Skip to main content

Berita Gembira Dalam Pembukaan World Economic Forum 2020

By January 22, 2020News

Pada acara pembukaan World Economic Forum 2020 di hari Senin 21 Januari 2020 ini, Gita Gopinath selaku Chief Economist dari IMF (International Monetary Fund) menyampaikan bahwa di tahun 2019 terjadi perkembangan ekonomi terburuk setelah krisis keuangan global (global financial crisis).

Namun di awal tahun 2020 ini, Gopinath juga melihat perubahan iklim geopolitik dunia dimana dimulai pertemuan untuk mencapai berbagai kesepakatan antara Amerika Serikat dan China, yang melakukan perdamaian perdagangan (trade truce).

Dimulainya fase pertama perdamaian dagang antara USA dan China dan menghilangnya kekhawatiran masyarakat ekonomi dunia akan terjadinya kesepakatan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa perjanjian (no deal brexit) dipandang dapat membantu perekonomian dunia untuk kembali ke jalur pertumbuhannya. Semula, synchronized slowdown telah menyebabkan global economic slowdown yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi terjadi keluar dari jalurnya (derailed growth).

Gita Gopinath menggambarkan bahwa kini telah ada sejumlah tanda tentative (tentative sign) mengenai perbaikan ekonomi ini dan menyampaikan perhitungan IMF bahwa perkembangan ekonomi yang semula berada di angka 2,9% secara global, telah mulai stabil kembali. Namun Gopinath tetap menekankan bahwa perkembangan ekonomi masih cenderung lamban.

Untuk itu IMF menyatakan revisi angka pertumbuhan ekonomi global kini dikabarkan oleh Gopinath bisa mencapai angka 3,3% di 2020 dan mungkin meningkat ke angka 3.4% di tahun 2021. Sebelumnya, prediksi yang dibuat oleh Gita Gopinath di bulan Oktober 2019 ini membuat tim ekonomi pemerintah Indonesia menetapkan angka perkembangan ekonomi yang semula berada diatas 5% pada tahun-tahun sebelumnya, menjadi hanya 4,8% untuk tahun 2020 ini.

Gita Gopinath menyampaikan bahwa kesepakatan damai fase pertama antara Amerika Serikat dan China mengurangi dampak negative secara kumulatif (cumulative negative impact) bagi pendapatan ekonomi global dunia (global GDP).

Berbagai faktor yang mempengaruhi ekonomi dunia diantaranya adalah elektrifikasi yang dilakukan oleh sejumlah produsen dan industri manufaktur kendaraan demi memenuhi standar emisi rendah yang ditetapkan di berbagai belahan dunia. Sebelumnya pada tahun 2020, produsen besar seperti Daimler Benz saja sampai harus melakukan efisiensi dan melakukan perumahan bagi ratusan ribu pegawainya di berbagai belahan dunia.

Sektor auto ini banyak mempengaruhi ekonomi karena dalam proses manufaktur dibutuhkan banyak komponen yang dihasilkan dari sejumlah negara yang berbeda di dunia. Untuk itu, perubahan rancangan utama kendaraan yang semula berbahan dasar minyak bumi yang membutuhkan spesifikasi onderdil yang rumit dan membutuhkan banyak komponen, menjadi lebih sederhana. Jumlah komponen untuk membentuk satu kendaraan listrik lebih sedikit, dan produsen berbagai sparepart kendaraan ini masih sedikit jumlahnya. Hingga proses manufaktur kendaraan listrik kini hanya membutuhkan sedikit saja pekerja. Oleh karena itu, elektrifikasi kendaraan ini menjadi salah satu disruptor dalam ekonomi dunia.

Gita Gopinath selaku Chief Economist dari IMF menyampaikan dalam acara pembukaan World Economic Forum 2020 bahwa bagi sejumlah negara yang memiliki resiko fiskal akibat investasi yang lemah, harus menggunakan berbagai tools makroekonomi untuk mengurangi dampak inflasi dan mencegah agar tingkat bunga tetap rendah. Selain itu juga para penyusun kebijakan public harus dapat meningkatkan konsentrasi mereka dalam sisi pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan industri ramah lingkungan. 

Untuk mengatasi kekhawatiran bagi negara yang memiliki hutang ekonomi yang tinggi, Gopinath menyarankan agar melakukan konsolidasi dengan sejumlah negara donor. Serta agar negara-negara tersebut mempersiapkan contingency backup untuk membantu masyarakat ekonomi lemah. Diantaranya dengan memberikan porsi yang cukup bagi social safety net atau jaminan kesejahteraan sosial di masing-masing negara untuk mencegah resiko ekonomi yang lebih besar.

Selain itu, negara-negara dengan ekonomi lemah tersebut haruslah dapat membalik atau mencoba mengatasi pengaruh dari kebijakan proteksionisme yang semula dihadapi. Diantaranya dengan merestrukturisasi angka bunga dalam sistem perpajakan. Gopinath menyampaikan bahwa secara global dibutuhkan sistem kebijakan perpajakan baru untuk  mencegah dampak disruptif dari berkembangnya ekonomi digital ke berbagai arah.

Selain itu, negara-negara ini juga harus memiliki struktur pajak yang menarik bagi para pembayar pajak sehingga ekonomi dapat terus tumbuh secara positif dan pemerintah dapat memberikan kebijakan pengurangan pajak untuk industri manufaktur yang memiliki peran besar dalam ekonomi.

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?