Skip to main content

Menemukan Keseimbangan Manusia dan Mesin dalam Transformasi Digital (1)

By October 29, 2018April 30th, 2019Article

keseimbangan manusia dan mesin, transformasi digital, act consulting

Tujuan dari dibuatnya berbagai kemajuan di bidang teknologi, terutama di bidang artificial intelligence adalah untuk membuat hidup manusia menjadi lebih nyaman, mudah dan cepat. Itulah mengapa google kemudian menciptakan sistem artificial intelligence melalui penciptaan mobil yang dapat mengemudi sendiri (self driving car). Teknologi ini terbukti dapat menekan angka kecelakaan yang disebabkan oleh kelelahan dan mengantuk saat mengemudi.

 

Di berbagai belahan dunia, Artificial Intelligence telah dikembangkan dan diterapkan. Namun di dunia industri, merumuskan kebijakan tentang penggunaan artificial intelligence sendiri tidaklah semata tentang menginstall software baru yang diganti setiap dua tahun sekali untuk mencegah hacker memasuki sistem informasi di perusahaan anda. Bahkan, di dunia pemrograman komputer sendiri telah muncul istilah Artificial Stupidity, yang menggambarkan bagaimana bila suatu sistem Artificial Inteligence didesain secara tidak tepat, maka hanya akan menghasilkan suatu kebodohan yang terprogram.

 

Prof Mary ‘Missy’ Cummins, Profesor di Duke University yang memimpin laboratorium Human and Automation Engineering, merumuskan 10 tingkat LOA (Level of Automation) untuk menentukan sejauh mana peran yang diberikan pada komputer dan manusia yang mengeksekusinya. Dari mulai peran level 1 dimana komputer tidak dapat menawarkan bantuan, hingga menawarkan sejumlah alternatif tindakan. Level of Automation ini dapat meningkat terus hingga sampai ke level 10 dimana komputer yang menentukan semua dan bertindak secara autonomus, sampai tidak mengacuhkan manusia yang menanganinya.

 

Pada dasarnya, setting level otomasi yang ditentukan secara tepat, akan membuat pekerjaan yang berlangsung secara berulang, lama, dan melelahkan yang biasa dilakukan mesin pabrik misalnya, menjadi ringan dan tidak memerlukan perhatian penuh. Ini membuat manusia yang menanganinya dapat melakukan banyak pekerjaan yang lebih membutuhkan fleksibilitas, kreativitas, kepemimpinan dan kebijaksanaan khas milik manusia semata.

 

Namun yang banyak ditakutkan oleh para penulis sains fiksi adalah otomasi level 10, dimana komputer melakukan semua tanpa butuh otorisasi dari manusia. Sebenarnya hal ini bisa dihindari dengan perancangan pemrograman yang ajeg di awal, saat semua rancangan mesin dan rancangan sistem otomasi yang terkomputerisasi ini dibuat. Karena itulah rancangan otomasi sistem seperti ini membutuhkan penyelia dengan tingkat pengalaman yang tinggi dan kemampuan perumusan kebijaksanaan yang mumpuni.

 

Bahkan, semua eksekutif level C harus turut urun rembuk untuk memastikan rancangan ini telah memenuhi semua persyaratan. Para eksekutif ini juga dapat menetapkan tingkat otomasi yang rendah, agar sistem kendali tetap ada pada manusia yang menanganinya, dan bukan pada sistem komputer yang baru dirancang. Hal ini seperti memprogram sendiri bayi anda dan melahirkannya sesuai waktu yang dibutuhkan.

 

Proses perancangan system otomasi ini membutuhkan waktu hingga semua perencanaan matang.  Tidak bisa secepat kilat, karena ada perhitungan yang harus super teliti di belakangnya. Bagaimanapun, seperti semua sistem pemrograman, semua proses masih akan membutuhkan error correction, penanganan bugs, dan perbaikan serta update sistem ke depannya. Tidak mungkin ada satu sistem yang sama sekali sempurna dibuat sekali jadi dan langsung berfungsi tanpa error untuk kali pertama. Sistem AI tercanggih sekalipun harus dibuat untuk terbuka terhadap perbaikan dan harus memungkinkan dilakukannya override system oleh manusia yang menanganinya.

 

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?