Skip to main content

Budaya Perusahaan atau organisasi ‘Sakit’, Bagaimana Menyembuhkannya?

By May 23, 2018October 31st, 2018Article

Perusahaan Dengan Budaya Organisasi yang Kuat

Menyembuhkan Budaya Organisasi yang Sakit

Budaya Perusahaan atau organisasi ‘Sakit’, Bagaimana Menyembuhkannya?

Sebuah perusahaan atau organisasi, apa pun bentuknya, terdiri dari sekumpulan orang yang berkumpul secara fisik, psikologis, atau spiritual untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu yang disepakati. Layaknya kelompok yang sedang berkumpul dan bekerja sama, tentu akan memiliki apa yang dikenal dengan ‘budaya’.

Maksud budaya di sini ialah yang yang tampak menonjol seperti pola pikir, keyakinan, sistem, nilai-nilai, dan sebagainya yang secara sadar atau tidak telah disepakati atau dipegang teguh oleh semua anggota (karyawan). Semua itu umumnya ditunjukkan dan tercermin dalam sikap dan perilaku selama bekerja hingga akhirnya menjadi sebuah budaya organisasi atau perusahaan.

Budaya yang berjalan dan berkembang ini, perlu diketahui, dipantau, dianalisa, dan dipahami oleh para jajaran direksi, owener, dan pemimpin. Tujuannya, agar budaya perusahaan atau organisasi tetap dalam kondisi sehat. Kondisi yang mampu menjadikan perusahaan tetap survive, SDM produktif, dan bahagia.

Lalu bagaimana, jika budaya perusahaan atau organisasi dalam kondisi ‘sakit’?

Tentu saja harus segera diobati pada ahlinya. Misalnya seperti ACT Consulting yang sudah berpengalaman belasan tahun dalam membantu perusahaan dan organisasi melakukan transformasi Budaya Organisasi yang Kuat.

Sebelum itu, Anda perlu tahu ciri-ciri dari budaya perusahaan atau organisasi yang ‘sakit’ dan lemah. Umumnya ada 4 gejala yang bisa dilihat, seperti :

1. Para jajaran direksi dan pemimpin demam “EGP” (Emang Gue Pikirin).

Gejalanya seperti semakin banyaknya keluhan atau pengaduan dari konsumen atau pun SDM sendiri. Kinerja, peralatan, hingga manajemen yang memburuk. Terjadi pelanggaran seperti penyalahgunaan kekuasaan, KKN, dan sebagainya.

2. Para karyawan dan staf menderita “MBA” (Memble Aje).

Tidak ada kreativitas, inovasi, hingga inisiatif menciptakan perbaikan. Tidak ada juga hal baru yang berdampak positif bagi perusahaan atau organisasi.

3. Para leader hingga staf terjangkit penyakit “S3” (Salam, Senyum, Setor).

Sebuah penyakit berbentuk trik untuk bisa naik jabatan, mendapatkan kesempatan pendidikan, dan sebagainya.

4. Semua jajaran direksi, leader, hingga staf mengalami “Pusing-pusing”.

Semua tampak tidak tahu haru pergi ke arah mana.

Bila ada gelaja-gejala seperti di atas, perusahaan atau organisasi dalam kondisi kritis dan bisa saja ditinggal oleh pelanggan dan klien-klien lainnya. Lalu bagaimana cara menyembuhkannya?

Layaknya manusia saat sakit, hal pertama yang harus dilakukan ialah sadar dan mengakui bawah perusahaan atau organisasi sedang sakit. Selanjutnya, mulai melakukan langkah perbaikan dengan berobat sendiri lewat panduan yang banyak disebar di internet. Atau mengandalkan dokter spesialis yang kredibel dan berpengalaman.

Anda pun bisa memperkaya referensi mengenai obat tranformasi budaya perusahaan atau organisasi, dari tokoh-tokoh perubahan yang terbukti sukses. Contohnya seperti, PT Kereta Api Indonesia sejak era Ignatius Jonan. Alm. Jend. Park Chung Hee (Korea Selatan) yang berhasil mengubah negaranya menjadi negara industri yang sekarang sudah menyaingi Jepang dan lain-lain.

Jika Anda butuh bantuan dalam mengobati budaya perusahaan atau organisasi yang sakit dan ingin melakukan transformasi budaya, ACT Consulting siap membantu.

ACT memiliki program Organization Culture Health Index (OCHI) untuk mengetahui tingkat kesehatan budaya organisasi dan akan membantu memberikan solusi yang terukur, terarah, dan tepat sasaran.

Info detail Program OCHI bisa cek di :

https://actconsulting.co/pengukuran-budaya-organisasi-perusahaan-ochi/

Atau langsung hubungi kami di :

0856 9489 7725

Leave a Reply

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?