Skip to main content

Bersama Telkom & ACT Consulting Ajak 322 Perusahaan untuk Go International dengan Trik Ini

By December 14, 2022December 23rd, 2022News
 

Rabu 07 Dec 2022 18:02 WIB

ACT Consulting & Telkom

ACT Consulting & Telkom

Direktur Human Capital Management Telkom Indonesia, Afriwandi menjadi narasumber utama dalam Ajang yang digelar oleh Ary Ginanjar Agustian (Founder ESQ Group/ACT Consulting). Moment yang bertajuk “How to be World’s Best Employer in Corporate Culture” tersebut dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2022 secara online. Kali ini, Putri Pamela (Managing Partner ACT Consulting) memandu dengen kece dari awal hingga akhir sesi.

Mengingat beberapa waktu yang lalu, Telkom Indonesia dinobatkan menjadi satu-satunya perusahan Indonesia yang masuk daftar Forbes 2022 World’s Best Employer.

Afriwandi menjelaskan sekilas bahwa Telkom Indonesia menempati ranking 153, sebelumnya di ranking 299 tahun 2021, dari 800 perusahaan terpilih yang berasal dari seluruh dunia. Sedangkan di kategori industri telecommunication and services, Telkom menempati urutan ketiga di dunia, mengungguli Orange France, KT Korea, Telstra Australia, Etisalat UEA, Singtel Singapore.

“How to be World’s Best Employer in Corporate Culture? Untuk itu saya akan sharing di sini apa saja yang dilakukan Telkom selama ini, dengan berbagai Program yang telah dan akan kami lakukan ke depannya serta bagaimana cara mengimplementasikannya,” tuturnya dihadapan hampir 1000 orang yang hadir dalam zoom meeting dari 322 perusahaan, Kementerian serta Lembaga.

Berbicara tentang keseluruhan, Telkom memiliki purpose yang sangat mulia yaitu mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah yang terbaik bagi para pemangku kepentingan. Dimana visinya yaitu menjadi digital telco pilihan utama untuk memajukan masyarakat.

“Setelah adanya core values yang diramu oleh Pak Erick Thohir Menteri BUMN ini memang yang paling cocok untuk semua BUMN, kami merasakan dampak perubahannya dari nilai nilai dasar BUMN ini di telkom,” katanya. 

Pria yang biasa disapa Wandi itu melanjutkan, “Namun kami harus kuat mental mendapat amanah yang besar ini, mampu bertransformasi, kompetennya harus ditingkatkan terus, mendorong harmonis itu penting bagi kami karna kita diciptakan dengan suku, bahasa yang berbeda. Kami juga membutuhkan orang yang loyal juga di telkom. Sedangkan adaptif dan kolaboratif ini 2 nilai yang sangat penting untuk ditinjau, karna berubah setiap saat.” 

“Tantangan yang dihadapi oleh 23 ribu insan telkom grup yang 63% nya adalah milenial saat ini adalah kita harus menjawab apa yang dikatakan oleh Pak Presiden Jokowi yang mengatakan ‘kita butuh talenta digital kurang lebih 9 juta orang untuk 15 tahun ke depan. Hal ini membutuhkan persiapan untuk menghasilkan kurang lebih 600.000 orang per tahun. Sehingga kita bisa membangun sebuah ekosistem yang mampu mendukung tumbuhnya talenta talenta digital,” jelasnya.

Lalu bagaimana caranya? Menurut Afriwandi, Core valuesnya itu menjadi modal besar untuk Telkom, yang kemudian mem-formulasikannya ke bawah. Menginternalisasikan nilai nilai dasar BUMN tersebut ke dalam beberapa program telkom.

 

“Di Telkom ada beberapa program untuk mengelola karyawan. Mengelola karyawan itu harus secara end to end atau yang kami namakan talent journey management. Mulai dari proses recruitment hingga exit (pensiun),” ucapnya lagi.

