.0 di tahun 2017. Dalam pendekatan ekonomi inovatif yang dikembangkannya ini, segala hal akan berlangsung secara lebih otomasi dengan menggunakan data biometrik dan kependudukan hanya melalui sistem pengenalan sidik jari.

Society 5.0 ini merupakan jawaban dari kecemasan yang muncul saat dunia secara global merasa takut akan apa yang dapat terjadi dalam revolusi industri 4.0.

Revolusi industri 4.0 ini semula memancing kekhawatiran banyak negara yang memiliki jumlah penduduk sangat banyak, karena menghadirkan otomasi robotik dan optimasi komputer dan internet. Lalu apa yang akan terjadi dengan begitu banyak tenaga kerja, apakah banyak orang yang akan tidak memiliki pekerjaan? Di sisi lain, pengembangan robotika dan artificial intelligence memakan biaya yang sangat tinggi, yang tidak mungkin dilakukan dan dikembangkan oleh negara berkembang yang memiliki dana riset yang terbatas.

Negara Jepang mencanangkan akan menjadi penggerak terdepan dalam sistem masyarakat berbasis artificial intelligence berorientasi kemasyarakatan ini, karena memiliki teknologi teratas dalam advance biometrik dan budaya monozukuri (ketelitian dan kesungguhan) dalam industri manufakturnya. Bersama dalam forum ekonomi dunia (world economic forum), sejumlah ahli dari eropa dan amerika bertemu di jepang untuk merumuskan sejumlah solusi untuk menghadirkan robotika ke dunia keseharian masyarakat disana.

Namun negara asia lainnya terutama Asia Tenggara, telah juga menghadirkan layanan yang telah menjadikan society 5.0 ini terwujud di masyarakat, dengan tetap mempertahankan kearifan lokal. Bahkan, apa yang dilakukan oleh para inventor dan innovator Indonesia dan Malaysia, telah dapat mendatangkan solusi yang mudah dan murah. Tanpa membutuhkan waktu sejumlah tahun ke depan, Indonesia dan Malaysia telah memiliki Society 5.0 dalam versinya sendiri.

Dalam segi kesehatan, Jepang telah menciptakan berbagai teknologi untuk membuat seorang tua dapat mendapatkan layanan kesehatan dan pengobatan tanpa perlu mendatangi dokter di rumah sakit. Namun Jepang masih harus menunggu beberapa tahun lagi untuk bisa menciptakan kendaraan swa kemudi dan menciptakan robot scanner penyakit untuk dapat mewujudkan impian Society 5.0 menjadi kenyataan yang dapat dinikmati banyak orang.

Padahal, solusi yang sama dengan konsep Jepang ini telah berlangsung di Indonesia melalui layanan gojek yang telah merambah ke dunia kedokteran dengan integrasi aplikasi halodoc. Dalam mengakses aplikasi ini, kita tinggal curhat ke dokter yang tepat, dan kita akan mendapatkan obat yang diperlukan untuk penyakit  yang dirasakan. Bahkan, karena halodoc terintegrasi dengan gojek, tanpa perlu kita kemana-mana, pengemudi gojek akan mengetuk pintu rumah kita dan mengantarkan obatnya.

Karena itu, seorang guru besar dari Malaysia, Prof Revany Bustami meramalkan bahwa Asia Tenggara akan memimpin penerapan Society 5.0 ini. Hal ini tak lain dan tak bukan karena Malaysia telah menciptakan aplikasi Grab dan Indonesia telah menciptakan Gojek.

Aplikasi yang semula hanya berupa ride hailing ini telah merambah berbagai solusi yang bersifat empowering atau memberdayakan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh David Aikman dalam Robot Revolution Innitiative dalam World Economic Forum di Jepang di tahun 2017. Saat itu Aikman menyatakan bahwa kita seharusnya membuat teknologi memberdayakan manusia, dan bukan mendikte manusia. Ia menyatakannya sebagai Empowering, not Directing.

Solusi lainnya mengenai Society 5.0 ini akan kita bahas satu persatu dalam sejumlah tulisan ke depan. Untuk itu teruslah update dan ikuti berbagai tulisan berikutnya dari ACT Consulting. Salam Transformasi Progresif.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara membentuk karakter para pegawai dan pimpinan hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

society 5.0 dan keseimbangan hidup, act consulting

Society 5.0 dan Keseimbangan Hidup

By Article No Comments
mans journey of the soul

Mulai tahun kemarin, publik sedang ramai membicarakan revolusi teknologi 4.0. Dua hari lalu, Senin 21 Januari 2019, Kantor Perdana Menteri Jepang secara resmi meluncurkan “Society 5.0”.

