Skip to main content

Menjawab Tantangan Budaya di Era VUCA

By January 16, 2019February 6th, 2019Article

Di era VUCA, saat bisnis tidak pasti dan strategi bisnis terus berubah, apakah perilaku karyawan (budaya organisasi) harus ditentukan dan dibentuk? Sementara menurut pemilik salah satu e-commerce lokal, justru kebebasan dan fleksibilitas penting di era VUCA, tidak perlu diatur perilaku karyawan seperti apa?

Yes, perlu banget. Fleksibilitas bukan berarti kebebasan tanpa batas. Di bukalapak pun tetap berlaku evaluasi performa kerja tiap orang. Bahkan kasus yang lebih ekstrim juga ada. Di Meksiko, perusahaan terkayanya menetapkan budaya no rules di dalam organisasi. Namun dalam kesepakatan pertama sebelum join, performa kerja 90 hari pertama harus memenuhi syarat. Bila tidak, orang tersebut langsung dipecat. Kita bisa melihat bahwa bahkan di era dimana kebebasan diusung tinggi, sejumlah perusahaan terhebat dunia justru menciptakan sistem kerja dan budaya kerja dengan profesionalitas tingkat tinggi.

Anda bisa lihat di gojek misalnya. Kebijakan yang dilakukan Nadiem adalah; memberikan gaji rendah dulu. Baru setelah seseorang terbukti bagus, akan meningkat seiring waktu. Mengapa? Karena ia menekankan bahwa yang ingin ia hadirkan di gojek adalah orang-orang yang punya tujuan dan visi mulia terlebih dulu, untuk memajukan aplikasi karya anak bangsa (nama perusahaan gojek adalah ini). dan bukan ingin memanjakan orang-orang yang semata mencari uang besar.

Bahkan di google, hal yang tak jauh berbeda terjadi. mereka bahkan banyak menjaring orang dari jalur referral (berdasarkan referensi dari karyawan yang terbukti berkinerja baik). Ini berarti calon karyawan harus terlebih dahulu diketahui seperti apa riwayat pekerjaan dan kepribadiannya sebelum masuk, karena ia disarankan bergabung dari karyawan yang terlebih dahulu ada. Mereka pun mensyaratkan nilai akademis yang sangat tinggi dan harus lulus dari tes-tes super sulit. Ini saja, sudah dapat mengeliminasi banyak kandidat yang punya daya juang yang kurang baik.

Ini semata karena google melihat bahwa mereka yang memiliki nilai akademis super tinggi dan dari universitas ternama, pastilah memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, dan komitmen bekerja yang super tinggi juga. Inilah mengapa google terus berhasil melakukan banyak inovasi dan mengembangkan teknologi yang melampaui kebutuhan masa kini. Karena mereka menghimpun hanya orang-orang terbaik untuk duduk bersama mereka. Baru sebagai penghargaan, mereka memberikan kebebasan dan fasilitas yang super memanjakan. Jangan malah anda lakukan hal yang sebaliknya di perusahaan Anda.

Penentu dalam menjaga kelangsungan budaya perusahaan yang tepat adalah saat rekrutmen. Saat anda memilih  kandidat untuk bergabung. Pastikan sistem rekrutmen perusahaan mampu mengeliminir orang yang berbudaya tidak tepat melalui assessment tools yang tepat, maka anda dapat memastikan organisasi bisa bertahan lama dan berkinerja baik.

Namun bila yang sulit adalah mengubah budaya lama, lakukan perubahan mindset. Terapkan sejumlah strategi penguatan DNA perusahaan melalui coaching, training dan informal drilling (mengajukan serangkaian pertanyaan dalam sesi yang nyaman dan informal untuk menggali berbagai penyebab suatu masalah) melalui para leaders.

Gali dan Tanya apa saja penyebab mereka tidak perform, apa penyebab mereka tidak disiplin, lalu secara bijak minta karyawan tersebut mencari solusinya dan membuat rencana perubahan mandiri. Pastikan pada tiap karyawan bahwa organisasi anda menginginkan agar tiap orang tumbuh dan memiliki kebiasaan yang lebih baik dan menjadi lebih ahli dan terampil, dan memiliki kepribadian yang membaik dan lebih menarik setelah bergabung di perusahaan Anda, dan bukan sebaliknya.

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?