Skip to main content

Urgensi Financial Effectiveness untuk Meningkatkan Integritas Kerja

By February 6, 2019Article

Pelanggaran integritas seharusnya tidak terjadi di tempat kerja. Bisnis dan industri di Malaysia berhasil menjadi besar dan karyawan mereka bergaji tinggi karena memegang prinsip integritas dengan kuat. Hal ini disampaikan dalam 7th International Conference on Financial Criminology 2015, yang diselenggarakan di Oxford, Inggris. Makalah yang disampaikan merupakan hasil penelitian yang berjudul; Integrity Systems in Malaysian Public Sector: An Empirical Finding, yang disampaikan oleh Mohamad Hafiz Roslia, Mohamad Azizal bin Abd Azizb, Farahwahida Mohdc, dan Jamaliah Said.

Pelanggaran integritas adalah bentuk kerusakan etika kerja di tempat kerja. Bagaimana hasil penelitian internasional seputar masalah ini dan apa solusinya? Menurut Chris Hitch, Ph.D. (2015), salah satu Director program dari Kenan Flagher Business School dalam publikasi yang berjudul Return on Integrity (ROI): How Acting with Integrity Improves Business Results, pelanggaran etika bekerja terjadi dalam skala kecil dan besar di tempat kerja. Bahkan, ia mengutip laporan tahun 2014 yang diluncurkan oleh Ethics Resource Center yang menemukan bahwa 41% populasi dari 6400 pekerja yang disurvei menyampaikan bahwa mereka telah menemukan adanya pelanggaran etika tersebut di tempat mereka bekerja.

Survei yang mereka lakukan juga menemukan bahwa kebanyakan pelanggaran tersebut dilakukan secara berulang, dan bukan hanya terjadi sekali saja. Hitch menyampaikan bahwa umumnya kita membaca tentang perilaku tidak etis dan lalu mengambil asumsi yang tidak akurat dengan menyatakan bahwa perilaku tidak etis dilakukan oleh orang yang tidak etis – oleh orang-orang dengan moral dan karakter yang rusak. Namun, Hitch menyatakan bahwa asumsi itu tidak tepat. Bahwa kenyataan yang terjadi, tidaklah demikian. Hitch mengutip Dr. Alison Fragale, the Mary Farley Ames Lee Distinguished Scholar dan seorang associate professor of organizational behavior di UNC Kenan-Flagler Business School.

Ia menyatakan bahwa, studi terbaru menemukan bahwa pelanggaran etika kecil cenderung mengarah ke pelanggaran yang lebih besar. Teori ini dapat menjelaskan mengapa pelanggaran biasanya dilakukan kembali. Hal ini bahkan terbukti dalam eksperimen psikologi. Penelitian perilaku yang dilakukan oleh Francesca Gino, Lisa Ordonez, and David Welsh (2014) menemukan bahwa saat seseorang diberi kesempatan untuk melakukan kecurangan secara berulang, mereka akan lebih cenderung untuk melakukan kecurangan kembali dalam tes berikutnya, dan bahkan mengulang kecurangan mereka hingga ketiga kalinya pada putaran tes berikutnya.

Eksperimen yang dilakukan oleh Gino, Ordonez dan Welsh (2014) ini meminta subyek tes untuk melakukan sejumlah seri dalam tugas pemecahan masalah. Banyak dari sejumlah subyek tes ini diberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan pada putaran pertama, putaran kedua, dan putaran berikutnya. Sementara, subyek tes dalam kelompok control tidak diberi peluang untuk berbuat curang.

Peneliti menemukan bahwa separuh subyek tes diperkenankan untuk melakukan kecurangan untuk mendapatkan uang sebanyak seperempat dollar untuk setiap soal yang berhasil mereka selesaikan di putaran pertama. Di putaran ketiga, terdapat 60% orang dalam kelompok eksperimen yang melakukan kecurangan untuk bisa mendapatkan uang sebanyak 2,5 dollar amerika per soal, di putaran ketiga. Sementara, subyek tes yang berada di kelompok control, lebih cenderung untuk tidak melakukan kecurangan. Bahkan di putaran ketiga, hanya 30% subyek tes yang melakukannya.

Dari eksperimen ini kita dapat melihat bahwa godaan finansial merupakan motif perubah yang sangat signifikan. Bahwa saat seseorang melihat ada kesempatan untuk berbuat curang demi mendapatkan uang, atau saat sistem finansial yang ada di sebuah tempat pekerjaan masih belum cukup baik, 60% dari subyek akan melakukannya.

Padahal, godaan finansial sebenarnya dapat dihindari. Saat seseorang telah memiliki motivasi yang kuat untuk mempertahankan kejujuran dalam bekerja, ia tidak akan melakukannya. Namun motivasi harus diperkuat dengan skill atau keahlian. Dalam hal ini, diperlukan keahlian dalam bidang mengelola keuangan. Skill untuk mengelola keuangan ini, akan membuat orang terhindar dari melakukan pelanggaran etika. Karena ia telah memiliki kemapanan di hatinya, dan telah meraih ketenangan dalam hidupnya.

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?