Konsep yang diusung dalam Society 5.0 ini mengusung keseimbangan dalam 5 unsur utama yang ada dalam kehidupan seorang manusia, yaitu; Emosional, Intelektual, Fisikal, Sosial, dan; Spiritualitas. Dalam kultur Jepang yang mengutamakan Zen atau keseimbangan, hal ini menjadi sangat penting.

Society 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh Jepang.  Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. 

Sebelum konsep 5.0 ini diluncurkan, masyarakat tengah mengalami kerisausan akibat adanya teknologi tinggi yang berbasis kecerdasan artifisial, yang digambarkan dalam sinema sebagai suatu momok yang menakutkan. Kekhawatiran masyarakat mengenai berkurangnya lapangan pekerjaan dan berkembangnya teknologi robotik pun bisa sedikit dikurangi.

Akibat lain yang bisa timbul dari revolusi teknologi yang terjadi adalah berubahnya perekonomian. Sector yang dulu menjadi leading driver seperti oil and gas, akan menjadi bidang yang ditinggalkan dengan berkembangnya teknologi otomotif berbasis listrik dan gas. Hal ini memaksa negara-negara penghasil bahan tambang untuk merubah driver utama dalam perekonomian mereka. Seperti yang terlihat dari langkah-langkah yang dilakukan oleh banyak negara timur tengah dalam upaya mereka beralih sumber devisa ke sector finansial dan pariwisata.

Selalu ada dua sisi mata koin dari teknologi. Saat manusia khawatir akan munculnya robot humanoid, Jepang meluncurkan society 5.0 ini. Hal lain yang membuat kita khawatir akan teknologi informasi ini adalah saat terjadi mekanisme ekonomi informasi yang membuat politik global terpengaruh. Kita melihat bagaimana salah satu sisi dunia berubahnya wajah dunia akibat disinformasi yang tercipta karena banyaknya loophole untuk melakukan rekayasa informasi dalam algoritma dunia maya. Hingga muncul kasus seperti kemenangan Trump di Amerika Serikat.

Mata koin yang positif terlihat dari launching Society 5.0 di Jepang ini. Dimana kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang ada justru akan dimanfaatkan secara positif dan dicari sisi baiknya yang akan mampu menguntungkan dan memudahkan hidup manusia.

Apa yang dilakukan adalah mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani “kehidupan yang lebih bermakna”.

Dari munculnya sisi buruk dari teknologi yang ditakuti banyak orang ini, manusia akhirnya kembali lari pada sang pemilik kehidupan, Sang Pencipta. Seiring dengan ditemukannya berbagai fakta bahwa otak manusia dibuat untuk dapat mampu menemukan pola, sebab dan akibat, dan mencari Prima Causa yang utama, yaitu Tuhan. Apakah itu dalam bentuk munculnya disiplin ilmu baru bernama mindfulness , hingga munculnya penegasan dari Daniel Goleman tentang kebutuhan manusia akan spiritualitas, yang ditulis dalam bukunya Altered Traits. Dimana buku ini membahas tentang perlunya manusia beribadah melalui berbagai tata cara untuk menemukan keseimbangan.

ESQ dengan penuh kerendahan hati menyatakan bahwa konsep ini telah lebih dahulu kami sampaikan. Mengenai perlunya keseimbangan sosial dalam prinsip-prinsip 165. Dimana tercantum 5 langkah kesuksesan hidup yaitu;

  • Mission statement; intellectual quotient
  • Character building; spiritual quotient
  • Self control; emotional quotient
  • Strategic collaboration; social quotient
  • Total action; physical quotient

Mari kita bersama-sama menekuri kembali khazanah ilmu 165 yang telah diberikan Tuhan YME kepada kita semua. Lalu bersama kita bangkit dan mewujudkan amazing society yang menjadi cita-cita besar dari 165 untuk mewujudkan kesejehteraan umat manusia yang unggul dan lestari. Salam hangat untuk para sahabat ESQ dari Menara 165.

the future, create the future with business innovation, future of innovation, act consulting, dudi supriadi

Create The Future with Business Innovation

By Article No Comments
the future, create the future with business innovation, future of innovation, act consulting, dudi supriadi

Banyak perusahaan saat ini tengah bertanya-tanya, apa kunci yang dapat membuat perusahaan mereka mampu bertahan menghadapi berbagai serbuan perusahaan asing yang masuk ke pasar masyarakat Indonesia dalam sejumlah sektor yang berbeda.

