Skip to main content

Apa Itu Entropi Budaya?

By November 8, 2018Article

entropi budaya, act consulting

Tahun 2005 Negeri Bhutan menjadi sorotan dunia. Sebuah survey menyatakan bahwa 97 persen rakyat negara tersebut merasa diri mereka berbahagia, dengan 45 persen di antaranya merasa ‘sangat’ berbahagia. Sedangkan berdasarkan Peta Kebahagiaan Dunia yang dilansir pada    Juli 2006 oleh Universitas Leicester (Inggris),       kebahagiaan rakyat Bhutan secara global berada pada peringkat 8 tertinggi. Pendapatan perkapita hanya US$ 1.400, namun peringkatnya 9 level lebih tinggi dibandingkan dengan AS yang memiliki pendapatan perkapita US$ 41.800. Hal ini membuat tingkat kepuasan penduduk Bhutan berada dalam kelompok 10 persen tertinggi di dunia berdasarkan Happy Planet Index.

Di sisi lain, sebuah lembaga riset, Barrett Values Centre membuat peta nilai-nilai individu pada beberapa negara. Pada Agustus 2008, penelitian dilakukan di Iceland (Islandia), yang menunjukkan entropi (derajat ketidakteraturan) budaya di Iceland sangat tinggi lebih dari 54%. Ternyata sebulan kemudian Iceland mengalami kebangkrutan ekonomi. Pada Agustus 2007, dilakukan penelitian pada rakyat Latvia, entropi budayanya juga mencapai 54%. Dua bulan kemudian terjadi huru­-hara dan pemerintahan Latvia pun jatuh.

entropi budaya, act consulting

Yang dimaksud budaya dalam hal ini bukanlah kesenian, akan tetapi kumpulan karakter sebuah organisasi atau bangsa. Lalu apa yang dimaksud entropi? Dalam ilmu fisika diketahui bahwa jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin adalah sama dengan jumlah energi yang dimasukkan ke dalamnya. Namun jika ada kerusakan komponen mesin, maka sebagian energi akan digunakan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Energi tersebut dinamakan entropi.

Contohnya pada kendaraan, sebuah mobil dengan 1 liter bensin dapat menempuh jarak 10 km. Namun ketika beberapa komponen rusak seperti aus, pengkaratan, atau sumbatan, maka dengan 1 liter bensin itu, mobil tersebut hanya mampu menempuh 5 km. Setengah dari energi yang seharusnya digunakan untuk menempuh 5 km lagi dipakai untuk mengatasi kerusakan sistem. Dengan kata lain entropi mobil itu menjadi 50%.

Ternyata bahwa hal ini juga berlaku pada organisasi. Jumlah energi yang dihasilkan organisasi sama dengan jumlah energi yang dimasukkan. Ketika gangguan dalam organisasi meningkat misalnya karena: birokrasi, hirarki, kompetisi internal, ketidakjujuran, saling menyalahkan, dan lain­lain, maka energi karyawan untuk melakukan pekerjaan harus meningkat. Energi tambahan ini disebut “entropi budaya”. Padahal energi yang digunakan dalam mengatasi entropi budaya adalah energi yang seharusnya untuk menghasilkan.

Dalam lingkup korporasi, besarnya energi karyawan yang dapat berkontribusi pada perusahaan akan bergantung pada tinggi rendahnya entropi budaya. Ketika entropi rendah, energi yang tersedia untuk melakukan pekerjaan produktif menjadi tinggi sehingga performance perusahaan menjadi tertinggi. Sebaliknya, ketika entropi budaya tinggi, energi yang tersedia untuk melakukan pekerjaan menjadi rendah, sehingga kinerja organisasi pun rendah.

Entropi budaya dalam organisasi atau perusahaan terdiri dari tiga unsur:

  • Faktor-faktor yang memperlambat organisasi dan mencegah pengambilan keputusan yang cepat: birokrasi, hirarki, kebingungan, pertengkaran dan kekakuan.
  • Faktor-faktor yang menyebabkan gesekan antara karyawan: persaingan internal, menyalahkan, intimidasi, manipulasi.
  • Faktor-faktor yang mencegah karyawan dari kerja secara efektif: kontrol, kehati­hatian, mikro manajemen, fokus jangka pendek, teritorialisme.

entropi budaya, act consulting

Tabel berikut menunjukkan rentang entropi dan risiko yang dihadapinya:

10% or less Prime: Sehat

11% – 19% Minor Issues: Membutuhkan adjustment kultural dan struktural

20% – 29% Significant Issues: Membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership coaching

30% – 39% Serious Issues: Membutuhkan transformasi kultural dan struktural dan leadership coaching/ mentoring, dan pengembangan leadership

40 – 49% Critical Issues: Membutuhkan transformasi kultural dan struktural, perubahan dalam leadership, leadership mentoring/coaching, dan pengembangan leadership

More than 50% Cultural Crisis: untuk korporasi, risiko tinggi berupa kebangkrutan atau take over

Sumber: Barrett Values Centre

 

Pada tahun 2011 Lembaga riset Barrett Values Centre telah memberikan sertifikasi resmi kepada ESQ untuk melakukan pengukaran entropi budaya organisasi ataupun negara.

Selama ini Barrett  Values  Centre telah mengukur lebih dari 2.000 organisasi. Banyak di antara organisasi tersebut, yang saat dilakukan riset entropi budayanya ada pada batas maksimum dengan kisaran ledakan kebangkrutan atau pengambilalihan aset perusahaan.

Di Indonesia istilah entropi budaya belum begitu dikenal secara luas, padahal itulah yang sedang banyak terjadi di sini. Di tengah krisis mental dan moral bangsa ini, bisa dibayangkan berapa persen entropi bangsa Indonesia dan bisa diperkirakan berapa besar kerugian bangsa dan berbagai perusahaan akibat entropi budaya.

Untuk mendapatkan bantuan mengenai cara mengukur budaya perusahaan dan mengetahui berbagai hal seperti entropi budaya, values penghambat, gambaran keinginan karyawan, dan sebagainya hingga dapat mengakselerasi perubahan yang kompetitif di organisasi Anda, ACT Consulting memiliki langkah-langkah dan metodologi yang diperlukan. Hubungi kami via email di info@actconsulting.co atau telepon ke 0821-2487-0050 (Donna).

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?