Biaya pelatihan dalam perusahaan biasanya berjumlah cukup besar. Untuk perusahaan dengan jumlah karyawan 1000 orang misalnya, jumlah anggaran untuk training bisa mencapai 1 milyar rupiah atau lebih. Namun, ternyata sejumlah training yang dilaksanakan bisa jadi tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap performa kerja dan keuntungan perusahaan.
Bila suatu training dilakukan dengan metode yang menarik, menggunakan permainan sebagai metode belajar, menggunakan iringan yang menarik, melibatkan sisi afektif dari peserta, maka tingkat pemahaman terhadap materi yang disampaikan akan menjadi lebih tinggi. Tingkat penolakan peserta terhadap tujuan training pun menjadi minim. Bahkan bila tujuan training adalah untuk merubah perilaku, maka hal ini dapat lebih mudah dilakukan.
Dalam Psychology Today, Willis (2007) menyampaikan apa saja keuntungan Fun Theory dalam Training?
- Pemrosesan informasi efektif
- Pemahaman jangka panjang
- Peserta lebih nyaman
- Berpengaruh pada perilaku
- Motivasi meningkat
- Peserta lebih aktif
- Tingkat stress rendah
- Level kognisi tinggi
- Muncul momen AHA
Mari kita ikuti bersama penjelasan berikut ini mengenai aneka keuntungan Fun Theory ini;
1. Pemrosesan informasi efektif
Tujuan training berbeda-beda, ada yang untuk memberikan pemahaman, ada yang untuk merubah perilaku, ada yang untuk meningkatkan skill. Beragam tujuan ini dapat lebih mudah dicapai dengan menggunakan Fun Theory.
2. Pemahaman jangka panjang
Dalam kurva Ebbinghaus, bahkan 10 menit sejak training selesai saja, peserta sudah mulai melupakan apa yang baru saja mereka pelajari dalam training. Karena itu, Fun Theory menjadi penting. Apa yang disampaikan dengan cara yang menyenangkan, akan diingat dalam jangka waktu yang lebih lama, karena meninggalkan kesan yang baik secara emosional.
3. Peserta lebih nyaman
Training yang berlangsung dengan menyenangkan, akan membuat peserta tidak mengantuk, tidak terbebani, dan tidak merasa kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Dengan cara ini, peserta merasakan training yang mereka jalani lebih nyaman, dan akan memberikan kesan yang dapat lebih mendalam dan lebih lama diingat.
4. Berpengaruh pada perilaku
Salah satu metode dalam fun theory adalah melalui games dan simulasi. Dengan cara ini, seluruh tubuh dan emosi peserta diaktifkan. Ini membuat peserta merasakan sendiri sejumlah tantangan, namun dalam konteks situasi yang aman. Pengaruhnya akan mendalam, sehingga peserta training kemudian merasakan keinginan untuk berubah.
5. Motivasi meningkat
Training yang dilakukan dengan metode yang berkesan, akan membuat peserta memahami tujuan training dengan cara yang menyenangkan. Dengan cara ini peserta akan menemukan berbagai inspirasi untuk berubah. Motivasi peserta dalam bekerja dan keinginan peserta untuk mengembangkan diri pun akan muncul.
6. Peserta lebih aktif
Dalam metode konvensional, orang mudah bosan dan merasa tidak terlibat. Dalam metode yang Fun, peserta merasakan situasi yang nyaman. Ia merasa tidak berada dalam lingkungan yang mengancam. Kenyamanan ini membuat peserta menjadi lebih aktif dan mau memberikan ide-idenya, ia pun akan terdorong untuk mau bekerjasama dengan peserta lainnya.
7. Tingkat stress rendah
Pengetahuan yang dimampatkan terlalu banyak dalam sebuah training, mungkin terlihat keren. Namun ini dapat membuat peserta merasa tertekan untuk dapat mengingat semua yang diajarkan. Padahal, untuk membuat peserta berubah dan berkembang, diperlukan unsur afektif di dalamnya. Karena itu Fun Theory membuat peserta merasakan tingkat stress yang rendah dan aman, dan mau terlibat aktif dalam training.
8. Level kognisi tinggi
Pemahaman tingkat tinggi tidak harus disampaikan melalui sejumlah teori yang rumit. Level kognisi yang tinggi justru harus dipicu dengan metode yang membuat peserta senang dan nyaman. Cara ini akan menembus berbagai penghalang yang ditimbulkan oleh amygdala saat belajar.
9. Muncul momen AHA
Merancang suatu training untuk dapat memunculkan momen AHA tidaklah mudah. Namun dengan Fun Theory, hal ini dimungkinkan. Tidak diperlukan teknik psikologis atau NLP yang rumit untuk itu, namun diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai cara bagaimana manusia belajar.