Kami dari ACT Consulting yakin, apa yang dibutuhkan oleh tiap perusahaan di Indonesia, sejatinya telah kita miliki, disini, di Tanah Air kita. Karena sumber daya manusia Indonesia memiliki kreativitas yang tingkat tinggi. Ditambah lagi, bangsa kita memiliki ketelitian dan kehati-hatian yang sangat baik. Perhatian yang baik terhadap detail. Belum lagi ditambah dengan kehebatan di bidang kreasi seni yang penuh keluhuran budaya dan hal yang baik dalam penataan karya.

Kita bisa melihat di bidang seni, kita menghasilkan banyak desainer dan pengusaha kelas dunia. Dari mulai Biyan dan Deni Wirawan hingga Dian Pelangi. Kita juga memiliki Nadiem Makarim dan Kevin Aluwi yang startup besutannya kini merambah posisi sebagai Decacorn.

Lalu melihat semua kesuksesan itu, masihkah Anda meragukan kemampuan tim innovator Anda? Bila ya, mungkin yang dibutuhkan tim peneliti dan tim innovator di perusahaan Anda hanya soal perubahan mindset dan melepas belenggu yang merantai mental mereka.

Bila ya, hal ini tidak mengherankan. Karena jauh di tahun 1939, Schumpeter telah meramalkan hal ini. Bahwa salah satu penghambat dalam bisnis adalah adanya hambatan di masalah sosio psikologis mengenai kemunculan produk baru, dan perlunya dorongan dalam hal pengambilan resiko di sektor produksi.

Namun janganlah Anda ragu bahwa masa depan ada di tangan: Inovasi. Memberikan beragam pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk para innovator di perusahaan Anda adalah sebuah hal yang sangat bijak. Hal ini karena, investasi dalam pendidikan innovator akan menghasilkan return of investment yang akan terbukti baik. Karena tanpa inovasi, sebuah korporasi tidak bisa bertahan menghadapi serbuan produk asing dan persaingan dari start up muda yang banyak tumbuh menjamur.

Sejumlah langkah dan rumusan solusi untuk melakukan inovasi di era VUCA telah dikemas dengan apik dalam sebuah training yang mampu merubah mindset para innovator di perusahaan Anda. Padahal semua tahu bahwa perubahan mindset adalah hal yang sangat sulit. Namun inilah keunggulan dari metode inovasi bisnis yang dikemas oleh ACT Consulting.

Temukan solusi inovasi tanpa henti bersama kami di:

=========================

Workshop Business Innovation

=========================

Hari, Tanggal: 14-15 Februari 2019

Tempat: Menara 165 Cilandak Timur Jakarta Selatan

Registrasi bisa klik link di bawah ini:

bit.ly/BI-2019

.

Atau menghubungi ke nomor:

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

the future is in innovation, future of innovation, act consulting, dudi supriadi

The Future is in Innovation

By Article No Comments
the future is in innovation, future of innovation, act consulting, dudi supriadi

Masa Depan di tangan: Inovasi. Berkarir sebagai inventor adalah sebuah jaminan kesuksesan untuk masa depan. Hal ini karena para innovator sangat dibutuhkan di berbagai organisasi. Karena tanpa inovasi, sebuah korporasi tidak bisa bertahan menghadapi serbuan produk asing dan persaingan dari start up muda yang banyak tumbuh menjamur.

Namun seringkali ijazah di bidang teknik atau desain saja tidak cukup. Karena masyarakat membutuhkan lebih dari sekedar perubahan resep atau perubahan tampilan suatu produk. Lebih dari sekedar bertanya; apa yang harus di inovasi. Tanyakan pada diri Anda; Mengapa suatu inovasi dibutuhkan. Lalu lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.

Menjadikan diri sebagai pemberi solusi, adalah masa depan yang ada di tangan para inventor atau innovator. Bahkan, Anda akan bukan lagi menjadi sekedar peneliti atau pelaku riset, tapi Anda dapat membantu memberikan solusi inovasi untuk perusahaan dimana Anda bekerja. Ingin tahu caranya?

