Skip to main content

Peran Strategi Untuk Meningkatkan Profit Korporasi

By February 22, 2019Article

Anwar et al (2016) menyampaikan bahwa Strategi adalah tentang membuat pilihan (Porter, 1985). Ini adalah cara untuk memastikan keunggulan kompetitif berkelanjutan dengan menginvestasikan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan utama yang mengarah pada kinerja superior jangka panjang (Lin et al., 2014).

Lebih lanjut, Anwar et al (2016) menyampaikan bahwa menurut Hambrick (1982), strategi organisasi kadang-kadang didefinisikan secara normatif (Andrews, 1971) dan terkadang secara deskriptif (Miles dan Snow, 1978; Mintzberg, 1978).

Anwar et al (2016) menyampaikan bahwa organisasi menggunakan strategi untuk menghadapi perubahan lingkungan saat menghadirkan  kombinasi solusi untuk berbagai keadaan internal dan eksternal organisasi. Studi tentang strategi termasuk tindakan yang diambil, isi strategi, dan proses yang dengannya tindakan diputuskan dan diimplementasikan.

Secara empiris, Anwar et al (2014) menyampaikan sejumlah pendapat ahli lain dalam hasil penelitian mereka tentang pengaruh operational strategy dan competitive strategy pada performa perusahaan. Diantaranya hasil dari penelitian yang dilakukan Gupta dan Lonial (1998), Williams et al. (1995), Ward dan Duray (2000), Amoako, Gyampah dan Acquaah (2008) yang melakukan penelitian tentang pengaruh strategi kompetitif secara langsung dan tidak langsung dalam kinerja perusahaan, di mana strategi operasi sebagai variabel mediasi.

Anwar et al (2014) juga menyampaikan sejumlah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa strategi operasional amat berperan sebagai kunci utama strategi kompetitif dalam meningkatkan Kinerja Perusahaan.

Sementara, Anwar et al (2014) juga menaampaikan bahwa Rhee dan Mehra (2006), Oltra dan Flor (2010) menjelaskan bahwa strategi kompetitif dapat memperkuat (memoderasi efek) hubungan strategi kompetitif dalam meningkatkan Kinerja Perusahaan. Untuk itu, strategi operasional harus dipahami agar sejalan dan konsisten dengan strategi kompetitif (Hill, 1984, Swamidaass dan Newell, 1987, Kotha dan Orne, 1989).

Anwar et al (2014) menyampaikan bahwa kebutuhan untuk menghubungkan strategi operasi dan strategi kompetitif sangat penting (Corbett dan van Wassenhove, 1993) karena manajemen puncak harus memutuskan apakah strategi operasional mendorong strategi kompetitif atau sebaliknya ketika memutuskan hubungan antara strategi kompetitif dan strategi operasional (Stonebraker dan Leong, 1994: 39).

Perspektif ini adalah gambaran pendekatan teoritis RBV (resource based views) yang menjelaskan bahwa setiap perusahaan adalah kumpulan sumber daya yang unik dengan kemampuan yang mendasari strategi dasar operasional untuk mendukung strategi kompetitif sebagai hasil dari pemanfaatan dan pengembangan sumber daya utama perusahaan (Hill dan Jones, 2007; Hitt et al., 2011). Perbedaan kinerja perusahaan dalam perspektif RBV terutama disebabkan oleh faktor keunikan sumber daya dan kemampuan perusahaan, bukan karena karakteristik struktur industri.

 

Anwar et al (2014) menyampaikan bahwa pendekatan RBV dimulai oleh Penrose (1959) yang melakukan penelitian bagaimana proses internal manajemen dapat mempengaruhi perilaku perusahaan. Penrose (1959) mengembangkan teori Growth of the Firm yang dapat menghubungkan antara manajemen strategis dan ekonomi organisasi.  

Penrose (1959a: 54, dalam Anwar et al, 2014)  menyatakan bahwa perusahaan dapat membuat nilai ekonomi, bukan karena memiliki sumber daya yang lebih baik, tetapi memiliki kemampuan khusus dalam mengelola sumber dayanya (Mahoney dan Pandian, 1992). Selain itu, Penrose menjelaskan bahwa proses pembelajaran menciptakan pengetahuan baru dan membentuk dasar pertumbuhan organisasi dengan menggabungkan sumber daya yang ada (Eisenhardt dan Santos, 2000).

