Skip to main content
Tag

corporate culture telkom

ACT-Consulting-telkom-award-2017-Finding-the-telkom-group-award-culture-heroes-2017

Uniknya Cara Telkom Mengembangkan SDM dan Bisnis Perusahaan

By News No Comments

Bagaimana cara mempertahankan bisnis usaha? Strategi seperti apa yang tepat untuk meningkatkan omset dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)?

Beda perusahaan, beda pula strategi pengembangan usaha yang dilakukan. Namun, tidak ada salahnya belajar dari perusahaan lain yang terbukti SUKSES menerapkan strategi untuk mengembangkan SDM dan meningkatkan omset perusahaan.

Contohnya seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Group). Lewat sebuah visi yang digaungkan sang CEO, Alex Sinaga, Telkom terus tumbuh dan mampu bersaing di zaman serba tak terduga (distruptive era). Bagaimana caranya? Perusahaan ini tentu punya cara unik tersendiri.

Yuli Purwanti, APP Corporate Culture Development menjelaskan bahwa Telkom Group telah menerapkan visi yang disebut ‘Tahun Budaya’ sejak 2015 lalu. “Seiring dengan visi itu, saat ini perusahaan ada di tahap living. Itu tentang bagaimana mengaktivasikan budaya dalam perilaku kerja karyawan sehari-hari,” kata Yuli.

Komitmen dari para top leader sungguh sangat luar biasa, lanjut Yuli. Menurutnya, Telkom menerapkan budaya perusahaan secara top down (dari atas ke bawah). Dengan kata lain para pemimpin, termasuk sang CEO sendiri menjadi role model yang memulai perubahan.

“Itu yang memperkuat dan menjadi pondasi luar biasa untuk membuat program-program,” terangnya.

Salah satu program yang kontinyu digelar setiap tahun ialah Culture festival. Terbaru, acara ini digelar pada 3-5 Juli 2017 kemarin di Graha Merah Putih Telkom Indonesia, Bandung. Bertajuk ‘Finding The Telkom Group Culture Heroes 2017’, acara dihadiri oleh para karayawan dari seluruh anak perusahaan Telkom.

APA ITU CULTURE FESTIVAL?

“Culture festival ini adalah sebuah penghargaan yang diberikan pada unit, khususnya agent of change atau role model terpilih. Tujuannya untuk memotivasi tiap unit dalam melakukan aktivasi budaya,” jelas Yuli.

Yuli menjelaskan bahwa untuk membangun (aktivasi) budaya perusahaan beserta SDM-nya, Telkom menggunakan 3 acuan. Pertama Komitmen, kedua konsistensi, ketiga penerapan program secara kontinyu.

“Jadi, CEO menunjuk siap-siapa saja yang menjadi role model di tiap unit bisnis. Kemudian role model ini yang diberi tugas memilih culture agent di divisinya untuk membantu perannya,” tutur Yuli.

Role model dan para agent of change ini kemudian dilatih lewat training-training yang diadakan rutin oleh Telkomsel. Di sinilah ACT Consulting mengambil peran besar. Selama 4 tahun berturut-turut, ACT Consulting melakukan pendampingan, memberikan pembekalan, hingga pengukuran tingkat kesehatan budaya organisasi di Telkom Group.

Dengan demikian aktivasi budaya menyebar secara merata dan kontinyu. Dari strategi ini terbentuklah komunitas budaya di mana hasil akhirnya pada pengembangan dan peningkatan Telkom Group. Kita semua sebagai masyarakat pun bisa melihat bagaimana Telkom Group terus bertahan dan berinovasi mengikuti perkembangan zaman.

 


Informasi In House Training dari ACT Consulting dengan Hubungi Contact di bawah ini :

Call us: +62 813 8242 6699

Call us: +62 812 2190 1818

Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dengan like halaman :

facebook : https://www.facebook.com/ACTCONSULTING.CO/

Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCMLlOkY41oOnbAG47BLrKkw

Linked In : https://www.linkedin.com/company-beta/13279290/

Instagram : https://www.instagram.com/actconsulting.co/

corporate culture change | konsultan corporate culture | konsultan culture perusahaan | perubahan budaya perusahaan | corporate culture and strategy | corporate culture di perusahaan

Tantangan Toko Musik dan Label Rekaman di Era Industri Musik Digital

By Article No Comments

Pada awal dekade tahun 2000-an, karya musik seorang musisi atau grup band diedarkan dalam bentuk kaset dan cakram padat (CD). Sebagai contoh, SHEILA ON 7, PADI, DEWA 19, SLANK, EBIET G. ADE, Kemudian sekitar tahun 2006, lagu-lagu karya musisi dan grup band diubah kedalam format Mp3.