Sejumlah langkah dan rumusan solusi untuk melakukan inovasi di era VUCA telah dikemas dengan apik dalam sebuah training yang mampu merubah mindset Anda. Padahal semua tahu bahwa perubahan mindset adalah hal yang sangat sulit. Namun inilah keunggulan dari metode inovasi bisnis yang dikemas oleh ACT Consulting.

Temukan solusinya bersama kami di:

=========================

Workshop Business Innovation

=========================

Hari, Tanggal: 14-15 Februari 2019

Tempat: Menara 165 Cilandak Timur Jakarta Selatan

Registrasi bisa klik link di bawah ini:

bit.ly/BI-2019

.

Atau menghubungi ke nomor:

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

0821-2487-0050 (WA Available)

creative destruction, act consulting, dudi supriadi

Apa itu Creative Destruction dan Mengapa Inovasi Sebuah Keharusan Bagi Bisnis Anda

By Article No Comments

Sebelum banyak perusahaan tutup atau merugi akibat perubahan pola dan saluran konsumsi masyarakat yang terjadi di era ekonomi informasi ini. ternyata jauh di awal abad 20 hal ini telah sejak lama diramalkan. Apa yang dinamakan ekonomi disruptif ini telah ditemukan polanya oleh seorang begawan ekonomi dunia.

Jauh di tahun 1939, seorang ekonom kebangsaan Austria yang kemudian menjadi warga negara Amerika dan menjadi guru besar di Harvard, Joseph Alois Schumpeter, telah meramalkan hal ini. Ia menuliskannya dalam sejumlah buku dari mulai History of Economic Analysis, Theory of Economic Development dan buku The Business Cycle. 

Menurut Schumpeter, kreativitas dan inovasilah yang akan memantik revolusi ekonomi. Ia menyebutnya sebagai “Creative Destruction”. Bahwa kreativitas dan inovasilah yang akan merubah struktur ekonomi dari dalam, menghancurkan model lama secara instan, dan secara instan pula menciptakan model ekonomi baru (Schumpeter, 1950, p. 83).

Professor Robert Lanzilloti (2003), guru besar ekonomi dari University of Florida, menjelaskan pernyataan Schumpeter ini dengan menjelaskan hubungannya dengan Kreativitas. Bahwa kreativitas menciptakan nilai baru.

Lanzillotti (2003) juga memberikan contoh bahwa ciri ekonomi kontemporer adalah ia meningkatkan kesejahteraan konsumen. Karena itu bisa dipastikan bahwa produk dan jasa yang memiliki sedikit nilai bagi kesejahteraan konsumen atau yang tidak memberikan servis yang menguntungkan konsumen, dalam jangka pendek maupun jangka panjang, akan punah.

Dalam penjelasannya mengenai apa yang akan merevolusi ekonomi dunia dan menumbangkan kapitalisme, Schumpeter (1934) membedakan antara 5 tipe inovasi;

  • Produk baru
  • Metode produksi baru
  • Sumber bahan baku baru
  • Eksploitasi pasar baru
  • Cara bisnis baru

Kelima tipe inovasi diatas dapat dilakukan oleh pemilik bisnis untuk melakukan transformasi pada bisnisnya. Bila kelima cara ini terus dilakukan, maka bisnis Anda akan menjadi lebih dinamis dan lebih mungkin untuk sustain. Selain juga digabungkan dengan metode creative destruction diatas, yang menekankan pada perlunya inovasi bisnis yang mendatangkan lebih banyak keuntungan bagi konsumen.

Menurut Schumpeter, kemampuan fungsional yang mendasar bagi bisnis  yang harus dikuasai oleh pebisnis agar bisa terus bertahan di pasar adalah;

  1. Mengapresiasi beragam inovasi yang mungkin
  2. Mengatasi hambatan sosio psikologi yang timbul terhadap pengenalan produk baru
  3. Mengarahkan proses produksi ke dalam jalur-jalur baru
  4. Memperoleh pendanaan yang diperlukan untuk inovasi dari sector perbankan
  5. Mendorong pengambilan resiko di sektor produksi
  6. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memenuhi motif pemenuhan keinginan konsumen
  7. Menciptakan pola kepemimpinan yang mendukung inovasi
  8. Merangkul derajat resiko yang lebih tinggi di dunia ekonomi
inovasi bisnis, innovation mindset, innovative mindsetting, innovation culture, innovation habits, act consulting, dudi supriadi, arief rahman saleh, dwitya agustina