Dir Telkom itu menerangkan, “Yang pertama proses recruitment kami biasa sebut dengan Talent Acquisition artinya proses akuisisi talenta yang komprehensif guna menarik talenta terbaik yang dapat mendukung strategi perusahaan melalui employer branding yang kuat dan lainnya”

Kemudian learning dan development kami sediakan yang namanya myDigiLearn untuk membangun kapabilitas perusahaan melalui program research dll. Kami juga punya career and succession management yaitu Ingenium. Dimana pengembangan pengayaan karir karyawan melalui penugasan. Lalu performance management, reward managemmet, wat of work dan yang terakhir adalah exit management.

“Dengan bantuan, kerjasama bersama tim, kami bisa meraih banyak prestasi. Bahkan hingga mendunia. Telkom group juga begitu visioner, karna sudah memikirkan serta menyiapkan target target di tahun 2023 bahkan 2025 ke depan dengan berbagai pilar,” lanjutnya sambil tersenyum.

Sehubungan dengan pencapaian tersebut, mengingat bahwa Telkom Indonesia menjadi pemenang AKHLAK Award selama 2 tahun berturut – turut, yang dinilai berdasarkan hasil pengukuran budaya oleh ACT Consulting menggunakan metode AKHLAK Culture Health Index (ACHI).

Hasil ACHI oleh ACT Consulting sejalan dengan hasil lembaga riset kelas dunia FORBES dan Statista, yang mengukuhkan Telkom sebagai 2022 World Best Employer.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa metode ACHI yang dilakukan ACT Consulting mampu mendeteksi dengan akurat, organisasi yang memiliki fondasi budaya AKHLAK sehingga berkinerja tinggi.

“Penting bagi BUMN yang ingin menjadi perusahaan kelas dunia, mengikuti jejak Telkom bukan hanya mengukur kinerja bisnis namun juga fondasi budaya AKHLAK,” kata Ary, penulis buku AKHLAK bersama Erick Thohir.

“Di sini Pak wandi telah membagikan ilmu bukan hanya kepada BUMN saja namun juga untuk Indonesia. Telkom itu punya database hasil pengukuran atau data mapping tersendiri, sehingga langkah langkah yang dibuat oleh Telkom adalah berdasarkan data,” lanjutnya.

Ary sadar bahwa untuk menjadi perusahaan yang sukses harus mempunyai strategi dan tools. Kemudian Ary memaparkan bahwa ada 5 alat atau tools to be World’s Best Employer in Corporate Culture. 5 tools yang harus dimiliki atau diukur yakni Awareness and understanding survey, AKHLAK Culture Health Index (ACHI), Employee Experience Survey (EX), Employee Engagement and Satisfaction Survey (EES), Customer Experience Survey (CX).

“Selama ini di lingkungan bapak dan ibu apakah terlalu banyak survey? Oleh karena itu solusinya adalah kita harus mampu menyatukan survey itu sekaligus atau dalam satu waktu sehingga menghindari survey fatigue, korelasi serta analisa yang komprehensif antar survey, action plan setelah survey yang terintegrasi,” tegas Ary dihadapan para peserta yang rata ratanya adalah Direktur Utama, Direktur SDM, para Direksi lainnya. 

Lebih lanjut, “Cukup 1 tapi harus bisa diimplementasikan sampai tingkat ke yang paling bawah. Ini cara untuk melahirkan telkom telkom lain untuk Indonesia. Bukan hanya BUMN namun untuk seluruh Kementerian dan Lembaga.”

“Mengapa surveynya sekaligus? Karena tantangan semakin sulit, kita harus efisiensikan cost atau uang kita. Jangan sampai habis untuk terlalu banyak survey atau yang kedua kita buat sebuah pemetaan atau mapping untuk mengetahui sakitnya apa dan dimana, bukan awarsdnya saja yang nampak,” sambung sang Motivator Indonesia itu.

Ary meneruskan, “Kemudian intervensinya apa? dengan seperti itu baru ambil tools tools yang tadi yang diperlihatkan oleh telkom dan kemudian dipakai, disesuaikan di perusahann Anda. Intinya semoga mimpi Indonesia emas 2045 menjadi kenyataan, telkom bantulah Indonesia, bantulah BUMN.”

“Jadi betul kata Pak Wandi bahwa harus Dirutnya langsung yang turun tangan dan saya menjadi saksi bagaimana seriusnya telkom yang launching AKHLAK pertama kali. Dirut dan Dir SDM nya yang benar benar mengurus pedoman perilakunya. Terbukti secara riset bahwa leadership itu faktor terpenting,” tutupnya.