Mp3 yang memerlukan mini portable player untuk memainkan sebuah lagu mampu mengalahkan kaset dan CD yang membutuhkan tape dan CD player. Apalagi saati itu marak penjual Mp3 bajakan dan situs web untuk mengunduh musik seperti Napster.

Kemunculan Napster mengubah industri musik dunia dan musisi dibuat pusing dan harus memutar otak agar tetap eksis di dunia musik. Label rekaman dan musisi yang sebelumnya menggantungkan pendapatannya dari memasarkan karya musik dalam bentuk kaset dan CD, tiba-tiba konsumen beralih ke format yang mudah digandakan, dipindahkan, praktis, dan gratis.

Akibatnya, kaset dan CD menjadi tak laku lagi di pasaran. Dampaknya beberapa toko musik yang menyediakan kaset dan CD menutup gerainya satu per satu, seperti Aquarius dan Discc Tarra.

Selain beberapa toko musik yang ditutup, label rekaman juga banyak yang tutup. Menurut Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), pada tahun 2012 hanya tersisa 76 label rekaman dari 240 anggota ASIRI. Namun dari 76 label rekaman, hanya 12-15 perusahaan yang masih aktif berbisnis. Label rekaman yang tersisa diisi oleh nama-nama besar, di antaranya Musica, Universal Music Indonesia, dan SonyBMG Music Entertainment Indonesia.

Ketika jualan fisik kaset dan CD tak berjalan dengan baik, kehadiran Nada Sambung Pribadi sedikit menjadi pelipur lapar bagi industri musik dan musisi. NSP yang merupakan potongan lagi dalam beberapa detik itu laku dijual sebagai ringback tone untuk diperdengarkan kepada orang lain.

Akan tetapi, pada tahun 2011 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membatalkan registrasi (unreg) dan deactivate massal layanan konten premium kepada operator seluler karena maraknya kasus pencurian pulsa. Akibatnya, NSP ikutan-ikutan menurunkan pendapatan industri musik dan musik karena lesunya penjalan album fisik.

Beban label rekaman dan musisi semakin berat dengan hadirnya industri musik digital. Industri musik digital, seperti Pandora, Clear Channel, iHeartRadio, Spotify, Joox, iTunes, YouTube dan Vevo, memudahkan setiap orang untuk mendengar musik secara streaming dan video online.

Kehadiran industri musik digital bukan hanya konsumen atau penikmat musik saja, melainkan juga para musisi. Industri musik digital memudahkan musisi untuk membuat album musik sendiri.

Musisi semakin mudah merekam album berkat berbagai perangkat lunak yang bisa digunakan di mana aja. Selain itu, mereka mengedarkan karyanya sendiri tanpa harus melalui label rekaman dengan hadirnya media sosial FACEBOOK, INSTAGRAM, hingga SOUNDCLOUD. Ada beberapa orang musisi baru yang terkenal berkat industri musik digital, seperti Raisa, Trio GAC, Yunira Rachman, Isyana Sarasvati, Sheryl Sheinafia, Teddy Adhitya, Budi Do Re Mi, Danilla JPR, dan Rendy Pandugo.

Masalah yang dialami oleh toko musik dan label rekaman bisa terjadi juga di berbagai perusahaan yang tidak siap menghadapi era disruptif. Hal itulah yang membuat ACT Consulting menggelar Seminar ACCF, agar setiap orang, pengusaha label rekaman, pengusaha toko musik, pegawai pemerintah, penguasaha mikro, kecil, dan menengah dapat bertahan di era disruptif.

Open chat
1
Hubungi Kami
Scan the code
ACT Consulting International
Halo,
Ada yang bisa kami bantu?