Memastikan Business Innovation Berhasil

By News No Comments

by Dudi Supriadi, Business Innovation Director of ACT Consulting

business innovation

Banyak perusahaan melakukan business innovation namun tanpa arahan yang terukur. Inovasi yang tidak berhasil banyak dijumpai, padahal biaya yang dikeluarkan jumlahnya tidak sedikit. Bahkan banyak pihak yang tidak menyadari bahwa inovasi bukanlah semata membuat produk baru saja. Ada langkah-langkah strategis dan pertimbangan menyeluruh yang akan melibatkan sejumlah elemen kunci sebelum inovasi yang tepat dapat dihasilkan.

Sebelum terjadi saling tuding karena melencengnya suatu langkah inovasi bisnis di organisasi Anda, terlebih dahulu sadarilah bahwa ini adalah suatu hal yang banyak terjadi. Bahkan organisasi terdepan dunia seperti Google dan Microsoft pun menemukan ganjalan-ganjalan dan pernah merasakan kegagalan dalam berinovasi. Diakui sendiri oleh mereka, bahwa banyak produk google yang gagal.

Sementara kita melakukan inovasi secara rapid dan beragam, mungkin ada dari kita yang dipenuhi dengan pertanyaan; apa manfaat yang akan dirasakan masyarakat dengan inovasi ini, atau anda malah merasa mungkin saya menghabiskan waktu dan biaya organisasi dengan melakukan inovasi yang tak perlu?

Darimana seharusnya inovasi bermula? Apa dasar dari dibuatnya suatu inovasi? Mengapa Innovative Mindset menjadi perlu? Mengapa diperlukan Self Disruptions sebelum anda melakukan disrupsi pada produk Anda sendiri untuk menjaga kecepatan perubahan di internal organisasi? Bagaimana melakukan Business Innovation yang dapat menghasilkan kemajuan?

Para peserta dari Astra Honda Motor, Adhimix, Pupuk Kujang, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, dan perusahaan lainnya, turut bergabung di hari pertama Training Business Innovation dari ACT Consulting. Bertempat di Auditorium lantai 4,  Menara 165 Jakarta Selatan, para peserta mengikuti acara ini dengan serius dan penuh minat. Masih ada satu hari lagi dimana para peserta akan mempelajari lebih jauh metode baru dalam inovasi bisnis, setelah mendapatkan mindset yang tepat untuk melakukannya.

 

Karena masa depan terlalu tak pasti tanpa memiliki Innovation Mindset yang tepat. Salam Inovasi Solutif dari ACT Consulting. Untuk mengikuti Training Business Innovation selanjutnya, anda dapat mengirimkan email ke; info@actconsulting.co atau menghubungi wa/telp. 0821-2487-0050 (Donna).

 

inovasi bisnis, innovation mindset, innovative mindsetting, innovation culture, innovation habits, act consulting, dudi supriadi, arief rahman saleh, dwitya agustina

By  Dudi Supriadi, Business Innovation Director of ACT Consulting

Change Agent Certification Program, Change Agent Sertifikasi

Menembus Penghalang Budaya Inovasi

By Article No Comments

 

Change Agent Certification Program, Change Agent Sertifikasi

Hari Pahlawan yang kita peringati bersama di Bulan November 2018 ini, seharusnya menjadi momen untuk perkembangan di dalam organisasi dimana kita berada. Salah satu caranya adalah dengan membuat berbagai inovasi, untuk menyelamatkan organisasi di tempat dimana kita berkiprah. Untuk itu, mari kita simak hasil studi literatur di bawah ini, mengenai cara-cara untuk menembus penghalang budaya inovasi. Semoga bermanfaat.

Samsung Group, awalnya adalah perusahaan pengekspor beras. Namun pada tahun 1987, saat pendirinya, Lee Byung Chul meninggal dunia, Samsung sudah merambah pasar teknologi global, terutama di bidang elektronik dan semi konduktor. Pucuk kepemimpinan kemudian diemban oleh putra ketiganya, Kun Hee Lee. Di tangannya, Samsung (yang dalam bahasa korea berarti tiga bintang), berhasil melalui fase-fase krusial dan melakukan lompatan-lompatan spektakuler, yang kini menempatkannya di garda terdepan teknologi digital.

