Skip to main content

Bagaimana Digital Thinking Merubah Tindakan dan Hasil

By October 29, 2018February 6th, 2019Article

bagaimana digital thinking mengubah tindakan dan hasil, act consulting, transformasi digital

 

“Anda tidak dapat merubah sesuatu dengan melawan kenyataan sekarang.

Untuk dapat melakukan perubahan, buatlah model baru yang membuat

model saat ini menjadi usang”

Buckminster Fuller, seorang system theorist, penulis dan penemu dari Amerika

 

Banyak start-up baru dikembangkan karena semata-mata dapat dibuat.  Padahal, hukum dalam ekonomi digital adalah; hanya organisasi yang mendatangkan keuntungan bagi masyarakat yang dapat bertahan. Hanya organisasi yang secara rutin menciptakan dan mengirimkan solusi-lah, yang akan mendapatkan rekognisi dan mendapatkan peningkatan demand.

 

Jadi sebelum mengambil peran dalam perubahan dan memulai transformasi digital, terlebih dahulu tanyakan pada masyarakat tentang apa yang mereka butuhkan dari organisasi Anda. Sebagai pimpinan, manajer, karyawan, atau sebagai pelaku bisnis, semua harus memiliki wawasan luas, berpikiran terbuka, dan bersikap mendukung perubahan. Karena perubahan tidak dapat berjalan mundur dan tak dapat dihentikan.

 

Bahkan Microsoft dan Google pun, tak berhenti belajar. Kita bisa melihat bahwa kedua raksasa IT ini, terus ingin berilmu pada para ahli dari beragam bidang ilmu. Mengapa? Karena transformasi digital merubah semua sisi dalam bidang kehidupan dan perubahan ini seringkali tidak bisa diduga, bersifat ambigu, sulit dipahami dan sulit diprediksi pengaruhnya pada bisnis kita. Pun lagi, ekonomi digital menggaris-bawahi bahwa organisasi yang dianggap tidak mendatangkan manfaat, akan punah dengan sendirinya.

 

Kita bisa melihat banyak produk google yang gagal. Namun itu tidak pernah membuat mereka mundur. Prinsip mereka adalah, kita harus belajar dari setiap kegagalan. Karena bila kita terus belajar, dan terus memperkaya wawasan dengan menyambangi beragam jenis informasi dari setiap lapisan dan dari semua bidang, maka kita akan dapat menangkap peluang. Karena dari proses belajar dan interaksi dengan berbagai kalangan, kita akan mendapatkan insight tentang needs apa saja yang dapat mendatangkan demand.

 

Organisasi yang sukses di era digital, harus mencintai proses transformasi yang berlangsung dan merayakan tiap keberhasilan yang terjadi. Namun tak mungkin sampai pada tujuan impian, bila masih membandingkan perubahan dengan keadaan semula, atau menganggap perubahan sebagai evolusi sederhana.

 

Mengapa? Karena pola pikir status quo tidaklah kompatibel dengan perubahan yang terjadi. Bahkan sifatnya membatasi dan mencegah kemampuan tim dan organisasi untuk dapat menembus batasan digital.

 

Gale & Aarons (2017), menyampaikan bahwa ada 3 kunci perubahan dalam digital thinking di level organisasi dan di level karyawan;

  1. Membuat lompatan raksasa, memerlukan konsep baru.

Ide dan konsep baru sangat penting. Kita tak bisa hanya menggunakan ide usang dari dunia lama, atau bahasa dan kata-kata jadul, untuk dapat menjelaskan pemikiran dan mindset baru.  Bahasa yang digunakan, adalah formula penting dalam proses transformasi, bahkan menjadi lebih penting bila ingin perubahan terjadi dengan cepat.  Bila organisasi ingin merubah perilaku dan kinerja, sistem yang ada harus melingkari konsep digital baru, agar dapat peluang yang ada dapat terlihat dan dipahami oleh organisasi dan seluruh karyawan.

  1. Perubahan kecil adalah kunci untuk hasil jangka panjang (long term results).

Karena transformasi digital membutuhkan banyak investasi, maka waktu merupakan aset potensial terbesar. Namun, kekurangan waktu juga bisa menjadi beban berat bila ingin sistem yang dirancang dapat melakukan kinerja efektif. Kunci untuk mendapatkan kelegaan waktu dan menyusun prioritas adalah bila dapat menyusun framework yang tepat. Kita harus menentukan apa saja proses yang dihentikan/ dimulai/ dilakukan dengan cara lain. Sebuah metode yang terbukti memberikan hasil yang dramatis dan dapat diterapkan dalam semua aspek dalam bisnis.

  1. Sukses melahirkan kesuksesan. Dalam transformasi digital, organisasi harus dapat menciptakan momentum, dan memperoleh informasi aspek mana yang dapat menghasilkan sukses berkelanjutan. Ada alasan fungsional dan psikologikal dibalik tiap aspek yang mendorong kesuksesan. Keberhasilan yang terjadi, walau sedikit, dapat menimbulkan gelombang kesuksesan. Inilah alasan lain mengapa kita harus menghargai setiap hal kecil.

 

Melakukan pemikiran secara digital (digital thinking) harus dilakukan oleh semua bagian di dalam organisasi. Kita tidak bisa mengharapkan hanya bagian IT saja yang bekerja. Bahkan kita memerlukan teknologi digital untuk mempercepat proses bisnis dan membuat semua terekam secara rinci. Selain untuk memudahkan pekerjaan, akan baik apabila dilakukan upaya digitalisasi di dalam berbagai proses bisnis, dari mulai hulu ke hilir.

 

Beragam terobosan dapat diolakukan. Ide bisnis yang semula berasal dari survei marketing yang dilakukan dengan memakan banyak waktu, kini dapat dilakukan dalam waktu  yang singkat. Pembuktian visit sales, dulu membutuhkan proses menanda tangani berbagai form. Namun kini bisa dilakukan dengan membuat suatu aplikasi yang dihubungkan dengan google map, untuk mencatat lama visit dan memvalidasi bukti visit. Banyak lagi inovasi lain yang dapat dilakukan. Inti dari digital thinking adalah kita harus terus menerus berinovasi, dan menjadikan inovasi sebagai sebuah kebiasaan atau innovation habit. Kita tidak perlu murung apabila hasil inovasi kita tidak diterima, karena seperti halnya bernafas, ada nafas yang dibuang dan dihela, inovasi pun tidak mungkin dilakukan semuanya dan tidak mungkin diserap semuanya. Jangan sampai perubahan di  lingkungan internal kalah cepat dengan perubahan di lingkungan luar, karena itulah yang akan menjadikan bisnis kita menjadi using dan punah. Salam digital thinking dari  ACT Consulting.

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?