Untuk lebih jelas, Ary menghimbau Dwitya Agustina (Vice President ACT Consulting) untuk paparkan kalimatnya dengan menayangkan beberapa slide. Lebih tepatnya memperlihatkan salah satu BUMN yang sudah di survey atau diukur oleh ACT Consulting dan nampak high performance-nya.

“Organizational culture itu menunjukan apa yang kita bangun, bagaimana kita melakukan pekerjaan kita sehari hari. Itu kita bisa melihat dari mulai level awareness and understanding. Kemudian bagaimana tingkat internalisasinya dengan ACHI,” katanya.

Lebih lengkap, “Setelah itu seperti yang dijelaskan oleh Pak Wandi bagaimana untuk mengolah sebuah perusahaan harus end to end mulai dari rekrutmen hingga nanti dia pensiun. Dan employee experience bagaimana impact dari culture tersebut terhadap karyawan. Bagaimana dia merasakan culture tersebut mulai dia direkrut, dipromosikan, dia mengikuti diklat sampai nanti dia pensiun.”

“Dan ujungnya dari experience tersebut karyawan akan merasa puas dan akan merasa terikat sehingga kita menyebutnya dengan employee engagement dan juga satisfaction. Satu BUMN contohnya dari satisfaction itu ada korelasinya dengan engagement dan faktor yang paling mempengaruhi adalah leadership,” sambungnya.

Wanita yang akrab disapa Uwie itu meneruskan, “Jadi yang disampaikan dari Pak Ary bahwa untuk membangun culture itu kuncinya adalah VSL (values, system, leadership). Paling besar pengaruhya adalah leadership. Dan dari masing masing indikator yang dilakukan pengukuran tersebut ternyata indikator yang paling tinggi pengaruhnya adalah kolaborasi, komunikasi dan peranan top leaders.”

“Semakin baik kita membangun ketiganya, maka akan semakin meningkatkan satisfaction dan engagement karyawan. Dan kembali menegaskan dari doktor Ary tentang grand why, bahwa indikator yang paling rendah pengaruhnya terhadap satisfaction dan engagement adalah benefit, gaji, tunjangan, artinya ketika semakin kita memberikan gaji dan lain lain yang meningkat itu tidak menjadi jaminan bahwa mereka semakin puas dan terikat,” tutupnya.

Sebagai informasi, Telkom Indonesia ini memasuki tahun ke-9 dan terus ‘check up’ pada ACT Consulting untuk mengetahui kesehatan organisasinya. Kesehatan tersebut diukur dengan metode Organization Culture Health Index (OCHI).

ACT Consulting sebagai “dokter keluarga” telah membantu memeriksa kesehatan salah satu Anper Telkom yakni Telkomsel secara menyeluruh. Mengapa ini penting? Karena tubuh kita perlu melakukan check up kesehatan kepada seorang dokter. Kita tidak tahu apakah diri kita sehat atau tidak. Sama halnya dengan organisasi yang harus diukur atau diperiksa kesehatan di dalamnya.

Informasi tambahan, Kementerian BUMN gencar menggaungkan dan mengimplementasikan budaya kerja atau core values AKHLAK. Untuk itu secara periodik diukur juga sejauh mana implementasinya.

Metode penyusunan dan pengukuran AKHLAK tersebut dinamakan AKHLAK Culture Health Index (ACHI). ACHI dilakukan secara daring dan diikuti seluruh pegawai dari BUMN yang diukur. Dari hasil survei tersebut, diperoleh indeks internalisasi AKHLAK, sesuai persepsi responden terhadap nilai dan perilaku yang sudah diimplementasikan di organisasi.

ACT Consulting sebagai konsultan transformasi budaya organisasi, yang berpengalaman membantu berbagai organisasi dalam 10 tahun terakhir, terpanggil untuk juga turut mensukseskan dan mendorong terwujudnya BUMN ber-AKHLAK.

Selain lewat zoom meeting, ajang ini disiarkan juga melalui youtube channel ACT Consulting.

 

Pelajari Jasa dari ACT Consulting tentang pengelolaan Budaya Perusahaan disini 

 

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?