Anwar et al (2014) menyampaikan bahwa Teori Growth of the Firm pada tahun 1980 dikembangkan oleh Wernerfelt (1984), Rumelt (1984), Barney (1986). Prahalad dan Hamel (1990) menjadi konsep pendekatan baru yaitu Resource-Based View (RBV) kemudian menjadi salah satu pendekatan dominan untuk menganalisis keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Bridoux, 2004).

Asumsi dari pendekatan RBV diklarifikasi oleh Barney et al., (1991: 112) yaitu:

1) perusahaan dalam industri memiliki sumber daya strategis yang heterogen (resource heterogenity); dan

2) sumber daya sulit untuk ditiru sehingga sulit untuk bergerak dengan sempurna ke perusahaan lain (imobilitas sumber daya).

 

Anwar et al (2014) juga menyatakan bahwa kasus ini juga disampaikan oleh Hitt et al. (2011: 15) Model RBV mengasumsikan bahwa setiap organisasi memiliki kumpulan sumber daya dan kemampuan unik yang merupakan dasar untuk strategi dan hasil usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber utama yang di atas rata-rata

Anwar et al (2014) menyampaikan bahwa perhatian utama dalam pendekatan RBV adalah sumber daya dan kemampuan. Keunggulan kompetitif akan diperoleh oleh organisasi yang memiliki aset atau kemampuan khusus. Profitabilitas perusahaan ditentukan oleh jenis, jumlah, sumber daya, dan kemampuan yang telah ada. Namun demikian, mengelola secara strategis didasarkan pada sumber daya yang melibatkan bagaimana mengembangkan dan menggunakan sumber daya dan kemampuan khusus untuk membentuk kompetensi inti yang menjadi dasar keunggulan kompetitif perusahaan untuk memperoleh pengembalian di atas rata-rata (Prahalad dan Hamel, 1990).

Lebih lanjut, Anwar et al (2014) menyampaikan bahwa perusahaan yang mampu mengidentifikasi sumber daya dan kemampuan yang menjadi kompetensi inti akan mampu lebih efisien dan efektif dalam melakukan bisnis (Teece et al., 1997). Ini berarti bahwa identifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya, perusahaan dapat membuat skala prioritas dan memilih sumber daya mana yang dapat dioptimalkan untuk menghasilkan produktivitas dan efisiensi.

Sebagai kesimpulan, Anwar et al (2014) menyampaikan bahwa perspektif RBV menunjukkan bahwa implementasi strategi operasi dibangun oleh kekuatan dan kelemahan operasi sumber daya kemudian menemukan peluang pasar yang sesuai dengan strategi kompetitif (Hayes, 1985; Vickery, 1991; Hill dan Jones, 2007). Model internal yang berorientasi menyesuaikan kebutuhan pasar dengan kemampuan internal melalui strategi operasi dalam membuat keunggulan kompetitif (Hayes dan Pisano, 1996; Slack, 2005).

Anwar et al (2014) juga menekankan bahwa kemampuan operasi menggambarkan apa yang dapat dilakukan operasi lebih baik daripada pesaing (Hayes dan Pisano, 1996) dalam hal biaya, kualitas, pengiriman, fleksibilitas, dan inovasi (potensial) (Wheelwright, 1984) untuk mendukung strategi kompetitif di pasar (Hill dan Jones, 2007; Ward et al., 1996). Model konseptual yang ditawarkan oleh Hill dan Jones (2007) dan Amit dan Schoemaker (1993) dapat memenjelaskan peran strategi (operasi dan bersaing) untuk mencapai laba superior.

Dari penjelasan dari beberapa sumber diatas dapat terlihat bahwa peran strategi amat penting untuk mencapai peningkatan laba yang signifikan atau bahkan hingga mencapai taraf superior. Namun dapat dibagi kembali ke dalam jenis strategi mana yang akan dimaksimalkan oleh perusahaan Anda, apakah akan memaksimalkan strategi  operasional dengan terlebih dahulu mengenali strength dan weakness dari sejumlah sumber daya yang dimiliki, ataukah ingin melakukan kompetitif strategy yang dimaksimalkan untuk mencapai daya saing pasar.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara menyusun strategi untuk dijalankan lembaga dan korporasi hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

Untuk mendapatkan sertifikasi nasional untuk kemampuan strategi anda, anda dapat mengikuti program training sertifikasi Corporate Strategy Specialist yang diselenggarakan oleh ACT Consulting dengan mendaftar disini.

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?