Dr Hwang Chang-gyu, presiden dan CEO Samsung Electronics, menggambarkan betapa inovasi merupakan nyawa pemberi hidup daya saing perusahaannya. Ketika satu tujuan tercapai, itu berarti awal menetapkan tujuan baru.

 

Dalam hal inovasi, Hwang mengibaratkan orang-orang Samsung hidup seperti kaum nomaden. Mereka terus mengembara mencari temuan-temuan baru. Mereka mengubah fokus bisnis ketika standar-standar teknologi berevolusi. Mereka berhijrah ketika perusahaan- perusahaan lain puas dalam kemapanan.

 

Contohnya, ketika pasar semi konduktor dunia tiarap pada tahun 2003, Samsung malah menggelontorkan dana segar 2 milyar USD, untuk pabrik baru perancang memory chip komputer, telepon seluler dan game console. Hasilnya, kini samsung menjadi nomor satu diatas Intel untuk tiga produk memori utama, yakin DRAM, SRAM dan NAND Flash.

 

Apa yang diwariskan Lee Byung Chul bukanlah semata-mata gurita bisnis dengan modal yang super mapan. Pun bukan semata bisnis untuk kepentingan bisnis itu sendiri. Lee telah berhasil menanamkan filosofi bisnis korporat sebagai bentuk pengabdian :

“Kami akan mengabdikan sumberdaya dan teknologi kami untuk menciptakan produk-produk dan jasa unggul, sehingga berkontribusi pada perbaikan masyarakat global”.

Melintasi batas-batas kebangsaan, Samsung menjadikan inovasi sebagai kultur korporasi.

 

Samsung tidak sendirian. Para Elit Manajemen, memandang Inovasi sebagai jalan untuk mencapai sukses jangka panjang. Menurut survey yang diadakan sebuah lembaga internasional, yang dilakukan di seluruh dunia, lebih dari 70% Elit manajemen memandang inovasi sebagai 3 mesin pertumbuhan teratas dalam 3 hingga 5 tahun ke depan. Organisasi seperti ini telah mengintegrasikan inovasi ke dalam visi, misi dan strategi mereka.

 

David Francis, PhD dan B. Kim Barnes (2015) , mendefinisikan inovasi sebagai “mengoptimalkan potensi keuntungan dalam sebuah ide yang baru bagi perusahaan”.

 

Dua konsep yang terkandung dalam definisi diatas adalah memandang inovasi sebagai penciptaan value individu dan organisasi, untuk menghasilkan suatu hal yang baru. Tidak hanya tentang menciptakan ide yang baik, tapi juga bagaimana untuk membawa ide ini hingga membuahkan hasil.

 

Inovasi memerlukan setiap orang untuk berubah dan bergerak melampaui status quo. Visi, motivasi, focus dan ketangguhan, serta bimbingan kepemimpinan, diperlukan untuk mencapai sukses dalam mengembangkan inovasi tersebut.

 

Apa saja penghalang bagi berkembangnya budaya inovasi? Menurut Nelson dan Barnes (2014), sejumlah faktor di bawah ini ditemukan pada perusahaan dengan budaya yang tidak mendukung kreativitas dan inovasi:

  • Rasa takut dan hukuman; tidak bisa berdiri bersama dengan kesediaan pekerja untuk mengambil resiko yang diperlukan dalam menciptakan inovasi
  • Kehampaan makna. Bila tidak ada arah tujuan, semua akan mengambil semua jalan. Ini karena, tidak ada visi – tidak ada inovasi.
  • Tidak melihat perubahan yang dihasilkan. Bila pekerja memandang hasil pekerjaannya tak dihargai dan jatuh ke lubang hitam, dipandang tidak sesuai dengan visi dan tujuan perusahaan, mereka tidak akan repot-repot menciptakan inovasi
  • Tidak adanya rasa percaya diri. Bila yang didengar pekerja hanya kegagalan, dan tidak pernah ada apresiasi, akan banyak pekerja yang akan memotong ide-idenya sendiri sebelum diajukan.
  • Penolakan dan rasa frutasi. Pekerja akan merasa tidak perlu melakukan sesuatu untuk organisasi yang tidak memperlakukan mereka dengan baik.
  • Tidak adanya pemberdayaan. Micromanaging dan kelumpuhan untuk pekerja mengambil keputusan sendiri, akan membunuh inisiatif mereka
  • Mental kalah menang. Peperangan yang tidak terlihat. Membiarkan permusuhan dalam sesama pekerja.
  • Gangguan yang kerap muncul, kesibukan formal yang menyita waktu pekerja, akan menghisap energi kreatif dan kegembiraan dalam berinovasi, dan membuat mereka lelah. Contohnya ; waktu rapat yang tak berujung. Mungkinkah pekerja anda bisa berinovasi bila mereka tidak diberikan waktu untuk berpikir?
  • Dukungan implisit dan eksplisit terhadap status quo. Membuat pekerjaan yang sifatnya inovatif ditahan atau disisihkan
  • Kurangnya fleksibilitas dan keterbukaan terhadap terbukanya peluang dan kesempatan baru, dan kurangnya nilai yang diberikan untuk mengukur potensi yang tengah dikembangkan dalam proses inovasi. Biasanya para innovator ditekan untuk menyediakan data klien baru yang dihasilkan dan data peluang keberhasilan inovasi dalam bentuk angka dollar atau rupiah, dan bila tidak bisa, inovasi yang tengah dikembangkan dianggap tidak patut dilanjutkan
  • Lingkungan fisik dan sosial yang steril, hanya terfokus pada keseragaman. Membuat keunikan, kreativitas dan ide-ide diluar kotak tidak bisa distimulasi.

Apakah budaya penghalang inovasi diatas ada dalam perusahaan anda? Atau dilakukan oleh para Elit Manajemen di perusahaan anda? Bila ya, mari sama-sama berbenah.

 

Nelson dan Barnes (2014) dalam jurnal “Industrial and Commercial Training”, mengungkapkan hal diatas dan mengutip survey Lembaga Internasional yang menyampaikan bahwa 94% elit manajemen yang ikut dalam survey tersebut menegaskan bahwa para pekerja dan budaya kerja merupakan penggerak inovasi dalam perusahaan.

 

Cohn, Katzenbach, dan Vlak dalam artikel Harvard Bussiness Review berjudul “Mencari dan mendandani innovator pembaharu”, menyampaikan bahwa hanya 5-10 % manajer yang berpotensi tinggi untuk menjadi innovator pembaharu (dalam Cohnet et al 2008, dalam Nelson dan Barnes 2014).

 

Nelson dan Barnes (2014) menegaskan pentingnya mengenali dan mengembangkan pemimpin yang menunjukkan mindset dan langkah-langkah yang sifatnya inovatif. Agar para manajer ini bisa menjadi innovator pembaharu, Elit manajemen perlu mengenali kelebihan mereka, dan menjaga agar langkah- langkah inovatif yang mereka lakukan tidak terancam oleh status quo dengan skill yang berbeda.

 

Perbedaan skill dan perbedaan langkah ini bukanlah suatu hal yang boleh diperbandingkan satu sama lain oleh Elit manajemen. Karena akan menciptakan budaya yang tidak sehat. Para manajer yang dikembangkan menjadi innovator pembaharu ini, akan membantu perusahaan untuk tetap terdepan, dan membawa nilai yang unik bagi organisasi.

 

Para pemimpin inovasi ini haruslah dibimbing untuk menjalankan tugas-tugas yang menantang, dengan diberikan dukungan mentor berkapasitas tinggi, dan jaringan kawan sejawat dalam level tertinggi diorganisasi. Pada langkah terakhir, individu ini harus ditempatkan di tengah organisasi sehingga bisa menjadi motor inovasi yang out of the box, dan bisa bekerja melintasi berbagai bagian di organisasi. Para innovator pembaharu ini akan berfokus sebagai penghubung inovasi.

 

Itulah beberapa hal yang ditegaskan oleh Nelson dan Barnes dalam Jurnal “Industrial dan Commercial Training” yang mereka susun yang berjudul “Apa yang membunuh Inovasi? Peran anda sebagai pemimpin yang mendukung budaya inovasi”. Setelah mengetahui langkah-langkah untuk menembus penghalang tumbuhnya budaya inovasi di perusahaan anda, dan mengetahui cara pengembangan para inovator di perusahaan anda, mari kita sama-sama berbekal dengan pengetahuan ini, untuk siap menghadapi perubahan yang makin cepat di era VUCA (Volatile, Uncertain, Complex & Ambiguity) ini. Salam Semangat Pahlawan dari kami di ESQ 165.

 

oleh:  Dudi Supriadi – Business Innovation Expert ACT Consulting

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?